tirto.id - Pengertian puasa menurut bahasa dan istilah harus muslim ketahui terlebih dahulu sebelum mempelajari lebih lanjut mengenai detail hukumnya. Lalu, apa arti puasa menurut bahasa dan istilah?
Sebagaimana ibadah-ibadah lainnya, ketentuan puasa diatur dalam ilmu fikih. Puasa termasuk salah satu dari lima rukun Islam yang wajib dilaksanakan setiap muslim, sebagaimana tertera dalam sabda Nabi Muhammad SAW:
“Islam itu ditegakkan atas lima perkara, yaitu bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali Allah, dan bersaksi bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad adalah utusan Allah (syahadat), mendirikan salat, menunaikan zakat, berhaji ke Baitullah, dan berpuasa pada Ramadan,” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Pengertian Puasa Menurut Bahasa dan Istilah
Seorang muslim yang sudah balig, mukim (bukan musafir), berakal sehat, serta mampu menahan lapar dan haus diwajibkan menjalankan ibadah puasa pada bulan suci Ramadhan. Sebelum mengetahui hukumnya, pahami dahulu pengertian puasa secara bahasa dan istilah, yakni sebagai berikut:
1. Pengertian Puasa Menurut Bahasa
Dalam bahasa Arab, puasa (الصوم) artinya mengekang atau menahan diri. Puasa secara bahasa artinya menahan diri itu tertera dalam cerita Maryam, ibu Nabi Isa AS ketika ia berjanji tidak akan berbicara pada orang lain.
إِنِّي نَذَرۡتُ لِلرَّحۡمَٰنِ صَوۡما فَلَنۡ أُكَلِّمَ ٱلۡيَوۡمَ إِنسِيّا
Arab latin:
Inni nadzartu lirrahmaani shauman falan ukallimal yauma insiyya.
Artinya:
“Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa karena Tuhan Yang Maha Pemurah bahwa aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini,” (QS. Maryam [19]: 26).
Pada ayat di atas, Maryam berkata: “Aku berpuasa berbicara,” yang artinya ia menahan diri untuk tidak berkata-kata.
Penggunaan puasa (menurut bahasa) juga kerap dilakukan dalam percakapan sehari-hari, seperti “puasa memancing,” “puasa makan mie,” “puasa main game,” dan sebagainya.
2. Pengertian Puasa Menurut Istilah
Sementara itu, pengertian puasa menurut istilah adalah menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkanya dari awal terbit fajar hingga terbenam matahari semata karena perintah Allah SWT, serta disertai niat dan syarat-syarat tertentu, sebagaimana dikutip dari Fikih Islam Lengkap (1978) yang ditulis Moh. Rifa'i.
Lebih rinci lagi, puasa dimaksudkan untuk menahan diri dari lapar, dahaga, dan syahwat kemaluan, serta segala benda yang memasuki rongga perut dalam tubuh.
Durasi pelaksanaannya tertera jelas dalam hadis Rasulullah SAW, yakni sejak fajar kedua atau fajar shadiq (waktu imsak) sampai terbenamnya matahari.
Dikutip dari laman NU Online, pengertian yang tidak jauh berbeda juga dijelaskan dalam kitab Subul al-Salam:
الْإِمْسَاكُ عَنْ الْأَكْلِ وَالشُّرْبِ وَالْجِمَاعِ وَغَيْرِهِمَا مِمَّا وَرَدَ بِهِ الشَّرْعُ فِي النَّهَارِ عَلَى الْوَجْهِ الْمَشْرُوعِ وَيَتْبَعُ ذَلِكَ الْإِمْسَاكُ عَنْ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ وَغَيْرِهِمَا مِنْ الْكَلَامِ الْمُحَرَّمِ وَالْمَكْرُوهِ لِوُرُودِ الْأَحَادِيثِ بِالنَّهْيِ عَنْهَا فِي الصَّوْمِ زِيَادَةً عَلَى غَيْرِهِ فِي وَقْتٍ مَخْصُوصٍ بِشُرُوطٍ مَخْصُوصَةٍ
“Menahan diri dari makan, minum, jima’ (bercampur dengan istri) dan lain-lain yang telah diperintahkan kepada kita untuk menahannya, sepanjang hari menurut cara yang disyariatkan. Demikian pula diperintahkan menahan diri dari ucapan yang diharamkan atau dimakruhkan, karena ada hadis-hadis yang melarang hal itu, itu semua berdasarkan waktu dan syarat-syarat yang telah ditetapkan,” (Subul al-Salam II, hal. 206).
Selain itu, ibadah puasa baru dinyatakan sah apabila dilakukan oleh sosok yang sudah beragama Islam, berakal sehat, tidak sedang haid atau nifas, serta berniat untuk berpuasa secara yakin tanpa kebimbangan atau ragu-ragu.
Demikian penjelasan mengenai pengertian puasa menurut bahasa dan istilah.
Keutamaan Puasa
Ibadah puasa Ramadan juga memiliki banyak keutamaan bagi yang menjalankannya. Di antara ganjaran dan pahala puasa itu adalah ampunan dari Allah SWT, sebagaimana tertera dalam sabda Rasulullah SAW:
“Siapa yang melaksanakan puasa Ramadhan dengan keimanan dan keikhlasan, maka akan diampuni dosanya yang telah lampau,” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Ada banyak keutamaan puasa Ramadhan, di antaranya sebagai berikut:
1. Muslim telah diwajibkan berpuasa bahkan umat sebelum kita. Perintah puasa sebagaimana tertera dalam surah Al-Baqarah ayat 183:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
Arab latin:
Yâ ayyuhalladzîna âmanû kutiba ‘alaikumush-shiyâmu kamâ kutiba ‘alalladzîna ming qablikum la‘allakum tattaqûn.
Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” (QS. Al-Baqarah [2]: 183).
2. Mereka yang melakukan puasa akan mendapat syafaat. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
“Puasa dan Al-Quran memberi syafaat bagi seorang hamba pada hari kiamat. Puasa berkata: ‘Wahai Robb, aku telah menahannya dari makanan dan syahwat maka berikanlah syafaat.’ Al-Quran berkata: ‘Wahai Robb, aku telah menahannya dari tidur di malam hari maka berilah syafaat.’ Rasulullah berkata: Maka keduanya memberi syafaat’,” (HR Ahmad dan Al-Hakim).
3. Pahala puasa tidak terbatas pada jumlah tertentu. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
“Setiap amal perbuatan anak Adam yakni manusia itu, yang berupa kebaikan akan dilipatgandakan pahalanya dengan sepuluh kalinya sehingga tujuh ratus kali lipatnya. Allah Ta'ala berfirman: ‘Melainkan puasa, karena sesungguhnya puasa itu adalah untukKu dan Aku akan memberikan balasannya. Orang yang berpuasa itu meninggalkan syahwatnya, juga makanannya semata-mata karena ketaatannya pada perintahKu’,” (HR Muslim).
Editor: Addi M Idhom
Penyelaras: Ibnu Azis