Menuju konten utama

Kesejahteraan Harimau di Kebun Binatang Tak Bisa Ditawar-tawar

Sejumlah kasus melibatkan satwa naik ke permukaan beberapa waktu belakangan. Kasus itu soroti pentingnya kesejahteraan dan tata kelola lembaga konservasi.

Kesejahteraan Harimau di Kebun Binatang Tak Bisa Ditawar-tawar
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meninjau salah satu Harimau Sumatra yang terpapar COVID-19 di Taman Margasatwa Ragunan (TMR), Jakarta, Minggu (1/8/2021). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/aww.

tirto.id - Sebuah video viral memperlihatkan seekor harimau yang dinarasikan salah satu koleksi milik Taman Margasatwa Ragunan tengah mondar-mandir di dalam kandang. Harimau itu tampak punya tubuh yang tak begitu besar, namun juga tak kerempeng. Memang terlihat gelambir kulit ‘si belang’ yang bergelayut pada bagian bawah perutnya, seperti orang yang habis diet ketat.

Namun narasi dan komentar yang beredar di media sosial memang langsung ramai dengan kesimpulan kalau harimau itu bertubuh kurus. Lebih jauh lagi, malah timbul komentar yang mengklaim bahwa pekerja di kebun binatang Ragunan kerap membawa pulang jatah daging untuk pakan harimau, demi dijual kembali dengan harga lebih murah dari pasaran.

Tak heran manajemen Taman Margasatwa Ragunan langsung kalang kabut karena rumor di media sosial yang beredar. Mereka membantah kabar bahwa pekerja Ragunan menggondol jatah pakan milik satwa. Manajemen menyebut ini sebagai fitnah dan hoaks berulang tertuju kepada mereka selaku penanggungjawab satwa di Ragunan.

“Setiap petugas yang keluar area, kendaraannya dibuka dan dicek,” kata Kepala Humas TM Ragunan, Wahyudi Bambang, dalam keterangannya, dikutip Selasa (18/11/2025).

Fitnah Terorganisir ke Ragunan

Wahyudi menuding isu tersebut sebagai fitnah yang terorganisir dan sudah sering diterima oleh pihak kebun binatang Ragunan. Isunya selalu sama, mengenai hewan yang kurus. Tak hanya harimau, kata dia, belum lama juga beredar rumor bahwa beruang di Ragunan punya tubuh yang juga ceking.



Manajemen memastikan video yang beredar tidak ditangkap baru-baru ini, namun beredar di bulan Agustus 2025 lalu. Wahyudi juga tidak mengetahui motif dari pengunggah video yang kembali memviralkan video tersebut dengan narasi miring terhadap Ragunan.

Wahyudi membantah harimau koleksi kebun binatang Ragunan bertubuh kurus. Harimau di video yang beredar juga diklaim berbobot normal dan sehat. Penilaian body condition score–standar internasional mengevaluasi tubuh satwa– menunjukkan harimau itu berada pada kategori normal.

Penyediaan pakan untuk hewan di Ragunan juga diawasi ketat oleh kurator, dokter hewan, nutrisionis, pengelola pakan, serta perawat satwa. Mulai tahapan pengadaan, pemotongan, hingga konsumsi oleh satwa. Menurut Wahyudi, kebutuhan pakan harimau sudah terpenuhi sesuai takaran, sekitar 5–6 kilogram daging per hari.

Ia memastikan dokter hewan dan paramedis rutin memantau kondisi satwa sehingga potensi gangguan kesehatan terdeteksi sejak dini. Selain itu, standar kesehatan satwa di Ragunan dipastikan mengikuti protokol resmi lembaga konservasi.



Wahyudi menjamin Taman Margasatwa Ragunan telah menerapkan prinsip Five Freedoms Animal Welfare untuk memastikan hewan hidup dalam kondisi yang aman, sehat, dan layak. Lima prinsip itu meliputi kebebasan dari lapar dan haus; kebebasan dari ketidaknyamanan; kebebasan rasa sakit, cedera, dan penyakit; kebebasan untuk mengekspresikan perilaku alami; serta kebebasan dari rasa takut dan stres.

Taman Margasatwa Ragunan menyatakan sangat terbuka jika dilakukan inspeksi mendadak soal isu ini. Wahyudi bahkan menyebut Gubernur Jakarta Pramono Anung berencana akan meninjau langsung kondisi satwa di Ragunan.

”Banyak satwa di Ragunan hidup sehat hingga melewati lifespan alaminya. Itu menandakan manajemen kesehatan, nutrisi, habitat, dan perawatan harian yang konsisten,” kata dia.

Apa Kata Peneliti Ekologi?

