Menuju konten utama

16 Contoh Kultum Ramadhan Singkat 7 Menit dan Kumpulan Judulnya

Kultum atau kuliah tujuh menit menjadi sarana dakwah yang sering dilakukan di bulan suci Ramadhan. Simak kumpulan kultum Ramadhan singkat 7 menit di sini.

16 Contoh Kultum Ramadhan Singkat 7 Menit dan Kumpulan Judulnya
Ilustrasi ceramah di masjid. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Teks kultum Ramadhan singkat 7 menit beserta dalilnya dapat dijadikan referensi bagi para penceramah yang ingin menyampaikan tausiah di bulan suci. Ada banyak tema yang bisa dipilih, mulai dari puasa hingga amalan-amalan sunah selama bulan Ramadan.

Kultum (kuliah tujuh menit) adalah ceramah singkat yang biasanya disampaikan dalam berbagai kesempatan, termasuk saat Ramadan. Kultum Ramadan umumnya membahas topik-topik keislaman yang relevan dengan kehidupan sehari-hari, seperti keutamaan puasa, sedekah, hingga akhlak.

Kultum Ramadhan singkat 7 menit bertujuan agar pendengar dapat menerima pesan dengan jelas tanpa merasa bosan. Kultum bisa dilakukan oleh siapa saja yang ingin berbagi ilmu dan bisa digelar di mana pun, mulai dari kantor, sekolah, atau bahkan secara daring melalui media sosial.

Kumpulan Judul dan Tema Kultum Ramadhan Singkat 7 Menit

Ramadhan Kareem

Ramadhan Kareem. FOTO/iStockphoto

Di bulan Ramadan, kultum sering disampaikan sebelum berbuka puasa, setelah salat fardu berjamaah, atau setelah salat tarawih di masjid. Materi kultum biasanya berkaitan dengan bulan Ramadan maupun amalan-amalan yang dianjurkan selama bulan suci.

Berikut contoh judul dan tema kultum Ramadhan sebagai referensi:

  • Keutamaan Bulan Ramadan dalam Al-Qur’an dan Hadis
  • Makna Takwa sebagai Tujuan Puasa
  • Hikmah Puasa bagi Kehidupan Muslim dan Muslimah
  • Keistimewaan Malam Lailatulqadar
  • Iktikaf: Makna dan Keutamaannya
  • Memanfaatkan 10 Hari Terakhir Ramadan dengan Maksimal
  • Puasa sebagai Sarana Penyucian Jiwa (Tazkiyatun Nafs)
  • Keutamaan Membaca dan Mengkaji Al-Qur’an di Bulan Ramadan
  • Zikir dan Doa yang Dianjurkan selama Ramadan
  • Keutamaan Salat Tarawih dan Qiyamul Lail
  • Amalan Sunah dengan Pahala Berlipat di Bulan Ramadan
  • Keutamaan Zakat dan Sedekah di Bulan Ramadan
  • Berbuka Puasa Sesuai Sunah Rasulullah SAW
  • Menjaga Keikhlasan dalam Beribadah agar Tidak Riya'
  • Puasa sebagai Benteng dari Sifat Buruk dan Hawa Nafsu
  • Menjaga Lisan dan Hati dari Dosa di Bulan Ramadan
  • Kesabaran dan Keikhlasan dalam Berpuasa
  • Pentingnya Menjaga Silaturahmi dan Memaafkan Sesama
  • Mengendalikan Amarah dan Emosi di Bulan Ramadan
  • Menjaga Pandangan dan Hati agar Puasa Lebih Bermakna
  • Meningkatkan Rasa Syukur Melalui Ibadah Puasa
  • Ramadan, Waktunya Perbaikan Diri dan Bertaubat
  • Membentuk Kebiasaan Baik Pasca Ramadan
  • Menanamkan Rasa Empati di Bulan Ramadan
  • Meraih Ampunan Allah di Bulan Ramadan

Kumpulan Teks Kultum Ramadhan Singkat 7 Menit

Teks kultum Ramadhan singkat 7 menit bisa menjadi referensi untuk mengisi ceramah di bulan puasa. Meski beberapa tema sudah terdengar familiar, kultum ini tetap perlu disampaikan sebagai pengingat bagi umat dan menjadi bagian dari dakwah dan syiar Islam.

Berikut contoh kultum ramadhan singkat 7 menit beserta dalilnya:

1. Kultum Ramadhan Singkat 7 Menit Keutamaan Bulan Ramadhan

Ilustrasi Ramadhan
Ilustrasi Ramadhan. foto/IStockphoto

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jemaah yang dirahmati Allah,

Bulan Ramadan adalah bulan yang istimewa karena memiliki banyak keutamaan. Allah SWT pernah berfirman dalam Al-Qur’an:

“Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil).” (QS. Al-Baqarah: 185).

Dari ayat ini, kita memahami bahwa Ramadan adalah bulan diturunkannya Al-Qur’an, sebuah kitab suci sekaligus pedoman hidup bagi umat Islam. Selain itu, di bulan ini terdapat satu malam yang istimewa, yakni malam Lailatulqadar.

Tak ada yang tahu kapan malam ini akan datang, kecuali Allah SWT. Lailatulqadar ibarat sebuah berlian yang sangat langka dan berharga, tetapi tersembunyi dan hanya dapat ditemukan oleh orang-orang yang bersungguh-sungguh mencarinya. Lalu, apa keistimewaannya?

Telah disebutkan bahwa Lailatulqadar adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan. Artinya, ibadah di malam itu setara dengan ibadah seribu bulan atau lebih dari 83 tahun.

Masih banyak keutamaan lain yang membuat Ramadan jadi bulan yang istimewa. Di bulan ini Allah melipatgandakan pahala segala amal saleh orang-orang beriman. Di bulan ini pula pintu-pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, sementara setan-setan dibelenggu.

