tirto.id - Presiden Prabowo Subianto mengklaim jumlah pemudik atau arus mudik pada Lebaran 2025 menjadi terbesar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Ia bahkan mengaku puas meski menjadi terbesar, kemacetan tidak terjadi dan berhasil ditekan selama periode mudik Lebaran kali ini.
“Merupakan suatu prestasi, yang dilaporkan kepada saya, arus mudik yang terbesar selama ini, lebih besar dari tahun lalu, tanpa kemacetan yang berarti,” kata Prabowo pada acara Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden RI di Menara Mandiri, Jakarta, Selasa (8/4/2025).
Untuk diketahui, pemerintah menetapkan masa Angkutan Lebaran Idulfitri 2025 pada 21 Maret sampai dengan 11 April 2025. Puncak arus mudik terjadi pada 28 Maret, sedangkan puncak arus balik pada 6 April 2025.
Tidak hanya soal arus mudik, Prabowo juga puas dengan penurunan angka kecelakaan selama periode mudik lebaran. Penurunan ini menurutnya tidak lepas atas capaian dan hasil kerja keras berbagai instansi dan kementerian atau lembaga diantaranya yakni Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dan Kepolisian.
"Yang lebih memuaskan bagi kita adalah angka kecelakaan yang turun sangat drastis, 30 persen lebih rendah kecelakaan dibandingkan dengan tahun lalu,” lanjut dia.
Bagaimana Fakta di Lapangan?
Berdasarkan data Kementerian Perhubungan, jumlah pemudik dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi. Pada 2021 masih menunjukkan angka yang sangat rendah yakni 27,6 juta orang, namun mulai terjadi peningkatan kembali pada 2022 sebesar 85,5 juta orang. Puncaknya terjadi pada 2023, dengan jumlah pemudik mencapai lebih dari 123 juta orang, menandai kebangkitan mobilitas masyarakat pascapandemi COVID-19.
Sementara pada 2024 mencatat rekor jumlah pemudik tertinggi, mencapai hampir 193,6 juta orang. Namun, survei terbaru Kemenhub tahun ini memperkirakan bahwa pada 2025, jumlah pemudik hanya mencapai 146,48 juta orang. Angka itu melorot sekitar 24 persen dibanding proyeksi pergerakan masyarakat pada periode lebaran 2024. Kendati menurun angka ini tetap jauh lebih tinggi dibandingkan periode sebelum pandemi.
Peneliti Inisiatif Strategis untuk Transportasi (INSTRAN), Ki Darmaningtyas, melihat antiklimak persiapan angkutan mudik Lebaran 2025 ini dirasakan ketika arus mudik yang ada tidak semasif seperti yang dibayangkan sebelumnya. Bukan karena adanya berbagai kebijakan dalam memperpanjang masa liburan, termasuk kebijakan WFA (Work from Anywhere), melainkan karena jumlah pemudik pada tahun ini menurun.
Hal itu terlihat dari kondisi di lapangan, di daerah-daerah tujuan pemudik. Di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta misalnya, baik di Kota Yogyakarta maupun Kabupaten Gunungkidul saat arus mudik dan saat Lebaran dipadati dengan kendaraan pribadi, utamanya mobil berplat polisi non AB. Ini menandakan musim mudik 2025 ini terlihat sepi.
Sejumlah testimoni yang melakukan perjalanan pada H-2 sampai H-1 melewati Tol Transjawa dari arah Jawa Timur misalnya, menyatakan sangat lancar, termasuk kendaraan yang mengarah ke Jawa Timur pun tergolong sepi.
Sementara data PT Jasa Marga (Pesero) yang dihimpun dari Pintu Tol Ciawi 1, Cikampek Utama 1, Kalihurip Utama 1 (Jawa Barat), dan Cikupa antara H-5 sampai H-1 antara arus mudik 2024 dengan 2025 menunjukkan adanya penurunan selama kurun waktu H-5 sampai H-1. Pada arus mudik 2024 ada 1.045.330 unit kendaraan, sedangkan pada arus mudik 2025 terdapat 1.004.348 kendaraan atau turun sebanyak 40.982 kendaraan.
Namun puncak arus mudik tetap ada pada H-3, yaitu sebanyak 231.511 (2024) menjadi 255.027 kendaraan. Ini artinya kebijakan WFA sepertinya tidak berpengaruh signifikan. Yang ada pengaruh sepertinya libur lebih awal, hal itu terlihat dari pergerakan pada H-10 dan H-9 yang meningkat cukup signifikan, yaitu dari 93.568 unit (H-10, 2024) menjadi 161.893 (H-10, 2025) dan dari 116.579 unit (H-9, 2024) menjadi 166.948 unit (H-9, 2025).
Penurunan jumlah kendaraan itu juga terjadi di Pelabuhan Merak, Banten yang menghubungkan ke wilayah Sumatera. Berdasarkan hasil monitoring PT ASDP (Persero) untuk kurun waktu H-10 (21/3/2025) sampai H (31/3/2025), bila pada mudik Lebaran 2024 terdapat 225.637 kendaraan roda empat yang menyeberang dari Pelabuhan Merak menjadi 225.400 pada arus mudik 2025 ini atau turun 0,1 persen. Namun jumlah penumpang naik 3 persen, dari 859.521 (2024) menjadi 885.828 (2025).
