Menuju konten utama

Keistimewaan dan Manfaat Puasa Syawal Bagi Kesehatan

Berikut ini akan dijelaskan tentang apa saja manfaat dan keutamaan puasa Syawal bagi kesehatan tubuh.

Keistimewaan dan Manfaat Puasa Syawal Bagi Kesehatan
Ilustrasi Buka Puasa. foto/istockphoto

tirto.id - Umat Islam telah memasuki bulan Syawal 2024 yang ditandai dengan perayaan Idul Fitri 1445 H pada Rabu, 10 April 2024.

Bagi kaum muslim, Syawal tidak sekedar waktu kemenangan, namun juga sebagai bulan peningkatan. Hal ini selaras dengan asal nama Syawal yaitu "syala (شَالَ)" yang berarti "irtafaa (اِرْتَفَعَ)" atau "meningkatkan".

Peningkatan terkait bulan Syawal yang dimaksud adalah keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Kendati Ramadan telah berlalu, umat Islam yang telah mencapai fitrah harus menjaga kesuciannya dengan menjalankan perintah dan menjauhi larang Allah SWT.

Salah satu amalan yang dianjurkan untuk dikerjakan umat Islam setelah Lebaran 2024 adalah puasa Syawal.

Keistimewaan puasa Syawal di antaranya mengikuti sunah Nabi Muhammad SAW hingga pahala seakan-akan siam selama setahun. Berikut ini akan dijelaskan tentang keutamaan dan manfaat puasa Syawal bagi kesehatan.

Keutamaan Puasa Syawal

Nabi Muhammad SAW mencontohkan pelaksanaan puasa Syawal sekaligus menjelaskan keutamaan ibadah tersebut sebagaimana riwayat hadis dari Abu Ayyub Al-Anshory sebagai berikut:

“Siapa yang berpuasa Ramadan kemudian berpuasa 6 hari pada Syawal, maka dia bagai berpuasa setahun penuh,” (HR. Muslim).

Dalam hadis dari riwayat dari Tsauban, dijelaskan bahwa pahala puasa Syawal dilipatgandakan seperti puasa Ramadan sebagai berikut:

“Siapa yang berpuasa Ramadan, maka pahala puasa sebulan Ramadan itu [dilipatkan sama] dengan puasa 10 bulan, dan berpuasa 6 hari setelah Idulfitri [dilipatkan 10 menjadi 60], maka semuanya [Ramadan dan 6 hari bulan Syawal] genap setahun," (HR. Ahmad).

Manfaat Puasa Syawal bagi Kesehatan

Puasa Syawal tidak sekedar perbuatan sunah serta tinggi pahala, namun juga bermanfaat bagi kesehatan manusia, salah satunya membantu perubahan pola makan.

Manusia di bulan Ramadan menjalani puasa sebulan penuh. Di sisi lain, ketika datang Idul Fitri, mereka disambut dengan makanan berlimpah dan bermacam-macam serta terjadinya perubahan pola asupan tubuh.

Kehadiran puasa Syawal dapat membantu seseorang mengurangi asupan makanan manis dan sebagainya yang berdampak kurang baik apabila dikonsumsi secara berlebih. Di sisi lain, perubahan pola makan dapat menimbulkan hal-hal kurang baik bagi beberapa orang.

Beberapa keadaan yang mungkin terjadi ketika seseorang berlebihan mengonsumsi makanan di momen Hari Raya Idul Fitri sebagai berikut:

  • Mual-mual karena kelebihan makanan yang menghambat pencernaan.
  • Risiko terkena penyakit seperti stroke, diabetes, hingga penyakit jantung karena terjadi peningkatan berat tubuh (apalagi obesitas) dan resistensi insulin.
  • Gula darah menurun setelah produksi insulin berlebih sehingga menyebabkan detak jantung lebih cepat dan sakit kepala.
  • Produksi asam lambung meningkat karena memproduksi makanan berlebih sehingga menyebabkan terjadinya maag.

Tata Cara Puasa Syawal

Puasa Syawal dilakukan selama enam hari secara berurutan maupun terpisah. Meskipun demikian, Syekh Nawawi Al-Bantani dalam kitab Nihayatuz Zain menerangkan pengerjaan paling utama dalam pelaksanaan puasa Syawal sebagai berikut:

“Menjalankan puasa [6 hari pada Syawal] secara berturut-turut lebih utama [dalam Islam daripada tidak berurutan].”

Adapun contoh format waktu pelaksanaan puasa Syawal 2024 dapat dilihat sebagai berikut:

1. Pelaksanaan puasa Syawal berurutan

  • 2-7 Syawal 1445 H (11, 12, 13, 14, 15, dan 16 April 2024)
  • 3-8 Syawal 1445 H (12, 13, 14, 15, 16, dan 17 April 2024)
  • 7-12 Syawal 1445 H (16, 17, 18, 19, 20, dan 21 April 2024)

2. Pelaksanaan puasa Syawal terpisah

  • 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 Syawal 1445 H (11, 13, 15, 17, 19, dan 21 April 2024)
  • 3, 6, 9, 12, 15, dan 18 Syawal 1445 H (12, 15, 18, 21, 24, dan 27 April 2024).
Tata cara puasa Syawal sama seperti puasa sunah lainnya, yakni menahan lapar, dahaga, dan segala yang membatalkannya mulai terbitnya fajar shadiq (waktu subuh) hingga terbenamnya matahari (waktu magrib).

Adapun pembacaan niat dalam pelaksanaan puasa Syawal, hukumnya sunah untuk dilafalkan di malam hari. Pembacaan lafal ketika pagi hari sebelum mengonsumsi apapun juga sah dilakukan. Berikut ini niat puasa Syawal:

1. Lafal dan bacaan niat puasa Syawal pada malam hari:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ لِلهِ تَعَالَى

Arab Latinnya:

Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatis Syawwâli lillâhi ta‘âlâ.

Artinya:

“Aku berniat puasa sunnah Syawal esok hari karena Allah SWT.”

2. Lafal dan bacaan niat puasa Syawal pada pagi hari:

نَوَيْتُ صَوْمَ هَذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ لِلهِ تَعَالَى

Arab Latinnya:

Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i sunnatis Syawwâli lillâhi ta‘âlâ.

Artinya:

“Aku berniat puasa sunah Syawal hari ini karena Allah SWT.”

Baca juga artikel terkait PUASA SYAWAL atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Dhita Koesno