Ramadan adalah kesempatan untuk bertaubat karena di bulan inilah Allah akan mengampuni segala dosa sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

"Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari & Muslim)

Hadirin sekalian,

Begitu istimewanya bulan ini sehingga sayang sekali jika dilewatkan dengan hal-hal yang tak berguna. Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita memperbanyak amal saleh demi meraih keutamaan Ramadan dan rida Allah SWT. Apa saja yang bisa kita lakukan?

  • Berpuasa dengan penuh keikhlasan dan kesabaran
  • Membaca dan mentadabburi Al-Qur’an
  • Mendirikan salat tarawih dan salat malam
  • Memperbanyak sedekah dan membantu sesama
  • Beristigfar dan memperbanyak doa
  • Meningkatkan kualitas ibadah dan menjauhi segala bentuk maksiat
Ramadan adalah kesempatan bagi kita untuk meningkatkan ketakwaan dan memperbaiki diri. Maka, marilah kita manfaatkan bulan yang penuh berkah ini dengan sebaik-baiknya.

Semoga Allah memberikan kita kekuatan dan keistikamahan dalam beribadah serta menerima segala amal ibadah kita di bulan Ramadan ini. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

2. Kultum Ramadhan Singkat 7 Menit tentang Puasa sebagai Tazkiyatun Nafs (Penyucian Jiwa)

Ilustrasi Buka Puasa
Ilustrasi berbuka puasa. FOTO/iStockphoto

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Pada kesempatan kali ini, mari kita renungkan bersama tentang makna puasa yang sebenarnya. Puasa bukan sekadar menahan lapar dan haus, tapi juga menjadi sarana tazkiyatun nafs. Apa itu tazkiyatun nafs? Yaitu penyucian jiwa. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

"Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu), dan sungguh merugi orang yang mengotorinya." (QS. Asy-Syams: 9-10)

Ayat ini menegaskan bahwa kebahagiaan sejati terletak pada kemampuan seseorang untuk membersihkan jiwanya dari segala bentuk kekotoran hati, seperti iri, dengki, dan kesombongan. Salah satu cara yang paling efektif untuk mencapai kesucian jiwa adalah dengan berpuasa.

Puasa bukan hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menahan diri dari perbuatan yang dapat merusak pahala. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda:

"Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan keji, maka Allah tidak butuh ia meninggalkan makan dan minumnya." (HR. Bukhari)

Hadis ini mengajarkan bahwa puasa bukan sekadar ibadah fisik, tetapi juga ibadah hati dan lisan. Dengan berpuasa, kita belajar mengendalikan hawa nafsu dan membentuk karakter yang lebih baik. Jika kita tidak hanya puasa makan dan minum, sungguh sia-sia puasa yang kita lakukan.

Puasa juga mampu membersihkan hati orang-orang mukmin. Puasa Ramadan yang dilakukan dengan keikhlasan bisa jadi sarana penghapusan dosa, sebagaimana air membersihkan kotoran. Berpuasa berarti menahan diri dari berbagai kebiasaan buruk, berlatih menjaga hati agar tetap bersih dan dekat dengan Allah.

Puasa pun mengajarkan kita untuk bersabar dalam menahan lapar, haus, dan godaan lainnya. Allah SWT berfirman:

"Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa perhitungan." (QS. Az-Zumar: 10)

Ayat tersebut menunjukkan betapa istimewanya orang yang bersabar. Sabar dalam berpuasa melatih kita untuk ikhlas dalam beribadah, tidak mengharapkan pujian manusia, tetapi semata-mata mengharap rida Allah. Inilah makna dari puasa sebagai sarana penyucian jiwa.

Jemaah yang dimuliakan Allah,

Mari kita renungkan bersama, tanya pada diri kita sendiri, apakah puasa kita sudah dilakukan dengan benar. Bukan soal teknis puasa dari fajar hingga Magrib tiba, tetapi soal esensi puasa yang sebenarnya. Apakah kita sudah berhasil menahan diri dari hal-hal buruk? Atau selama ini hanya fokus menahan lapar dan haus?

Belum terlambat untuk menyadari dan memperbaiki diri. Di bulan suci yang penuh berkah ini, mari kita memperkuat iman dan takwa, meneguhkan hati untuk menjalankan puasa yang sebenar-benarnya.

Dengan mengendalikan hawa nafsu, membersihkan hati dari dosa, serta menanamkan kesabaran dan keikhlasan, puasa membawa kita lebih dekat kepada Allah SWT.

Semoga kita semua dapat menjalankan ibadah puasa dengan penuh kesadaran dan keikhlasan, sehingga jiwa kita semakin bersih dan mendapat keberkahan dari Allah SWT.

Aamiin ya Rabbal ‘alamin. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

3. Teks Kultum Ramadhan Singkat 7 Menit: Keistimewaan Malam Lailatulqadar

Ilustrasi Hikayat Menerka Lailatul Kadar
Ilustrasi Hikayat Menerka Lailatul Kadar. tirto.id/Quita

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Salah satu anugerah terbesar yang Allah berikan kepada umat Islam di bulan Ramadhan adalah malam Lailatulqadar. Malam yang penuh berkah ini memiliki keutamaan yang luar biasa, sebagaimana Allah firmankan dalam Al-Qur’an:

"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam Lailatulqadar. Tahukah kamu apakah Lailatulqadar itu? Lailatulqadar itu lebih baik dari seribu bulan." (QS. Al-Qadr: 1-3)

Dari ayat ini kita memahami bahwa ibadah yang dilakukan di malam Lailatulqadar lebih baik daripada ibadah selama seribu bulan atau sekitar 83 tahun. Bayangkan betapa mulia dan berharganya malam itu.

Sebagian orang bahkan belum tentu memiliki umur panjang hingga 83 tahun. Jika punya usia sepanjang itu, belum tentu juga setiap detiknya dihabiskan dengan beribadah kepada Allah.

