tirto.id - Puasa qadha Ramadhan adalah ibadah yang wajib dilakukan bagi umat Islam yang belum menunaikan puasa penuh di bulan Ramadhan karena suatu alasan yang diperbolehkan, seperti sakit, menstruasi, atau dalam perjalanan.
Sementara itu, puasa Senin dan Kamis adalah puasa sunnah yang dianjurkan bagi mereka yang ingin mendapatkan tambahan pahala dan mendekatkan diri kepada Allah.
Lalu, apakah boleh menggabungkan niat puasa qadha Ramadhan dengan puasa sunnah Senin dan Kamis?
Meskipun Islam merupakan agama yang memberikan kemudahan dan keringanan bagi para pemeluknya, puasa Ramadan tetap menjadi ibadah yang wajib untuk diganti, dibayar, atau diqada semisal berutang. Allah Swt. menegaskan kewajiban mengqada puasa Ramadan dalam Surah Al-Baqarah ayat 184 sebagai berikut:
"[Yaitu] beberapa hari tertentu. Maka, siapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan [lalu tidak berpuasa], [wajib mengganti] sebanyak hari [yang dia tidak berpuasa itu] pada hari-hari yang lain. Bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, [yaitu] memberi makan seorang miskin. Siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, itu lebih baik baginya dan berpuasa itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui," (QS. Al-Baqarah [2]: 184).
Bolehkan Niat Puasa Qadha Ramadhan Digabung Puasa Senin-Kamis
Terlepas dari perbedaan pendapat yang terjadi, dalam fikih Islam, dikenal istilah at-tasyriik fin niyyah (mengombinasikan niat).
Salah satu niat yang dapat dikombinasikan adalah niat puasa qadha Ramadan dan puasa sunah Senin-Kamis.
Imam Suyuthi dalam kitab al-Asbah wan Nadhair menjelaskan empat kategori hukum menggabungkan niat ibadah fardhu (wajib) dan sunah sebagai berikut:
1. Sah kedua-keduanya, baik fardhu maupun sunnahnya. Contoh: niat mandi junub di hari Jumat digabung dengan mandi sunnah Jumat.
2. Sah ibadah fardhunya saja, tidak untuk ibadah sunnahnya. Contoh: orang yang menjalankan ibadah haji pertama kali. Jika ia berniat haji wajib sekaligus berniat haji sunnah, yang dianggap sah adalah yang wajib.
3. Sah ibadah sunnahnya saja, tidak untuk ibadah fardhunya. Contoh: apabila seseorang memberi uang kepada fakir miskin dengan niat zakat wajib dan sekaligus sedekah, yang dianggap sah cuma sedekahnya.
4. Tidak sah kedua-duanya, baik yang fardhu maupun sunnah. Contoh: saat seseorang niat shalat fardhu sekaligus juga shalat sunnah rawatib, maka keduanya sama-sama tidak sah.
Berdasarkan pengkategorian di atas, kasus penggabungan niat puasa qada Ramadan dan Senin Kamis masuk dalam jenis pertama yaitu sah keduanya. Meskipun dibolehkan, pelaksanaan puasa qada seharusnya lebih diutamakan sebelum menjalankan puasa sunah.
Lebih utama melakukan qada puasa Ramadan terlebih dahulu sebelum menunaikan puasa sunah. Alasannya cukup jelas dan kuat, karena puasa qada Ramadan adalah puasa wajib yang harus dilaksanakan dan bersifat mengikat bagi kaum muslim yang berhutang.
Niat Puasa Qadha Ramadhan di Hari Senin & Kamis
Dalam pelaksanaan puasa qadha Ramadan, niat harus dibaca ketika malam hari. Niat puasa dalam puasa Ramadan termasuk dalam syarat sah puasa sebagaimana dijelaskan dalam hadis dari Hafshah sebagai berikut:
"Barangsiapa tidak berniat puasa di malam hari sebelum fajar, maka tidak sah puasanya," (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa'i dan Ibnu Hibban).
Oleh sebab itu, dalam penggabungan puasa qada Ramadan dan puasa Senin Kamis, membaca pembacaan niat sama-sama dilakukan ketika malam hari hingga sebelum fajar shadiq muncul. Berikut ini bacaan niat puasa qada Ramadan dan puasa Senin Kamis:
1. Niat Puasa Qadha Ramadhan
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى
Artinya:
Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhā’I fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta‘âlâ.
Artinya:
"Aku berniat untuk mengqadha puasa Bulan Ramadan esok hari karena Allah Ta'ala."
2. Niat Puasa Sunah Senin
نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمَ اْلاِثْنَيْنِ سُنَّةً ِللهِ تَعَالَىArab Latinnya:
Nawaitu Shouma Yaumal Itsnaini Sunnatal Lillaahi Ta'aalaa.
Artinya:
"Saya niat puasa hari Senin, sunnah karena Allah ta’ala."
3. Niat Puasa Sunah Kamis
نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمَ الْخَمِيْسِ سُنَّةً ِللهِ تَعَالَىArab Latinnya:
Nawaitu Shouma Yaumal Khomiisi Sunnatal Lillaahi Ta'aalaa.
Artinya:
"Saya niat puasa hari Kamis, sunnah karena Allah ta’ala."
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Yulaika Ramadhani