Menuju konten utama

Apakah Puasa Syawal Harus Berurutan dan Kurang dari 6 Hari?

Apakah puasa syawal harus dikerjakan berurutan dan boleh kurang dari 6 hari? Simak penjelasannya di bawah ini.

Apakah Puasa Syawal Harus Berurutan dan Kurang dari 6 Hari?
Ilustrasi Puasa. foto/istockphoto

tirto.id - Puasa syawal merupakan salah satu amalan sunah di bulan Syawal yang dikerjakan selama 6 hari. Namun, bagaimana jika puasa syawal dilakukan kurang dari 6 hari? Bolehkah puasa syawal tidak berurutan?

Setelah merayakan momen Idul Fitri, umat Islam umumnya akan mulai mengerjakan puasa syawal pada tanggal 2 Syawal. Adapun tanggal 2 Syawal 1445 H bakal jatuh pada Kamis, 11 April 2024.

Sementara itu, Idul Fitri 1445 H sudah dilaksanakan pada hari ini Rabu, 10 April 2024. Hal itu sesuai dengan hasil sidang isbat Pemerintah dan Nahdlatul Ulama mengenai tanggal 1 Syawal 1445 H. Dengan demikian, Pemerintah, NU, dan Muhammadiyah satu pendapat bahwa tanggal 1 Syawal 1445 H jatuh di hari Rabu, 10 April 2024.

Apakah Puasa Syawal Harus Berurutan?

Bagi umat Islam, mengerjakan puasa syawal selama 6 hari memiliki keistimewaan tersendiri. Keistimewaan itu antara lain menyempurnakan puasa Ramadhan dan pahalanya setara puasa 1 tahun. Lalu, apakah puasa syawal harus berurutan?

Terkait pertanyaan puasa 6 hari syawal apakah harus berurutan, terdapat sejumlah penjelasan dari ulama. Salah satunnya adalah Sayyid Abdullah al-Hadrami yang menyatakan bahwa puasa syawal tidak harus dikerjakan berurutan.

Dilansir dari laman Unusa, Sayyid Abdulullah menyebut bahwa muslim bisa mengerjakan puasa Syawal secara terpisah-pisah. Asal semuanya dikerjakan di bulan Syawal. Hal ini dijelaskan dalam kitabnya sebagai berikut:

"Sesungguhnya tidak disyaratkan dalam puasa Syawal untuk terus-menerus, dan cukup bagimu untuk puasa enam hari dari bulan Syawal sekalipun terpisah-pisah, sepanjang semua puasa tersebut dilakukan di dalam bulan ini (Syawal).” (Sayyid Abdullah al-Hadrami, al-Wajiz fi Ahkamis Shiyam wa Ma’ahu Fatawa Ramadhan).

Di sisi lain, pendapat serupa juga datang dari Imam al-Nawawi. Dalam kitabnya yang berjudul al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab, sebagaimana dikutip dari laman MUI, melaksanakan puasa Syawal secara acak atau akhir bulan Syawal dianggap sah-sah saja.

Al-Nawawi beranggapan berpuasa syawal dengan cara berloncat-loncat tetap dianggap mengamalkan inti sunnah Nabi. Sebab, berdasarkan hadits yang umum, tidak ada penjelasan spesifik bahwa puasa Syawal harus dilakukan 6 hari berturut-turut maupun harus dikerjakan di awal atau akhir bulan.

Laman MUI juga menegaskan lebih lanjut, bagi muslim yang menghikuti mazhab Imam Syafi'i, puasa syawal 6 hari boleh dikerjakan secara acak. Baik di setiap awal atau akhir bulan. Jika dilakukan secara berurutan, umat muslim bakal menjalani ibadah puasa Syawal dari tanggal 2 hingga 7 Syawal.

Sebaliknya, bila mengerjakan puasa syawal tidak secara urut, komposisinya akan berbeda. Misalnya, menjalani puasa Syawal dengan cara selang-seling (sehari iya, sehari tidak) higga akhir bulan Syawal.

Bolehkah Puasa Syawal tidak genap 6 hari?

Di samping ketentuan mengenai pengerjaan puasa syawal secara berurutan, terdapat persoalan lain yang biasa ditanyakan selama melaksanakan puasa syawal. Contohnya, bolehkah puasa syawal tidak genap 6 hari?

Mengerjakan puasa syawal 6 hari memang hal utama di bulan Syawal. Namun, ada kalanya seorang muslim tidak bisa berpuasa 6 hari di bulan Syawal karena ada udzur, seperti sakit. Ini berpotensi membuat puasa syawal hanya bisa dikerjakan kurang dari 6 hari.

Merujuk pada laman Kementerian Agama Kabupaten Jembrana Bali, sejumlah ulama menyatakan, tidak masalah jika seorang muslim tidak bisa puasa 6 hari di bulan Syawal. Namun, hal itu setidaknya diikuti dengan niat mengqada atau menggantinya di bulan lain.

Berdasarkan pendapat Syaikh Al-Nawawi, mengqada puasa syawal 6 hari justru dianjurkan. Bahkan, sangat dianjurkan untuk mengqadanya di bulan Dzulqa'dah, jika memang berhalangan untuk menyelesaikan puasa 6 hari di bulan Syawal.

Akan tetapi, apabila muslim sengaja menunda 6 hari puasa hingga bulan Syawal telah selesai, konsekuensi akan ditanggung sendiri. Mereka tak akan mendapat keutamaan sunnah Syawal. Sebab, ia berpuasa sunnah Syawal di bulan Dzulqa'dah.

Baca juga artikel terkait LEBARAN 2024 atau tulisan lainnya dari Ahmad Yasin

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Ahmad Yasin
Penulis: Ahmad Yasin
Editor: Fitra Firdaus