Namun, dengan meraih Lailatulqadar, hanya dengan ibadah semalam, kita seolah-olah sudah beribadah selama seribu bulan. Ini adalah kesempatan emas yang tidak boleh kita sia-siakan.

Hadirin sekalian,

Rasulullah SAW telah mengajarkan kita untuk mencari malam Lailatulqadar di sepuluh malam terakhir bulan Ramadan, terutama pada malam-malam ganjil. Oleh karena itu, mari kita tingkatkan amalan baik kita di bulan Ramadan, terutama di 10 hari terakhirnya.

Kita perbanyak mengaji dan membaca Al-Qur’an, kita rutinkan salat malam, kita panjatkan banyak doa, kita perbanyak zikir dan istigfar, kita tingkatkan sedekah maupun amal kebaikan lainnya.

Dengan berbagai usaha yang kita lakukan dengan sungguh-sungguh, semoga Allah mempertemukan kita dengan malam Lailatulqadar dan menerima segala amal ibadah kita. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

4. Kultum Ramadan: Makna Takwa sebagai Tujuan Puasa

Ilustrasi hidangan puasa
Ilustrasi hidangan puasa. FOTO/iStockphoto

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Kita semua mengetahui bahwa puasa di bulan Ramadhan merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang telah memenuhi syarat. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

"Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 183)

Ayat ini menjelaskan bahwa tujuan utama puasa bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, melainkan untuk mencapai derajat takwa. Lalu, apa sebenarnya makna takwa, dan bagaimana puasa dapat mengantarkan kita kepada ketakwaan?

Takwa berarti kesadaran yang mendalam bahwa Allah selalu mengawasi kita dalam setiap keadaan. Orang yang bertakwa akan selalu menjaga dirinya dari perbuatan dosa, baik dalam kondisi terang-terangan maupun tersembunyi.

Puasa mengajarkan kita untuk senantiasa merasa diawasi oleh Allah, karena meskipun tidak ada yang melihat, kita tetap menahan diri dari makan dan minum demi menjalankan perintah-Nya.

Takwa juga berarti mampu mengendalikan diri dari segala hal yang dilarang oleh Allah. Dengan berpuasa, kita dilatih untuk menahan hawa nafsu, baik dalam bentuk makanan, minuman, maupun emosi yang berlebihan seperti marah dan amarah.

Orang yang bertakwa adalah mereka yang memiliki kepedulian terhadap sesama. Puasa mengajarkan kita bagaimana rasanya menahan lapar dan dahaga sehingga menumbuhkan empati terhadap mereka yang kurang beruntung.

Dari sini, puasa mendorong kita untuk lebih banyak bersedekah dan membantu sesama. Orang yang bertakwa sudah pasti memiliki rasa kepedulian tinggi terhadap sesama, dan itu adalah bentuk kepatuhan dirinya terhadap Sang Pencipta.

Hadirin yang berbahagia,

Jelas sudah bahwa puasa memiliki makna yang sangat mendalam dalam membentuk ketakwaan. Dengan menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa, kita belajar untuk mengontrol diri dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan merasakan lapar dan haus, kita menjadi lebih peduli terhadap orang lain yang kondisinya tidak seberuntung kita. Dan dengan menjaga ibadah selama Ramadan, kita semakin dekat dengan Allah SWT.

Semoga kita semua dapat menjalankan puasa dengan penuh kesadaran dan keikhlasan sehingga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang bertakwa.

5. Kultum Ramadan: Sedekah dan Keutamaannya di Bulan Ramadan

Ilustrasi Sedekah
Ilustrasi Sedekah. foto/IStockphoto

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Ramadan adalah bulan yang penuh dengan keberkahan dan ampunan. Bulan ini juga menjadi momentum bagi umat Islam untuk memperbanyak pahal lewat amal-amal kebaikan.

Salah satu amal ibadah yang sangat dianjurkan di bulan ini adalah sedekah. Rasulullah SAW dikenal sebagai seseorang paling dermawan, dan beliau makin dermawan lagi ketika tiba waktunya bulan Ramadhan. Sebagaimana disebutkan dalam hadis:

"Rasulullah adalah orang yang paling dermawan, dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadan ketika Jibril menemuinya." (HR. Bukhari)

Sebagai umat Islam, sudah sepatutnya kita mencontoh perilaku Nabi Muhammad, khususnya dalam hal bersedekah. Jika di bulan-bulan lainnya kita bersedekah sebulan sekali, tentu akan lebih baik jika kita meningkatkan intensitas dan jumlah sedekah di bulan ini.

Sedekah pun memiliki banyak keutamaan, terutama di bulan Ramadan. Sedekah adalah amalan baik yang mendatangkan pahala. Allah SWT berfirman:

"Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti (orang-orang yang menabur) sebutir biji (benih) yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 261)

Sedekah juga bisa menghapus dosa dan membersihkan hati sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

"Sedekah itu dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api." (HR. Tirmidzi)

Jangan pernah takut hartanya berkurang hanya karena sedekah. Sedekah yang dilakukan secara ikhlas karena Allah justru akan mendatangkan lebih banyak keberkahan dan kelapangan rezeki. Tak hanya itu, sedekah juga bisa menjadi penolong bagi kita di hari akhir.

Rasulullah SAW pernah bersabda:

“Sesungguhnya naungan seorang mukmin pada hari kiamat adalah sedekahnya.” (HR. Ahmad)

Hadirin sekalian,

Tak ada alasan bagi kita untuk tidak bersedekah di bulan ini karena ada banyak cara untuk bersedekah, mulai dari memberikan makanan untuk berbuka puasa, menyumbangkan uang untuk fakir miskin dan anak yatim, bahkan senyuman dan memberi bantuan apa pun juga dianggap sebagai sedekah.