Dampak efisiensi anggaran, menurut Darmaningtyas, sangat luas dan berpengaruh terhadap minat warga untuk melakukan mudik lebaran. ASN-ASN muda, yang masih punya tanggungan angsuran rumah dan kendaraan, memilih tidak mudik, karena selama tiga bulan terakhir mereka tidak mendapatkan tambahan penghasilan, baik dari perjalanan dinas ataupun kegiatan seremonial, dan konsultansi.
“Pada akhirnya mereka lebih baik mengefisiensikan pendapatannya untuk membayar cicilan rumah dan kendaraan, sehingga memilih tidak mudik. Bagi kaum lansia, minat untuk bepergian amat dipengaruhi oleh berita-berita mengenai cuaca ekstrim,” jelas dia.
Keengganan masyarakat untuk tidak mudik Lebaran 2025 juga terpotret dalam jajak pendapat Tirto bersama Jakpat yang dilangsungkan di pekan pertama Ramadhan (5 - 7 Maret 2025) dengan melibatkan 1.336 warga Indonesia, yang tersebar di 31 provinsi. Hasilnya didapatkan tiga dari lima responden mengaku tidak berencana mudik. Hanya sebanyak 35,7 persen responden yang menyatakan bakal pulang kampung, dengan 6,66 persen di antaranya sudah membeli tiket.
Temuan Tirto ini dapat dilihat sebagai rendahnya antusiasme pemudik tahun ini. Survei tersebut juga sejalan dengan proyeksi Kementerian Perhubungan di atas yang menunjukkan adanya penurunan pergerakan masyarakat selama masa lebaran 2025.
Ketua Forum Antarkota Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Aditya Dwi Laksana, mengamini bahwa dari berbagai data dan informasi yang beredar memang ada indikasi penurunan jumlah pemudik pada tahun ini. Namun tentu masih harus merujuk pada rilis data resmi setidaknya dari Kementerian Perhubungan.
“Sehingga bila pun bapak presiden menyatakan hal yang berbeda harus pula berdasarkan data rujukan resmi,” jelas dia kepada Tirto, Rabu (9/4/2025).
Salah Kaprah?
Ketua Umum INSTRAN, Budi Susanto, menilai pernyataan Prabowo sejalan dengan masih tingginya antusiasme masyarakat untuk mudik. Baik yang mengikuti program Mudik Gratis yang diselenggarakan Pemerintah/BUMN, swasta, dan perorangan. Ditambah adanya pergerakan kendaraan dari Jabodetabek menuju Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sumatera. Demikian juga dengan pemudik yang menggunakan kereta api, kapal laut dan pesawat.
Tapi faktanya memang data Kementerian Perhubungan menunjukkan bahwa arus mudik tahun ini mengalami penurunan berdasarkan monitoring dari H-10 sd H+2 Idulfitri. Ini dapat disebabkan beberapa hal yaitu prediksi mudik meleset, penurunan daya beli masyarakat, dan masyarakat melakukan penundaan mudik setelah 8 April 2025 agar tiket lebih murah dan tidak khawatir terjebak macet di jalan.
“Jadi arus mudik tahun ini mengalami penurunan,” ujar dia kepada Tirto, Rabu (9/4/2025).
Sedangkan tentang penurunan angka kecelakaan di masa Lebaran, memang merujuk data dari Korlantas Polri sebesar 30 persen dibandingkan tahun lalu. Dan tentu hal ini patut untuk diapresiasi meski tentu terkait pula dengan tren penurunan perjalanan mudik pada tahun ini.
Sebelumnya Kepala Korps Lalu Lintas (Kakorlantas) Polri, Irjen Pol Agus Suryonugroho, menyampaikan terjadi penurunan jumlah kejadian kecelakaan lalu lintas dibandingkan tahun sebelumnya. Selain turunnya jumlah laka lantas, angka fatalitas korban kecelakaan dan meninggal dunia pun turun.
Hal ini disampaikan Agus saat menjelaskan terkait proyeksi arus balik libur lebaran pada Operasi Ketupat 2025. Dari 3.728 laka 2024 menjadi 2.637 kejadian pada 2025. Ada penurunan jumlah kecelakaan sekitar 30 persen.
"Fatalitas korban meninggal dunia, yang meninggal dunia turun 47 persen. Ini selama operasi data nasional," tutur Agus dalam keterangan tertulis, Senin (7/4/2025).
Dari berbagai data diatas, maka bisa disimpulkan angka kecelakaan lalu lintas selama masa mudik Lebaran 2025 benar mengalami penurunan yang cukup signifikan berdasarkan data terbaru dari Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri. Meskipun begitu, penurunan ini juga tidak lepas dari adanya tren penurunan jumlah perjalanan mudik tahun ini. Dengan demikian, klaim Prabowo mengenai arus mudik lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya terjadi kekeliruan karena hanya melihat realitas di lapangan dan bukan berdasarkan fakta ada.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Anggun P Situmorang