tirto.id - Puasa syawal merupakan salah satu amalan sunah di bulan Syawal yang dikerjakan selama 6 hari. Namun, bagaimana jika puasa syawal dilakukan kurang dari 6 hari? Bolehkah puasa syawal tidak berurutan?
Setelah merayakan momen Idul Fitri, umat Islam umumnya akan mulai mengerjakan puasa syawal pada tanggal 2 Syawal. Adapun tanggal 2 Syawal 1445 H bakal jatuh pada Kamis, 11 April 2024.
Sementara itu, Idul Fitri 1445 H sudah dilaksanakan pada hari ini Rabu, 10 April 2024. Hal itu sesuai dengan hasil sidang isbat Pemerintah dan Nahdlatul Ulama mengenai tanggal 1 Syawal 1445 H. Dengan demikian, Pemerintah, NU, dan Muhammadiyah satu pendapat bahwa tanggal 1 Syawal 1445 H jatuh di hari Rabu, 10 April 2024.
Apakah Puasa Syawal Harus Berurutan?
Bagi umat Islam, mengerjakan puasa syawal selama 6 hari memiliki keistimewaan tersendiri. Keistimewaan itu antara lain menyempurnakan puasa Ramadhan dan pahalanya setara puasa 1 tahun. Lalu, apakah puasa syawal harus berurutan?
Terkait pertanyaan puasa 6 hari syawal apakah harus berurutan, terdapat sejumlah penjelasan dari ulama. Salah satunnya adalah Sayyid Abdullah al-Hadrami yang menyatakan bahwa puasa syawal tidak harus dikerjakan berurutan.
Dilansir dari laman Unusa, Sayyid Abdulullah menyebut bahwa muslim bisa mengerjakan puasa Syawal secara terpisah-pisah. Asal semuanya dikerjakan di bulan Syawal. Hal ini dijelaskan dalam kitabnya sebagai berikut:
"Sesungguhnya tidak disyaratkan dalam puasa Syawal untuk terus-menerus, dan cukup bagimu untuk puasa enam hari dari bulan Syawal sekalipun terpisah-pisah, sepanjang semua puasa tersebut dilakukan di dalam bulan ini (Syawal).” (Sayyid Abdullah al-Hadrami, al-Wajiz fi Ahkamis Shiyam wa Ma’ahu Fatawa Ramadhan).
Di sisi lain, pendapat serupa juga datang dari Imam al-Nawawi. Dalam kitabnya yang berjudul al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab, sebagaimana dikutip dari laman MUI, melaksanakan puasa Syawal secara acak atau akhir bulan Syawal dianggap sah-sah saja.
Al-Nawawi beranggapan berpuasa syawal dengan cara berloncat-loncat tetap dianggap mengamalkan inti sunnah Nabi. Sebab, berdasarkan hadits yang umum, tidak ada penjelasan spesifik bahwa puasa Syawal harus dilakukan 6 hari berturut-turut maupun harus dikerjakan di awal atau akhir bulan.
Laman MUI juga menegaskan lebih lanjut, bagi muslim yang menghikuti mazhab Imam Syafi'i, puasa syawal 6 hari boleh dikerjakan secara acak. Baik di setiap awal atau akhir bulan. Jika dilakukan secara berurutan, umat muslim bakal menjalani ibadah puasa Syawal dari tanggal 2 hingga 7 Syawal.
Sebaliknya, bila mengerjakan puasa syawal tidak secara urut, komposisinya akan berbeda. Misalnya, menjalani puasa Syawal dengan cara selang-seling (sehari iya, sehari tidak) higga akhir bulan Syawal.
Bolehkah Puasa Syawal tidak genap 6 hari?
Di samping ketentuan mengenai pengerjaan puasa syawal secara berurutan, terdapat persoalan lain yang biasa ditanyakan selama melaksanakan puasa syawal. Contohnya, bolehkah puasa syawal tidak genap 6 hari?
Mengerjakan puasa syawal 6 hari memang hal utama di bulan Syawal. Namun, ada kalanya seorang muslim tidak bisa berpuasa 6 hari di bulan Syawal karena ada udzur, seperti sakit. Ini berpotensi membuat puasa syawal hanya bisa dikerjakan kurang dari 6 hari.
Merujuk pada laman Kementerian Agama Kabupaten Jembrana Bali, sejumlah ulama menyatakan, tidak masalah jika seorang muslim tidak bisa puasa 6 hari di bulan Syawal. Namun, hal itu setidaknya diikuti dengan niat mengqada atau menggantinya di bulan lain.
Berdasarkan pendapat Syaikh Al-Nawawi, mengqada puasa syawal 6 hari justru dianjurkan. Bahkan, sangat dianjurkan untuk mengqadanya di bulan Dzulqa'dah, jika memang berhalangan untuk menyelesaikan puasa 6 hari di bulan Syawal.
Akan tetapi, apabila muslim sengaja menunda 6 hari puasa hingga bulan Syawal telah selesai, konsekuensi akan ditanggung sendiri. Mereka tak akan mendapat keutamaan sunnah Syawal. Sebab, ia berpuasa sunnah Syawal di bulan Dzulqa'dah.
Penulis: Ahmad Yasin
Editor: Fitra Firdaus