Jadi, marilah kita manfaatkan bulan Ramadhan ini untuk memperbanyak sedekah. Semoga Allah menerima amal ibadah kita dan menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang dermawan. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

6. Kultum Ramadhan Singkat 7 Menit: Meneladani Akhlak Rasulullah di Bulan Suci

Ilustrasi Maaf maafan
Ilustrasi Maaf maafan. foto/IStockphoto

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jemaah yang dimuliakan Allah,

Di bulan Ramadan ini, kita berlomba-lomba meningkatkan iman dan takwa dengan cara memperbanyak amal baik. Sebagai umat Islam, kita juga memiliki teladan terbaik dalam menjalankan ibadah di bulan suci ini, yaitu Rasulullah SAW.

Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir yang membawa umat manusia keluar dari kegelapan menuju cahaya Islam. Dialah sosok yang memiliki akhlak mulia sebagaimana Allah SWT firmankan dalam Al-Qur’an:

"Sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung." (QS. Al-Qalam: 4)

Lalu, bagaimana akhlak Rasulullah SAW di bulan Ramadan yang dapat kita teladani? Pertama adalah kedermawanan beliau. Rasulullah SAW adalah orang paling dermawan. Di bulan Ramadan, Rasulullah SAW malah semakin meningkatkan kedermawanannya.

Inilah yang harus kita contoh. Jangan sampai kita menjadi orang yang pelit dan kikir. Jangan sampai kita menjadi orang yang menutup mata dan tak mau peduli dengan saudara-saudara kita yang kesulitan.

Kedua, Nabi Muhammad SAW memperbanyak ibadahnya di bulan suci. Saat Ramadan tiba, Rasulullah memperbanyak salat malam, membaca Al-Qur’an, dan senantiasa berzikir.

Beliau menghidupkan malam-malam Ramadan dengan ibadah, terutama di sepuluh hari terakhir untuk mencari malam Lailatulqadar. Hal ini sesuai dengan hadis Aisyah RA:

“Dari Aisyah RA, Rasulullah SAW sangat bersungguh-sungguh (beribadah) pada sepuluh hari terakhir (bulan ramadhan), melebihi kesungguhan beribadah di selain (malam) tersebut." (HR. Muslim).

Ketiga, Nabi Muhammad SAW selalu menjaga lisan dan perbuatannya. Puasa bukan hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga menjaga lisan dan perilaku. Rasulullah SAW bersabda:

"Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan keji, maka Allah tidak butuh ia meninggalkan makan dan minumnya." (HR. Bukhari)

Dari hadis ini, kita diajarkan untuk menjaga akhlak dengan menghindari kebohongan, gibah, maupun ucapan dan perbuatan yang menyakiti orang lain.

Keempat, Rasulullah SAW selalu bersikap lembut dan sabar. Beliau adalah orang yang penuh kasih sayang, baik kepada keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya. Beliau juga menanamkan nilai-nilai kesabaran dalam menjalankan ibadah puasa maupun menghadapi berbagai ujian.

Hadirin yang dimuliakan Allah,

Meneladani akhlak Rasulullah SAW di bulan Ramadan adalah bagian dari upaya kita untuk menjadi hamba yang lebih baik. Dengan bersedekah, memperbanyak ibadah, menjaga lisan dan perilaku, serta bersikap lembut dan sabar, kita berharap dapat meraih keberkahan Ramadan dengan maksimal.

Semoga kita semua dapat mengamalkan akhlak Rasulullah SAW dan meraih keberkahan serta ampunan Allah SWT di bulan yang mulia ini.

7. Kultum Ramadan: Pentingnya Doa, Zikir, dan Shalawat selama Ramadan

Ilustras Dzikir
Ilustras Dzikir. FOTO/iStockphoto

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Ramadan adalah bulan penuh keberkahan, bulan di mana doa-doa akan dikabulkan, dan bulan di mana zikir menjadi salah satu amalan utama yang sangat dianjurkan.

Doa adalah sarana bagi kita untuk berkomunikasi dan meminta sesuatu kepada Allah, sedangkan zikir adalah mengingat Allah dengan puji-pujian, baik dilafalkan dengan suara maupun diucapkan dalam hati.

Rasulullah SAW bersabda:

“Tiga orang yang doanya tidak tertolak: pemimpin yang adil, orang yang berpuasa sampai ia berbuka, dan doa orang yang terzalimi…” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)

Oleh karena itu, marilah kita memperbanyak doa dan zikir selama bulan Ramadan agar mendapatkan keberkahan dan ampunan dari Allah.

Ada banyak doa yang dianjurkan di bulan Ramadan, mulai dari doa melihat hilal, doa makan sahur, doa berbuka puasa, doa memohon ampunan, dan masih banyak lagi. Di bulan ini, banyak-banyaklah berdoa dan meminta kepada Allah sebagai bentuk penghambaan kita sebagai manusia kepada Tuhannya.

Begitu juga dengan zikir. Kita bisa rutin mengucapkan:

  • Tasbih: Subhanallah (Maha Suci Allah)
  • Tahmid: Alhamdulillah (Segala puji bagi Allah)
  • Tahlil: Laa ilaaha illallah (Tiada Tuhan selain Allah)
  • Takbir: Allahu Akbar (Allah Maha Besar)
  • Istigfar: Astaghfirullahal ‘azhim (Aku memohon ampun kepada Allah yang Maha Agung)
Jangan lupa pula untuk sering-sering bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Selain mendapat rahmat dari Allah, shalawat memberi kesempatan bagi kita untuk mendapatkan syafaat dari Rasulullah SAW di hari akhir kelak.

