Menuju konten utama

Kenapa Banyak Orang Menikah di Bulan Syawal, Simak Penjelasannya

Kenapa banyak orang menikah di bulan syawal? Ini penjeasan mengapa banyak yang menikah pada bulan Syawal setelah Ramadhan-lebaran.

Kenapa Banyak Orang Menikah di Bulan Syawal, Simak Penjelasannya
Pernikahan Nessie Judge. instagram/nessiejudge/@byputrida

tirto.id - Kenapa banyak orang menikah di bulan syawal? Pertanyaan ini kerap menjadi pembahasan lantaran banyaknya tradisi di sejumlah kalangan yang menggelar pernikahan pada bulan Syawal setelah Ramadhan dan lebaran.

Syawal merupakan bulan yang penuh kebahagiaan, di bulan ini pula banyak orang yang melangsungkan pernikahan. Lalu, benarkah Syawal adalah bulan yang baik untuk menikah dan bagaimana hukumnya?

Syawal adalah bulan kesepuluh dalam kalender Islam atau kalender Hijriah. Syawal dianggap sebagai bulan kemenangan karena sebelumnya umat Islam menjalankan ibadah puasa Ramadhan selama sebulan penuh.

Selain sebagai penanda kemenangan, Syawal juga memiliki keistimewaan lain. Dikutip dari laman UII, keistimewaan lainnya adalah puasa sunah enam hari yang bisa dimulai sejak hari kedua atau tanggal 2 Syawal.

Berdasarkan hadits riwayat Muslim, Nabi Muhammad SAW pernah bersabda yang artinya:

“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR Muslim).

Selain puasa sunah, Syawal pun identik sebagai bulan silaturahmi karena setelah merayakan Idul Fitri, banyak orang yang akan berkumpul dan mengunjungi kerabat, teman, atau tetangga. Di Indonesia sendiri muncul tradisi halal bihalal atau open house yang merupakan ajang silaturahmi sambil bermaaf-maafan.

Sementara itu, Syawal juga sering dianggap sebagai bulan yang baik untuk menikah. Karena itu, tak heran bila banyak orang yang melangsungkan pernikahan setelah perayaan Idul Fitri.

Keistimewaan Menikah di Bulan Syawal

Anggapan tentang Syawal sebagai bulan yang baik untuk menikah tentu bukan tanpa alasan. Bahkan, melangsungkan pernikahan di bulan Syawal termasuk salah satu sunah Rasul.

Pada zaman jahiliyah, Syawal sebenarnya dianggap sebagai bulan yang tidak baik atau membawa kesialan untuk pernikahan. Itulah kenapa orang-orang jahiliyah pantang menikah di bulan Syawal.

Nabi Muhammad SAW berusaha menepis anggapan tersebut dan menikah dengan Sayyidah Aisyah pada bulan Syawal. Hal ini sesuai dengan hadis riwayat Muslim yang artinya:

"Sayyidah Aisyah RA berkata: Rasulullah SAW menikahiku pada bulan Syawal dan mengadakan malam pertama pada bulan Syawal. Istri Rasulullah mana yang lebih beruntung ketimbang diriku di sisi beliau?" (HR Muslim).

Dilansir dari laman NU Online, Imam Nawawi dalam al-Minhaj fi Syarhi Shahih Muslim mengungkapkan bahwa hadis tersebut berisi anjuran untuk menikah, menikahkan, atau berhubungan suami istri di bulan Syawal. Pendapat ini pun ditegaskan oleh para ulama, terutama dari kalangan madzhab Syafi'i.

Namun, perlu dipahami bahwa menikah di bulan Syawal bukanlah suatu keharusan dan hanya dilakukan jika memang memungkinkan. Jadi, jika ada pasangan yang hendak menikah di luar bulan Syawal pun tidak menjadi masalah.

Kenapa Banyak Orang Menikah di Bulan Syawal?

Pernikahan Kaesang Pangarep dan Erina Gudono

Wakil Presiden Ma'ruf Amin memberikan nasihat Pernikahan Kaesang Pangarep dan Erina Gudono hari ini, Sabtu 10/12/2022. FOTO/Setwapres

Banyak orang memilih untuk menikah di bulan Syawal karena ada beberapa alasan yang membuatnya menjadi pilihan yang populer:

Bulan Berkah

Bulan Syawal dianggap sebagai bulan yang penuh berkah dalam agama Islam, terutama karena merupakan bulan yang mengikuti bulan Ramadan, bulan puasa umat Islam. Maka dari itu, banyak pasangan yang percaya bahwa menikah di bulan Syawal akan membawa keberkahan bagi pernikahan mereka.

Tradisi dan Budaya

Di beberapa masyarakat, terutama di wilayah dengan mayoritas penduduk Muslim, menikah di bulan Syawal telah menjadi tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi. Hal ini mungkin karena bulan Syawal juga merupakan bulan yang disambut dengan berbagai perayaan, seperti Hari Raya Idul Fitri, sehingga menjadi momen yang tepat untuk merayakan pernikahan.

Libur Panjang

Di beberapa negara, terutama yang mayoritas penduduknya beragama Islam, bulan Syawal biasanya diikuti dengan libur panjang untuk merayakan Idul Fitri. Libur panjang ini memberikan kesempatan bagi keluarga dan teman-teman untuk berkumpul dan merayakan pernikahan bersama, sehingga banyak pasangan yang memanfaatkannya untuk menggelar pernikahan.

Atmosfer Kebahagiaan

Bulan Syawal adalah bulan di mana umat Islam merayakan kemenangan setelah menjalani ibadah puasa selama sebulan penuh. Atmosfer kebahagiaan dan sukacita yang meluap-luap selama bulan ini bisa menjadi latar yang ideal bagi perayaan pernikahan, membuat momen tersebut lebih berkesan bagi kedua mempelai dan para tamu undangan.

Kombinasi dari alasan-alasan di atas membuat bulan Syawal menjadi salah satu pilihan favorit bagi banyak pasangan untuk menggelar pernikahan mereka.

Hukum Menikah di Bulan Tertentu Menurut Islam

Tidak bisa dipungkiri bahwa sampai saat ini masih ada sebagian masyarakat yang menganggap bulan-bulan tertentu tidak baik untuk melangsungkan pernikahan. Namun, pada dasarnya semua bulan adalah baik dan tidak ada istilah bulan buruk/sial dalam Islam, termasuk dalam hal pernikahan.

Mengutip dari NU Online, apabila ada orang yang menghindari atau memilih bulan pernikahan atas dasar kebiasaan/adat istiadat, hal itu masih diperbolehkan oleh sebagian ulama selama ia masih meyakini bahwa hanya Allah SWT yang memiliki kuasa untuk memberikan pengaruh baik atau buruk.

Hal yang dilarang dalam agama adalah ketika seseorang menentukan bulan pernikahan karena memiliki keyakinan bahwa baik dan buruknya sesuatu itu datangnya bukan dari Allah, misalnya lebih percaya kepada ramalan, dukun, atau semacamnya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hukum memilih atau menghindari bulan-bulan tertentu untuk menikah bergantung pada keyakinan orang tersebut.

Baca juga artikel terkait LEBARAN 2024 atau tulisan lainnya dari Erika Erilia

tirto.id - Edusains
Kontributor: Erika Erilia
Penulis: Erika Erilia
Editor: Yulaika Ramadhani