Tirto mencoba menunjukkan video viral kondisi harimau di Ragunan kepada sejumlah pakar dan peneliti satwa liar, untuk menganalisis kondisi kesehatan dan kesejahteraan satwa itu, dari visual yang kasat mata. Meskipun tak menjamin keakuratan yang presisi, karena hal itu hanya dapat dilakukan dengan eksaminasi langsung, namun analisis visual yang dilakukan ini setidaknya menggambarkan potensi kondisi harimau di Ragunan.

Peneliti ekologi sekaligus pegiat konservasi alam liar, Agung Ganthar Kusumanto, menilai dari video viral yang beredar terlihat bahwa harimau itu tidak tampak begitu kurus. Sebagai peneliti lapangan yang berkecimpung dalam penelitian macan dan harimau, Agung melihat kondisi itu dapat terlihat dari bentuk tubuh hewan tersebut.

Menurutnya, otot di badan harimau–dan kelompok kucing lainnya–punya ciri khas berupa tonjolan-tonjolan tulang yang tampak di permukaan tubuh. Hal itu bisa menunjukkan sekilas perkiraan body scoring dari harimau atau hewan felidae lainnya di alam liar.

“Hanya memang ada gelambir kulit di perut yang mungkin membuat pengunjung merasa harimau kurus. Justru biasanya gelambir ini muncul karena harimau ini pernah kegemukan berlebih, dan saat ini sudah kembali ke proporsi tubuh yang mendekati normal,” ujar Agung kepada wartawan Tirto, Selasa (18/11/2025).

Justru yang tampak mengusik pandangan Agung, adalah bentuk dari harimau dalam video viral tersebut. Tubuh bagian belakang harimau tersebut tampak terlampau kecil dari ukuran normal. Selain itu, Agung menilai ekor harimau tersebut terlalu pendek untuk ukurannya.



Kendati begitu, kata dia, tidak bisa buru-buru disimpulkan proporsi tubuh itu disebabkan dari pemeliharaan yang buruk. Karena bentuk tubuh itu disokong oleh banyak faktor seperti asal hewan, jenis, histori penangkaran, hingga sumber hewan itu apakah dari alam liar atau hasil dari breeding di lembaga konservasi.

“Juga apakah terdapat masalah kelainan genetik dibandingkan dengan harimau peliharaan kandang umumnya,” ucap Agung.

Sementara penilaian Agung terhadap aktivitas harimau yang mondar-mandir di kandang itu menunjukkan suatu aktivitas satwa yang cukup normal. Ia melihat harimau tersebut tidak mengalami stres berlebih dan menduga tidak sedang mengalami malnutrisi.



Apalagi, kata dia, dalam video yang beredar harimau tersebut juga terlihat habis berendam dari dalam kolam di area kandang.

“Harimau masih main di air, artinya juga pendinginan suhu tubuh dan sejauh pengetahuan saya, ini cukup normal,” sambung Agung.

Di alam liar, kata Agung, harimau biasanya butuh asupan makanan rata-rata 10 persen dari total beratnya per hari untuk mempertahankan bobot tubuh. Tetapi di alam liar, terkadang hal itu tidak selalu terpenuhi karena harimau terkadang mesti berpuasa berhari-hari karena tidak mendapatkan buruan. Bahkan, harimau bisa makan puluhan kilogram daging dan berpuasa selama beberapa hari karena tidak mendapatkan mangsa di alam liar



Dengan begitu, kondisi asupan pakan harimau yang berada dalam kandang pemeliharaan lembaga konservasi, seperti kebun binatang akan berbeda. Pasalnya, aktivitas harimau yang dipelihara di kandang tidak akan sebanyak di alam liar. Dengan kondisi begitu, pakan untuk harimau bisa diberikan sebesar 5 persen dari total berat hewan tersebut per hari.

“Karena kegemukan dalam pemeliharaan kandang berdampak lumayan serius juga bagi harimaunya,” jelas Agung.

Dosen Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis IPB, Ligaya Ita Tumbelaka, menyatakan bahwa hewan peliharaan lembaga konservasi yang sehat akan terlihat dari fisik. Biasanya dipakai body condition score (1-5), dengan rentang semakin kecil angkanya buruk dan lima masuk kategori obesitas.

Menurut Ligaya, bobot dari harimau dewasa, terutama jenis harimau Sumatera, berkisar dari angka 95-105 kilogram. Tetapi tetap akan dipengaruhi kondisi jenis kelamin, usia, dan status kehamilan satwa tersebut dalam pemeliharaan penangkaran.

“Disarankan body score antara 2,5 sampai 3,5. Hewan aktif dan nafsu makan masih baik,” katanya kepada wartawan Tirto, Selasa (18/11/2025).

Harimau, kata dia, diberikan pakan sekali sehari pada siang sampai sore hari. Namun dalam sepekan, akan ada masa puasa 1 atau 2 hari yang dilakukan tidak berturut-turut.