Jemaah yang dirahmati Allah,

Mari kita manfaatkan bulan Ramadan ini untuk memperbanyak doa dan zikir. Semoga Allah menerima segala amal ibadah kita, mengampuni dosa-dosa kita, dan memasukkan kita ke dalam surga-Nya. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

8. Kultum Ramadan: Keutamaan Membaca dan Belajar Al-Qur’an di Bulan Ramadhan

Ilustrasi Islam
Ilustrasi Islam. foto/Istockphoto

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jemaah yang berbahagia,

Bersyukurlah kita yang telah dipertemukan kembali dengan bulan Ramadan. Artinya, kita masih memiliki kesempatan untuk meraih fadilah dan keutamaan bulan ini.

Salah satu keistimewaan bulan Ramadan adalah diturunkannya kitab suci Al-Qur’an. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

"Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil)." (QS. Al-Baqarah: 185)

Ayat tersebut menunjukkan bahwa Al-Qur’an memiliki kaitan erat dengan bulan Ramadan. Oleh karena itu, membaca dan mengkaji Al-Qur’an di bulan ini memiliki keutamaan yang sangat besar. Apa saja keutamaannya?

Pertama, kita bisa mendapatkan pahala yang berlipat ganda. Rasulullah SAW pernah bersabda:

“Siapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur'an maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi sepuluh kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan alif lam mim satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.” (HR. Tirmidzi).

Di bulan Ramadhan, pahala dari setiap amal kebaikan dilipatgandakan. Oleh karena itu, membaca Al-Qur’an di bulan ini menjadi amalan yang sangat utama dan bernilai besar di sisi Allah SWT.

Kedua, Al-Qur’an bisa memberikan syafaat di hari kiamat. Jadi, membaca dan mengamalkan Al-Qur’an akan menjadi penyelamat kita di hari kiamat. Rasulullah SAW bersabda:

"Bacalah Al-Qur’an, maka sesungguhnya ia akan datang di hari kiamat memberi syafaat kepada pembacanya." (HR. Muslim)

Ketiga, membaca dan mempelajari Al-Qur’an bisa membawa kedamaian dan mendatangkan keberkahan. Hal ini sesuai hadis Rasulullah SAW:

“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah dari rumah-rumah Allah (masjid) membaca Kitabullah dan saling mempelajarinya, melainkan akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan), mereka akan dinaungi rahmat, mereka akan dilingkupi para malaikat, dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di sisi para makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya.” (HR. Muslim).

Hadirin yang dimuliakan Allah,

Bulan Ramadan menjadi kesempatan terbaik bagi kita untuk lebih dekat dengan Allah melalui Al-Qur’an. Dengan membaca, menghafal, memahami, dan mengamalkannya, kita dapat meraih keberkahan dan keutamaan yang luar biasa.

Semoga kita semua diberikan kekuatan dan keistikamahan dalam mencintai serta mengamalkan Al-Qur’an di bulan yang mulia ini.

9. Kultum Ramadhan Singkat 7 Menit: Hikmah Iktikaf dalam Kehidupan

Ilustrasi Shalat Malam
Ilustrasi Shalat Malam. foto/IStockphoto. foto/IStockphoto

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Salah satu ibadah yang sangat dianjurkan di bulan Ramadhan, khususnya di sepuluh malam terakhir, adalah iktikaf. Iktikaf berarti berdiam diri di masjid dengan niat beribadah kepada Allah, menjauhkan diri dari kesibukan dunia, dan mendekatkan diri kepada-Nya.

Iktikaf pun pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:

“Dari Aisyah RA bahwa ia berkata, “Nabi SAW melakukan iktikaf pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadan hingga Allah mewafatkan beliau. Kemudian aku melakukan iktikaf setelah beliau.” (HR. Bukhari & Muslim).

Ada banyak hikmah iktikaf yang bisa diperoleh jika dilakukan dengan penuh keikhlasan. Pertama, kita bisa mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan iktikaf, kita dapat lebih fokus dalam beribadah, berzikir, dan memperbanyak doa tanpa terganggu oleh urusan duniawi.

Kedua, iktikaf adalah salah satu sarana untuk berburu malam Lailatulqadar. Rasulullah SAW pun sangat menganjurkan iktikaf di sepuluh malam terakhir Ramadan agar bisa mencari malam Lailatulqadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan.

Ketiga, iktikaf dapat menyucikan hati. Iktikaf membantu kita untuk merenungi dosa-dosa yang telah lalu, memohon ampunan, serta memperbaiki hubungan kita dengan Allah SWT.

Keempat, iktikaf bisa memberikan ketenangan sekaligus meningkatkan kesabaran kita. Dengan menghabiskan waktu di masjid, kita belajar untuk mengendalikan hawa nafsu, meningkatkan kesabaran, dan menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak bermanfaat.

Iktikaf dapat memperkuat iman dan takwa sekaligus membentuk kebiasaan baik. Iktikaf adalah upaya kita untuk meningkatkan hubungan spiritual kita dengan Allah SWT. Iktikaf memang bukan kewajiban, tapi barang siapa yang melaksanakannya dengan tulus ikhlas, insya Allah akan berbuah pahala yang berlipat.

Jemaah yang dimuliakan Allah,

Mari kita manfaatkan momen Ramadan ini dengan memperbanyak ibadah, termasuk iktikaf. Semoga Allah memberikan kita kemudahan untuk melaksanakannya dan menjadikannya sebagai sarana mendekatkan diri kepada-Nya. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

10. Kultum Ramadhan Singkat 7 Menit tentang Sabar dan Syukur

Ilustrasi berdoa
Ilustrasi bersyukur. foto/istockphoto

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puasa di bulan Ramadan adalah ibadah yang mengajarkan kita dua hal penting dalam kehidupan, yaitu sabar dan syukur. Dua sikap ini merupakan kunci bagi seorang mukmin dalam menghadapi segala ujian hidup dan meraih keberkahan dari Allah SWT.

