tirto.id - Niat puasa Ayyamul Bidh Syawal menjadi pembahasan penting bagi umat Islam yang ingin mendapatkan keutamaan puasa sunnah si bulan Syawal.
Ayyamul Bidh secara bahasa bermakna "hari-hari yang cerah", merujuk pada tiga hari di pertengahan bulan Hijriyah, yaitu tanggal 13, 14, dan 15.
Dalil puasa Ayyamul Bidh merujuk pada hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, di mana Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk berpuasa pada hari-hari tersebut. Hadits tersebut berbunyi:
"Diriwayatkan dari Qatadah bin Milhan RA, ia berkata: 'Rasulullah SAW telah memerintahkan untuk berpuasa pada hari-hari yang malamnya cerah, yaitu tanggal 13, 1, dan 15'". (HR. Abu Dawud). (An-Nawawi, Riyadhus Shalihin, juz II, hal. 81)
Puasa Ayyamul Bidh sendiri dapat dilakukan pada bulan apa pun, termasuk di bulan Syawal setelah Idul Fitri. Puasa Ayyamul Bidh Syawal memiliki keutamaan sebagai amalan sunnah yang konsisten diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Meski Syawal identik dengan puasa enam hari setelah Ramadhan, puasa Ayyamul Bidh Syawal 2025 tetap bisa dilaksanakan untuk menyempurnakan ibadah di bulan ini.
Lalu, bagaimana hukum puasa Ayyamul Bidh Syawal? Dan bagaimana niat puasa Ayyamul Bidh bulan Syawal yang benar?
Hukum Puasa Ayyamul Bidh Syawal
Sebelum memahami niat puasa Ayyamul Bidh Syawal, penting untuk mengetahui hukumnya.
Hukum puasa Ayyamul Bidh adalah sunnah muakkad, yaitu ibadah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Hal ini didasarkan pada beberapa hadits-hadits Nabi SAW, salah satunya dari Ibnu Abbas RA:
"Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, ia berkata: 'Rasulullah SAW sering tidak berbuka (terus berpuasa) pada hari-hari yang malamnya cerah, baik ketika di rumah maupun dalam perjalanan'." (HR. An-Nasa'i, sanad Hasan).
Dalil puasa Ayyamul Bidh juga diperkuat dengan perintah Rasulullah SAW kepada sahabatnya untuk berpuasa tiga hari setiap bulan, terutama di tanggal 13, 14, dan 15.
"Diriwayatkan dari Qatadah bin Milhan RA, ia berkata: ‘Rasulullah SAW telah memerintahkan kami untuk berpuasa pada hari-hari yang malamnya cerah, yaitu tanggal 13, 14, dan 15’." (HR. Abu Dawud). (An-Nawawi, Riyâdhus Shâlihîn, Juz II, hal. 81).
Khusus di bulan Dzulhijjah, puasa Ayyamul Bidh disesuaikan karena tanggal 13 Dzulhijjah termasuk Hari Tasyrik yang haram untuk berpuasa. Menurut mazhab Syafi'i, puasa bisa diganti pada tanggal 14, 15, dan 16 Dzulhijjah.
Dengan demikian, hukum puasa Ayyamul Bidh adalah sunnah muakkad, termasuk jika dilaksanakan di bulan Syawal.
Bagi yang ingin menjalankannya, niat puasa Ayyamul Bidh bulan Syawal perlu dipahami agar ibadah semakin sempurna.
Niat Puasa Ayyamul Bidh Syawal
Setelah mengetahui hukumnya, langkah selanjutnya adalah melafalkan niat puasa Ayyamul Bidh Syawal.
Niat adalah salah satu syarat sah dalam ibadah puasa, termasuk puasa sunnah. Berikut lafal niat puasa Ayyamul Bidh Syawal:
نَوَيْتُ صَوْمَ أَيَّامِ الْبِيْضِ لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ayyâmil bîdl lilâhi ta’âlâ.
Artinya: “Saya niat puasa Ayyamul Bidh (hari-hari yang malamnya cerah), karena Allah ta’âlâ.”
Niat puasa Ayyamul Bidh Syawal ini bisa diucapkan pada malam hari atau sebelum terbit fajar.
Meski pelaksanaannya di bulan Syawal, lafal niat tetap umum karena tidak ada ketentuan khusus puasa Ayyamul Bidh untuk bulan tertentu.
Yang terpenting, puasa Ayyamul Bidh dilaksanakan setiap tanggal 13, 14, dan 15 pada kalender Hijriyah.
Bolehkah Digabung dengan Puasa Syawal?
Dalam praktiknya, ada perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai apakah puasa Ayyamul Bidh Syawal 2025 boleh digabungkan dengan puasa Syawal.
Sebagian ulama membolehkan niat puasa gabungan, sementara yang lain menganjurkan untuk memisahkannya.
Menurut Ustadz Adi Hidayat (UAH), jika puasa Ayyamul Bidh bertepatan dengan puasa sunnah lain (seperti Senin-Kamis atau Syawal), pahala kedua puasa tetap tercatat.
Misalnya, jika seseorang berniat puasa Syawal di hari yang sama dengan Ayyamul Bidh, pahala keduanya bisa diperoleh.
Hal ini karena puasa Syawal memiliki keutamaan khusus, sehingga amalan sunnah lain yang rutin dilakukan otomatis ikut tercatat.
"Tapi ingat, ketika Anda berpindah pada amalan yang lebih tinggi maka amalan rendah akan ikut pahalanya. Misal, amalan rendah ke yang tinggi puasa Senin Kamis yang dilaksanakan Senin dan Kamis, lalu Puasa Ayyamul Bidh, Anda mendapati puasa Syawal berkaitan dengan puasa Seninnya bertepatan pula Ayyamul Bidh, Anda niatkan Syawalnya, maka Senin dan Ayyamul Bidh otomatis dituliskan pahalanya," terang Ustad Adi Hidayat, dilansir dari kanal YouTube Mentari Senja TV.
Namun, sebagian ulama menyarankan untuk memisahkan niat agar masing-masing ibadah memiliki kekhususan.
Misalnya, jika tanggal 15 Syawal bertepatan dengan Ayyamul Bidh, Anda bisa mengutamakan niat puasa Syawal dan tetap mendapat pahala Ayyamul Bidh karena kebiasaan berpuasa di tanggal tersebut.
Ustadz Adi Hidayat menuturkan rumusnya yakni pindahkan amalan yang rendah ke yang tinggi. Begitu mengerjakan amalan yang tinggi di saat bersamaan maka amalan yang rendah sudah dituliskan pahalanya.
Dengan demikian, bagi yang ingin menggabungkan niat antara puasa Ayyamul Bidh dengan puasa Syawal, ada pendapat yang membolehkannya dan ada yang menyarankan untuk melakukannya secara terpisah. Namun, keduanya tetap mendapatkan pahala dari amalan sunnah yang dilakukan.
Itulah bacaan niat puasa Ayyamul Bidh Syawal serta hukumnya. Puasa ini menjadi kesempatan emas untuk meraih pahala sunnah yang diajarkan Rasulullah SAW.
Dengan memahami niat puasa Ayyamul Bidh bulan Syawal dan hukum puasa Ayyamul Bidh, ibadah kita semakin berkualitas dan sesuai tuntunan syariat.
Editor: Robiatul Kamelia & Yulaika Ramadhani