Dokter hewan yang rutin menangani hewan kebun binatang itu menambahkan, pakan untuk harimau di lembaga konservasi biasanya daging ayam dengan tulang, daging sapi dengan tulang, atau daging kambing dengan tulang. Perawatannya mesti ditambah asupan vitamin dan mineral.

“Untuk jumlah yang diberikan disesuaikan keperluan energi dikaitkan dengan bobot badan. Untuk 95-105 kg bisa diberikan 3-4 kilogram ayam atau daging sapi plus tulangnya,” terang dia.

Ragam Kasus Harimau Tak Terawat di Kebun Binatang

Di sisi lain, isu harimau yang tidak terawat di kebun binatang atau lembaga konservasi tidak hanya terjadi baru-baru ini. Sebelumnya, sebanyak enam ekor harimau telah mati di Medan Zoo antara periode November 2023 dan September 2024 secara berturut-turut. Kematian enam harimau itu menguak krisis keuangan dan pengelolaan Medan Zoo yang tidak kunjung diatasi.

Mereka terserang penyakit, dari gangguan ginjal, pernapasan, hingga masalah pencernaan. Saat ini hanya tersisa tujuh ekor harimau di Medan Zoo.

Sebelumnya, macan tutul berusia 3,5 tahun juga kabur dari kebun binatang Lembang Park and Zoo, Bandung Barat, Jawa Barat, Kamis (28/8/2025). Macan tutul itu diperkirakan kabur antara pukul 05.00 dan 06.00 WIB. Macan tutul itu kabur setelah merusak bagian atas terali kandang.

Ia diduga kabur karena merasa stres dengan lingkungan baru di Lembang Park and Zoo. Satwa ini merupakan titipan BBKSDA Jabar yang diamankan setelah masuk ke Balai Desa Kutamandarakan, Kecamatan Maleber, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Kaburnya macan tutul liar itu memunculkan tanda tanya dari tata kelola lembaga konservasi yang seharusnya dapat mengamankannya.

Teranyar, seekor harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang dievakuasi dari wilayah Lampung Barat, Lampung, pada 29 Oktober 2025, juga tewas dalam kandang perawatan Lembaga Konservasi Lembah Hijau, Jumat (7/11/2025). Harimau memang sering berkonflik dengan manusia di wilayah Lampung.

Ketika ditemukan, satwa dilindungi itu memiliki kondisi luka di pinggang yang diduga bekas jerat. Selain itu, harimau itu kehilangan dua jari pada kaki kanan depan. Kematian itu sangat disayangkan karena awalnya diamankan agar menghentikan konflik dengan manusia, tetapi justru mati di dalam kandang perawatan.

Khusus Taman Margasatwa Ragunan, isu harimau kurus sebelumnya sempat mengemuka di tahun 2022 lalu. Inspeksi mendadak alias sidak yang dilakukan DPRD DKI Jakarta dan Animal Defender Indonesia ke Ragunan, Rabu (21/12/2022) silam itu menemukan, harimau yang viral karena bertubuh kurus itu ternyata dalam kondisi sakit.

Juve, nama harimau itu, ternyata mengalami sakit infeksi saluran kencing. Kondisi semacam ini disebabkan bakteri dari lingkungan tempat tinggal hewan tersebut. Namun kondisi badan harimau tersebut berada dalam kategori normal dengan body condition score di angka 3.

Perwakilan dari Asosiasi Dokter Hewan Satwa Liar, Aquatik, dan Hewan Eksotik Indonesia (ASLIQEWAN), Nur Purba Priambada, mengingatkan bahwa pemenuhan nutrisi satwa liar di kandang perawatan sebaiknya memang menyerupai kondisi di alam. Termasuk kebutuhan nutrisi satwa tersebut secara spesifik.

Pada beberapa panduan nutrisi harimau, ungkap Nur, idealnya pakan berupa daging yang bervariasi seperti mamalia atau unggas dengan jumlah sesuai kebutuhan energi serta berat tubuh.

Ia menambahkan bahwa setiap satwa pasti menua dan mati. Tetapi yang terpenting dalam perawatan satwa liar dalam lembaga konservasi adalah pemenuhan kesejahteraan hewan.

“Stres satwa liar di kandang adalah keniscayaan, apalagi satwa mendapatkan paparan dari pengunjung. Jika stres berkepanjangan satwa tidak produktif, daya tahan tubuh menurun dan rentan sakit," ucap dia kepada wartawan Tirto, Selasa (18/11).

"Sehingga upaya meminimalisir stres menyediakan kesejahteraan satwa yang terbaik jadi tantangan bagi para pengelola institusi konservasi seperti kebun binatang, termasuk ada andil para pengunjung untuk beretika dalam berinteraksi dengan satwa,” tambahnya.

Baca juga artikel terkait HARIMAU atau tulisan lainnya dari Mochammad Fajar Nur

tirto.id - News Plus
Reporter: Mochammad Fajar Nur
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Alfons Yoshio Hartanto