Allah SWT berfirman:

"Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa perhitungan." (QS. Az-Zumar: 10)

Puasa dapat melatih kita untuk bersabar dalam berbagai aspek:

  • Sabar dalam menahan hawa nafsu, baik berupa makan, minum, maupun perbuatan yang tidak bermanfaat.
  • Sabar dalam menghadapi ujian, seperti rasa lapar, haus, dan kondisi tubuh yang lemah.
  • Sabar dalam meningkatkan ibadah, termasuk memperbanyak salat, membaca Al-Qur’an, serta menjauhi segala perbuatan yang bisa mengurangi pahala puasa.
Rasulullah SAW bersabda:

"Puasa adalah perisai. Jika salah seorang di antara kalian berpuasa, maka janganlah berkata kotor dan jangan bertengkar. Jika seseorang mencacinya atau mengajaknya bertengkar, hendaklah ia berkata: 'Aku sedang berpuasa’.” (HR Bukhari dan Muslim).

Jemaah yang berbahagia,

Tak hanya soal sabar, puasa sejatinya juga akan menumbuhkan rasa syukur dalam hati kita. Allah SWT berfirman:

"Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya (dengan berpuasa) dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur." (QS. Al-Baqarah: 185).

Lalu, bagaimana kita bersyukur saat berpuasa? Kita bisa mensyukuri segala nikmat dari Allah SWT, misalnya nikmat kesehatan sehingga kita mampu berpuasa atau nikmat makanan dan minuman sehingga kita mampu bersahur dan berbuka.

Umur kita sampai di bulan Ramadan ini juga menjadi salah satu nikmat luar biasa yang patut disyukuri. Itu artinya kita memiliki kesempatan beribadah, kesempatan memperbaiki diri, dan kesempatan memperbanyak bekal untuk kehidupan di akhirat.

Hadirin sekalian,

Puasa adalah ibadah yang penuh dengan hikmah. Melalui kesabaran, kita belajar menahan diri dan mengendalikan hawa nafsu. Melalui rasa syukur, kita semakin sadar atas nikmat yang Allah berikan.

Jika kedua sikap ini kita amalkan dengan baik, insyaAllah puasa kita tidak hanya sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga menjadi jalan menuju ketakwaan.

Semoga Allah SWT memberikan kita kekuatan untuk menjalani ibadah puasa dengan penuh kesabaran dan kesyukuran, serta menerima amal ibadah kita semua di bulan yang penuh berkah ini.

11. Kultum Ramadan: Menjaga Lisan dan Hati di Bulan Ramadhan

Ilustrasi Jaga Lisan. FOTO/IStockphoto

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bulan Ramadan menjadi bulan yang penuh berkah bagi orang-orang beriman. Di bulan ini kita wajib melaksanakan puasa selama sebulan, bukan hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menahan diri dari segala perkataan dan perbuatan yang dapat merusak pahala puasa. Rasulullah SAW bersabda:

"Barang siapa tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan dusta, maka Allah tidak peduli dia telah meninggalkan makanan dan minumannya.” (HR. Bukhari)

Hadis ini menunjukkan bahwa menjaga lisan dan hati adalah bagian penting dari ibadah puasa. Jika kita hanya menahan lapar tetapi masih melakukan gibah (menggunjing), berkata kasar, berdusta, atau menyakiti orang lain, maka pahala puasa kita bisa berkurang, bahkan bisa hilang.

Mulut kita diciptakan untuk mengatakan hal-hal yang baik, terutama di bulan Ramadan ini. Tentu ada banyak cara agar kita bisa menjaga hati dan lisan di bulan ini. Pertama, hindari fitnah dan gibah. Jangan sampai kita membicarakan keburukan orang lain, apalagi memfitnahnya.

Allah SWT berfirman:

“Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik.” (QS. Al-Hujurat: 12).

Kedua, usahakan agar kita hanya berbicara yang baik-baik saja. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:

“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari).

Ketiga, sibukkan bibir kita dengan mengucap zikir dan istigfar. Ketimbang berbicara hal-hal yang tidak bermanfaat, lebih baik kita gunakan waktu untuk berzikir dan beristigfar agar hati lebih tenang dan pahala terus bertambah.

Hadirin sekalian,

Marilah kita jaga lisan dan hati kita di bulan Ramadan ini agar puasa kita benar-benar diterima oleh Allah. Semoga Allah menjadikan kita hamba yang selalu menjaga ucapan dan hati dari segala dosa. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

12. Kultum Ramadan: Pentingnya Menjalin Silaturahmi dan Memaafkan Sesama

Ilustrasi Halal Bihalal
Ilustrasi Silaturahmi. foto/Istockphoto

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jemaah yang berbahagia dan dirahmati Allah,

Bulan Ramadan bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga momentum untuk memperbaiki hubungan dengan sesama. Salah satu ajaran Islam yang sangat ditekankan di bulan ini adalah pentingnya menjalin silaturahmi dan saling memaafkan.

Allah SWT berfirman:

"Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan." (QS. An-Nisa: 1)

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah memerintahkan kita untuk senantiasa menjaga hubungan baik dengan sesama, caranya dengan tidak memutus tali silaturahmi. Silaturahmi sendiri memiliki banyak keutamaan, salah satunya bisa memperpanjang umur dan melapangkan rezeki.

Rasulullah SAW pernah bersabda:

“Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan ditangguhkan ajalnya (dipanjangkan umurnya), hendaklah ia bersilaturahmi.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Tak hanya silaturahmi, Ramadan juga mengajarkan kita untuk menjadi pribadi yang pemaaf. Allah SWT berfirman:

"Hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu?" (QS. An-Nur: 22)

Memaafkan terkadang sulit dilakukan karena hati kita dipenuhi oleh amarah. Namun, memaafkan sejatinya adalah bentuk ketakwaan dan akhlak mulia yang diajarkan Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadis disebutkan:

“Orang kuat bukanlah orang yang menang bergulat, tetapi yang disebut orang kuat adalah orang yang bisa mengendalikan dirinya pada saat marah.” (HR Bukhari dan Muslim)

Hadirin yang dimuliakan Allah,

Bulan Ramadan adalah waktu yang tepat untuk memperbaiki hubungan sosial kita. Mari manfaatkan momen ini untuk menyambung kembali silaturahmi dengan saudara-saudara kita yang mungkin telah terputus, serta saling memaafkan agar hati kita bersih dalam menjalankan ibadah.

