Menuju konten utama

Apa Itu Itikaf, Syarat, & Rukun I'tikaf 10 Hari Terakhir Ramadan

Apa pengertian itikaf, syarat i'tikaf, dan rukun itikaf 10 hari terakhir Ramadhan? Simak penjelasannya di bawah ini.

Apa Itu Itikaf, Syarat, & Rukun I'tikaf 10 Hari Terakhir Ramadan
Umat muslim membaca Alquran keAlquran, Salat Tahajud tika beritikaf di Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis (30/5/2019) dini hari. ANTARA FOTO/Saptono/aww/19

tirto.id - Saat berada di penghujung Ramadhan atau 10 hari terakhir Ramadhan, sebagian umat Islam biasanya akan melakukan i'tikaf.

Itikaf adalah salah satu cara untuk menggapai malam lailatul qadar bagi umat Islam di bulan Ramadhan.

Lantas, apa arti itikaf di bulan ramadhan, ketentuan i'tikaf, serta bagaimana tata cara i'tikaf 10 hari terakhir Ramadhan? Untuk lebih memahaminya, simak terus artikel di bawah ini.

Apa yang Dimaksud dengan I'tikaf?

Itikaf adalah berdiam diri di dalam masjid oleh orang tertentu dengan niat tertentu demi mencari ridha Allah.

Ketika seseorang melakukan iktikaf, ia mesti memperhatikan rukun i'tikaf dan syarat i'tikaf. Terlebih, iktikaf adalah salah satu cara untuk menggapai malam lailatul qadar bagi umat Islam di bulan Ramadhan.

Iktikaf hukumnya sunah. Ibadah ini dianjurkan pelaksanaanya oleh Nabi Muhammad SAW. Pelaksanaan iktikaf dapat merujuk firman Allah SWT dalam Surah Al Baqarah ayat 187 sebagai berikut:

“… Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam. Tetapi jangan kamu campuri mereka, ketika kamu beriktikaf dalam masjid. Itulah ketentuan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, agar mereka bertakwa.”(QS. Al Baqarah [2]:187)

Sebagai ibadah sunah, iktikaf dapat ini dilaksanakan pada waktu kapan pun. Hanya saja Rasulullah SAW sangat menganjurkan supaya amalan tersebut ditunaikan pada 10 hari terakhir bulan Ramadan.

Dikisahkan dalam sebuah hadis riwayat Aisyah ra., “Sesungguhnya Nabi s.a.w. melakukan i’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan hingga beliau wafat, kemudian istri-istrinya mengerjakan i’tikaf sepeninggal beliau”. (Hadis Shahih, riwayat al-Bukhari: 1886 dan Muslim: 2006).

Iktikaf berdasarkan perkembangan bahasa berasal dari kata i’tikafa-ya’takifu-i’tikafa yang berarti tinggal di suatu tempat. Berdasarkan istilahnya, iktikaf dapat dimaknai dengan berdiam diri di masjid untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui amalan yang baik.

Beberapa amalan yang dapat dilakukan saat beriktikaf seperti salat sunah, membaca Al Qur’an (tadarus Al Qur’an), berzikir, berdoa, hingga membaca buku-buku agama.

Rasulullah SAW melakukan iktikaf salah satunya sebagai contoh kepada umatnya untuk menggapai malam lailatul qadar. Yang disebut lailatul qadar adalah malam yang penuh berkah dan kemuliaan.

Malam ini istimewa, karena apabila seorang muslim beribadah pada waktu tersebut, maka amalannya lebih baik dari pada ibadah seribu bulan.

Rasulullah SAW bahkan pernah melakukan iktikaf selama 20 hari di bulan Ramadan. Dikisahkan dalam sebuah hadis riwayat Ubay bin Ka’ab ra., ia berkata,

"Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan. Pernah selama satu tahun beliau tidak beri’tikaf, lalu pada tahun berikutnya beliau beri’tikaf selama dua puluh hari”.

Rukun I'tikaf di 10 Hari Terakhir Ramadhan

Hal utama yang harus diperhatikan untuk mendapatkan keutamaan dari iktikaf adalah rukun dan syaratnya. Seorang muslim layak mencermati kedua hal ini supaya dapat melaksanakan iktikaf dengan benar sesuai syariat.

Dalam "Tuntunan I’tikaf di Masjid" oleh Zakky Mubarak (NU Online), berikut ini beberapa rukun iktikaf.

1. Niat iktikaf

Berikut ini niat iktikaf yang dapat dibaca oleh seorang muslim bersumber dari kitab Tuhfatul Muhtaj dan Nihayatul Muhtaj dalam bahasa Arab dan latin beserta artinya.

نَوَيْتُ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ مَا دُمْتُ فِيهِ

Lafal latinnya: Nawaitu an a‘takifa fī hādzal masjidi mā dumtu fīh

Artinya: “Saya berniat itikaf di masjid ini selama saya berada di dalamnya.

Imam An-Nawawi dalam kitab Al Majmu Syarah Muhadzab juga menuliskan lafal doa niat iktikaf yang dapat dibaca oleh muslim berikut.

نَوَيْتُ الاِعْتِكَافَ فِي هذَا المَسْجِدِ لِلّهِ تَعَالى

Lafal latinnya: Nawaitul i’tikāfa fī hādzal masjidi lillāhi ta‘ālā

Artinya: “Saya berniat i’tikaf di masjid ini karena Allah SWT.”

2. Berdiam diri di dalam masjid

Iktikaf dapat dilakukan dalam rentang waktu lama atau sebentar, siang hari maupun malam hari, sesuai keinginan dari mu’takif (orang yang beriktikaf).

Syarat I'tikaf di Masjid pada 10 Hari Terakhir Ramadhan

I'tikaf harus dilakukan dengan niat yang murni, yaitu semata-mata karena ingin mendekatkan diri kepada Allah dan mengharapkan rahmat-Nya.

Berikut ini beberapa syarat yang harus dipenuhi saat akan melakukan i'tikaf:

1. Muslim atau beragama Islam.

2. Berakal sehat (tidak gila).

3. Sudah berusia baligh, bagi laki-laki dan perempuan

4. Suci dari hadas besar.

5. Melaksanakan i'tikaf di masjid.

Apabila seseorang melakukan iktikaf, namun tidak memenuhi ketika syarat ini, maka iktikafnya tidak sah.

Tata Cara I'tikaf 10 Hari Terakhir Ramadhan

Setelah memenuhi syarat i'tikaf, selanjutnya tata cara melakukan i'tikaf adalah sebagai berikut:

  • Membaca niat
  • Mengawali i'tikaf dengan shalat sunnah dan shalat wajib
  • Membaca Al-Qur’an
  • Memperbanyak membaca tasbih, takbir, tahmid
  • Memperbanyak istighfar
  • Membaca bacaan shalawat nabi, serta
  • Memperbanyak doa dan tafakur.

Baca juga artikel terkait RAMADHAN 2024 atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Fitra Firdaus
Penyelaras: Dhita Koesno