Semoga kita semua termasuk orang-orang yang mendapatkan keberkahan Ramadhan dengan mempererat tali persaudaraan dan saling memaafkan. Aamiin.

13. Kultum Ramadan: Puasa sebagai Benteng dari Sifat Buruk dan Hawa Nafsu

Ilustrasi buka puasa
Ilustrasi buka puasa. FOTO/iStockphoto

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah mempertemukan kita kembali dengan bulan Ramadan, bulan yang penuh berkah dan ampunan. Di bulan ini pula kita diwajibkan untuk berpuasa dari fajar hingga petang.

Puasa sebenarnya merupakan benteng bagi kita dalam mengendalikan hawa nafsu dan menjauhkan diri dari sifat-sifat buruk. Rasulullah ﷺ bersabda:

"Puasa adalah perisai. Jika salah seorang di antara kalian berpuasa, maka janganlah berkata kotor dan jangan bertengkar. Jika seseorang mencacinya atau mengajaknya bertengkar, hendaklah ia berkata: 'Aku sedang berpuasa’.” (HR Bukhari dan Muslim).

Dari hadis ini kita bisa memahami bahwa puasa bertindak layaknya sebuah benteng yang bisa menjaga diri kita dari hal-hal buruk. Puasa bisa menghindarkan kita dari amarah dan permusuhan. Orang yang berpuasa dilatih untuk lebih sabar dan tidak mudah terpancing emosi.

Maka, puasa juga otomatis akan menjauhkan kita dari dosa. Dengan berpuasa, kita dilatih untuk menahan diri dari berkata kotor, berbohong, menggunjing, serta melakukan maksiat lainnya.

Di sisi lain, puasa juga menjadi benteng bagi diri kita dari hawa nafsu, termasuk menahan syahwat. Rasulullah SAW bersabda:

“Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu menikah, maka menikahlah. Karena menikah lebih dapat menahan pandangan dan lebih memelihara kemaluan. Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia berpuasa; karena puasa dapat menekan syahwatnya (sebagai tameng).” (HR. Bukhari).

Puasa juga melatih kedisiplinan dan kesabaran dalam diri kita. Dengan berpuasa, kita belajar mengendalikan keinginan dan tidak langsung menuruti hawa nafsu. Puasa pun mendidik kita menjadi lebih bertakwa, karena kita akan merasa diawasi oleh Allah dan lebih berhati-hati dalam bertindak.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Mari kita jadikan puasa sebagai sarana untuk membersihkan diri dari sifat buruk dan mengendalikan hawa nafsu. Semoga Allah menerima amal ibadah kita dan menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang bertakwa. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

14. Kultum Ramadan: Keutamaan Berbuka Puasa dan Sunah-Sunahnya

Ilustrasi Makan Bersama
Ilustrasi Makan Bersama. foto/istockphoto

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Puasa adalah ibadah yang penuh dengan hikmah dan keutamaan. Salah satu momen yang paling dinanti oleh orang yang berpuasa adalah waktu berbuka. Berbuka puasa bukan hanya sekadar makan dan minum setelah seharian menahan lapar dan haus, tapi juga memiliki banyak keutamaan.

Rasulullah SAW bersabda:

“Orang yang berpuasa akan meraih dua kegembiraan, kegembiraan ketika berbuka puasa/berhari raya, dan kegembiraan ketika bertemu Tuhannya.” (HR. Muslim).

Hadis ini menunjukkan bahwa berbuka puasa adalah momen yang penuh keberkahan dan kebahagiaan. Selain itu, orang yang memberi makan untuk berbuka puasa juga mendapatkan pahala besar.

Rasulullah SAW bersabda:

"Barangsiapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.” (HR. Tirmidzi).

Bayangkah, hanya dengan memberi makan berbuka kepada orang yang berpuasa, kita ikut mendapatkan pahalanya. Tak hanya itu, kita juga perlu tahu bahwa ada banyak sunah dalam berbuka yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Pertama adalah menyegerakan berbuka.

Rasulullah SAW bersabda: "Manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka." (HR. Bukhari dan Muslim).

Kedua, berbuka dengan kurma atau air. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:

”Apabila salah seorang di antara kalian berbuka, hendaklah berbuka dengan kurma, karena dia adalah berkah, apabila tidak mendapatkan kurma maka berbukalah dengan air karena dia adalah bersih.” (HR. Tirmidzi dan Abu Dawud).

Ketiga, membaca doa berbuka seperti yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.

“Ketika berbuka puasa, Rasulullah SAW berdoa: Dhahaba azh-zhama’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah (Rasa haus telah hilang dan urat-urat telah basah, dan pahala telah ditetapkan insya Allah).” (HR. Abu Daud).

Hadirin yang dimuliakan Allah,

Berbuka puasa bukan hanya tentang membatalkan puasa dan menikmati makanan, tetapi juga momen untuk mensyukuri nikmat Allah, mengamalkan sunah Rasulullah, serta berbagi dengan sesama.

Semoga kita semua dapat mengamalkan sunah-sunah berbuka puasa dan mendapat keberkahan serta pahala yang berlipat ganda di bulan Ramadan ini.

15. Kultum Ramadan: Membentuk Kebiasaan Baik sebagai Bekal Pasca Ramadan

Ilustrasi Islam
Ilustrasi Islam. foto/Istockphoto

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Ramadan merupakan bulan pelatihan bagi kita untuk meningkatkan ibadah, mengendalikan hawa nafsu, dan membentuk kebiasaan-kebiasaan baik. Namun, tantangan sebenarnya adalah bagaimana kita bisa mempertahankan kebiasaan baik tersebut setelah Ramadan berakhir.

Allah SWT pernah berfirman dalam Al-Qur’an:

"Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu kepastian (kematian)." (QS. Al-Hijr: 99)

Ayat ini mengingatkan kita bahwa ibadah sejatinya tidak hanya dilakukan di bulan Ramadan, tapi harus terus dijaga sepanjang hidup kita. Jika saat Ramadan kita giat beribadah, maka kita juga harus tetap rajin mendekatkan diri pada Allah SWT di bulan-bulan setelahnya.

Di bulan Ramadhan, kita terbiasa melaksanakan salat wajib tepat waktu, salat tarawih, dan memperbanyak ibadah sunah seperti tahajud dan witir. Setelah Ramadhan, mari kita tetap menjaga salat tepat waktu dan menghidupkan ibadah sunah.

Saat Ramadan, kita berlomba-lomba untuk mengaji karena bulan suci adalah bulan turunnya Al-Qur’an. Setelah Ramadhan, jangan sampai Al-Qur’an hanya menjadi pajangan dan diabaikan. Tetaplah membaca, memahami, dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Begitu juga dengan berpuasa, kita bisa berusaha menahan diri dari perkataan kotor, gibah, dan perbuatan yang tidak bermanfaat. Kebiasaan ini harus terus kita pertahankan agar hati kita senantiasa bersih dan jiwa kita tetap terjaga.

Masih banyak amalan-amalan lain yang biasa kita lakukan di bulan Ramadan yang harus tetap dirutinkan di bulan-bulan lainnya. Keberhasilan Ramadan tidak hanya diukur dari seberapa baik kita beribadah selama bulan itu, tapi juga dari bagaimana kita mempertahankan kebiasaan baik tersebut setelahnya.

Semoga Allah memberikan kita kekuatan untuk terus istikamah dalam kebaikan dan menjadikan kita hamba-hamba yang bertakwa sepanjang hidup. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

16. Kultum Ramadan: Menjaga Keikhlasan dalam Ibadah agar Tidak Riya'

Ilustrasi berdoa
Ilustrasi berdoa. foto/istockphoto

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Keikhlasan adalah ruh dari setiap ibadah yang kita lakukan. Ibadah yang dilakukan tanpa keikhlasan akan menjadi sia-sia dan tidak bernilai di sisi Allah SWT.

Dalam bulan Ramadhan ini, saat kita memperbanyak amal ibadah, kita harus memastikan bahwa semua yang kita lakukan hanya untuk mencari rida Allah SWT, bukan untuk mendapat pujian atau pengakuan dari manusia.

Allah SWT berfirman:

"Mereka tidak diperintah, kecuali untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya lagi hanif (istikamah), melaksanakan salat, dan menunaikan zakat. Itulah agama yang lurus (benar)." (QS. Al-Bayyinah: 5)

Ayat ini menegaskan bahwa tujuan utama ibadah adalah untuk Allah SWT semata. Keikhlasan dalam ibadah menjadikan amal kita diterima dan membawa pahala yang besar.

Ketika kita beribadah dengan tujuan mendapatkan pujian atau perhatian dari manusia, inilah yang disebut dengan riya’. Ini adalah salah satu bentuk syirik kecil dan termasuk dosa besar yang harus kita hindari. Rasulullah SAW bersabda:

"Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takutkan menimpa kalian adalah syirik kecil." Para sahabat bertanya, "Apa itu syirik kecil, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, ‘Riya’." (HR. Ahmad)

Riya' dapat menghapus pahala ibadah dan membuat amal kita tidak bernilai di sisi Allah SWT. Oleh karena itu, kita harus selalu mengoreksi niat kita sebelum, saat, dan setelah beribadah.

Lalu, bagaimana cara kita untuk menjaga keikhlasan dalam ibadah? Pertama, luruskan niat sejak awal. Pastikan bahwa semua ibadah yang kita lakukan hanya untuk Allah SWT.

Ketika hendak salat atau sedekah, pastikan kita melakukannya demi mendapat rida Allah, bukan karena ingin terlihat baik di mata orang lain. Jika sulit, lakukan ibadahnya secara sembunyi-sembunyi agar hanya Allah yang melihatnya.

Kedua, selalu ingat bahwa Allah Maha Melihat dan Maha Mengetahui. Allah tahu apa yang tersembunyi dalam hati kita. Jadi, jangan coba-coba menipu Allah dengan berkata ikhlas, tapi hatinya tidak.

Ketiga, selalu ingat bahwa pahala itu datangnya dari Allah, bukan dari manusia. Jadi, percuma jika kita beribadah dengan mengharapkan validasi orang lain. Lebih baik kita mengharapkan validasi dari Allah sehingga turun pahala bagi kita.

Hadirin sekalian,

Di bulan Ramadhan ini, mari kita perbanyak amal ibadah dengan penuh keikhlasan. Jangan biarkan riya' menghilangkan pahala dan keberkahan dari ibadah kita. Semoga Allah SWT menerima setiap amal kita dan menjadikan kita hamba-hamba yang ikhlas dalam beribadah.

Demikian kumpulan kultum Ramadhan singkat 7 menit yang bisa jadi inspirasi. Semoga kultum-kultum ini dapat menambah wawasan, memperkuat iman, dan memberikan motivasi untuk meningkatkan ibadah di bulan suci.

Baca juga artikel terkait RAMADHAN 2025 atau tulisan lainnya dari Erika Erilia

tirto.id - Edusains
Kontributor: Erika Erilia
Penulis: Erika Erilia
Editor: Erika Erilia & Yulaika Ramadhani