Menuju konten utama

Hukum Lupa Baca Niat Puasa Ramadhan karena Ketiduran

Niat puasa Ramadhan berbeda dengan puasa sunnah. Jika lupa baca niat puasa Ramadhan karena ketiduran, apakah sah puasanya? Ini hukum dan penjelasannya.

Hukum Lupa Baca Niat Puasa Ramadhan karena Ketiduran
Ilustrasi Makan Bersama. foto/istockphoto

tirto.id - Niat puasa Ramadhan baik itu diucapkan dalam hati maupun dilafalkan dengan lisan, dilakukan pada malam hari sebelum berpuasa. Lantas, bagaimana jika lupa baca niat puasa karena ketiduran?

Niat puasa Ramadhan berbeda dengan niat puasa sunah. Niat puasa sunnah dapat diucapkan pada pagi hari atau hari ketika berpuasa. Bagaimana hukumnya bila kita lupa tidak niat puasa Ramadhan?

Terkait soal niat, dalam artikel ini akan dibahas tentang hal-hal tersebut untuk menjawab sejumlah pertanyaan, seperti, apakah sah puasa jika tidak baca niat? Atau, apakah boleh puasa tanpa niat dan sahur? Dan, sejenisnya.

Apakah Boleh Puasa Tidak Sahur Karena Kesiangan?

Secara prinsip, sahur merupakan salah satu amalan sunnah yang dianjurkan selama bulan Ramadhan. Maka, meskipun seseorang tidak melakukan sahur, puasanya masih dianggap sah, walau ia melewatkan amalan sunah yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW.

Secara hukum, sahur adalah sunnah, yang berarti dapat dilakukan atau tidak. Namun, niat adalah suatu keharusan atau wajib, meskipun tidak perlu diucapkan dengan kata-kata, niat yang tulus dalam hati sudah memadai.

Niat sendiri merupakan salah satu rukun puasa. Rukun puasa hanya ada dua. Yang pertama adalah niat dan yang kedua ialah menahan diri dari yang membatalkan puasa sejak fajar terbit (waktu subuh) hingga matahari terbenam (waktu magrib).

Niat Puasa Ramadhan Apakah Harus Diucapkan?

Niat puasa Ramadhan diucapkan pada malam hari berdasarkan sabda Nabi Muhammad, “Barangsiapa yang tidak berniat puasa pada malam hari, maka tidak ada puasa baginya,” (H.R. Ahmad, Abu Dawud, Nasai, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).

Terkait pengucapan niat, bagi mazhab Syafi'i, niat di dalam hati untuk berpuasa sudah cukup. Lebih dari itu, dianjurkan pula agar umat Islam melafalkan ucapan niat tersebut dengan lisan.

Pemahaman ini ada dalam al-Majmu (juz 6, hlm. 248) karya Imam Nawawi, “Semua sepakat bahwa tempat niat itu adalah hati dan tidak disyaratkan pengucapannya secara lisan. Tidak cukup niat hati, namun disunahkan untuk melafalkan (dengan lidah) bersamaan dengan niat di hati.”

Sayid Bakri dalam I'anatu Thalibin juga menyebutkan, “Niat itu dengan hati, dan tidak disyaratkan mengucapkannya. Tetapi mengucapkan niat itu disunahkan.”

Dengan demikian, jika dalam masyarakat ada pertanyaan, niat puasa Ramadhan apakah harus diucapkan, atau hanya dalam hati? Melihat keterangan di atas, dua pandangan itu sama benarnya. Niat puasa dalam hati, tetap sah. Begitu juga niat yang dilafalkan dengan lisan.

Niat pada Malam Hari Berlaku untuk Puasa Ramadhan

Niat diucapkan atau dilafalkan pada malam hari berlaku untuk puasa Ramadhan. Kewajiban ini tidak berlaku untuk puasa sunah. Artinya, jika seseorang tidak berniat puasa sunnah, kemudian pada pagi harinya, ketika ia belum makan, atau belum mengerjakan hal-hal yang membatalkan puasa sejak fajar terbit (subuh), kemudian muncul keinginan untuk berpuasa, hal itu dapat dilakukan.

Dalilnya adalah hadits riwayat Muslim dan Abu Dawud, dari Aisyah bahwa Nabi Muhammad suatu hari bertanya kepadanya apakah ada makanan. Ketika Aisyah menjawab, “tidak.” Rasulullah bersabda, “Kalau begitu aku berpuasa.”

Dalam riwayat tersebut, pada malam harinya Nabi tidak berencana atau berniat puasa. Namun, beliau kemudian memilih berpuasa saja pada keesokan harinya. Puasa yang seperti ini tetap sah.

Jika Lupa Niat Puasa Ramadhan pada Malam Hari

Bagaimana jika seseorang lupa baca niat puasa Ramadhan karena ketiduran pada malam harinya? Kemudian, dia baru teringat ketika terbit fajar atau selepasnya? Bagaimana hukumnya bila kita lupa tidak niat puasa Ramadhan?

Imam Nawawi dalam kitabnya Al-Majmû’ Syarhul Muhadzdzab memberikan solusi, untuk orang yang lupa baca niat puasa karena ketiduran, dapat membaca niat puasa pada pagi harinya. Ini ditambah dengan keterangan, orang yang lupa tersebut mesti memahami, langkahnya tersebut adalah taklid (mengikuti) pada Imam Abu Hanifah. Pasalnya, Abu Hanifah berpendapat bahwa niat puasa Ramadhan pada pagi hari sudah mencukupi.

“Disunnahkan (bagi yang lupa niat di malam hari) berniat puasa Ramadhan di pagi harinya. Karena yang demikian itu mencukupi menurut Imam Abu Hanifah, maka diambil langkah kehati-hatian dengan berniat.” (Al-Majmû’ Syarhul Muhadzdzab, juz VI, hal 315).

Dilansir NU Online, maksud taqlid kepada Imam Abu Hanifah tersebut adalah langkah kehati-hatian agar tidak dianggap mencampurkan ibadah yang rusak. Ijtihad Abu Hanifah adalah pintu darurat. Sebagai catatan solusi ini hanya diperuntukkan bagi mereka yang lupa belum berniat, bukan karena sengaja tidak berniat puasa pada malam harinya.

Sebagai langkah preventif, bagi orang yang hendak berjaga-jaga agar tidak lupa mengucapkan niat puasa Ramadhan pada malam hari, dapat membacanya, baik secara bersama-sama atau sendiri setelah salat tarawih. Kebiasaan ini lumrah ditemui dalam berbagai jamaah masjid di Indonesia.

Bacaan Niat Puasa Ramadhan

Lafaz niat puasa Ramadhan dalam bahasa Arab adalah sebagai berikut:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى

Bacaan latinnya: “Nawaitu sauma ghadin an'adai fardi syahri ramadhani hadzihisanati lillahita'ala.”

Artinya: “Saya niat berpuasa esok hari untuk menunaikan fardhu di bulan Ramadhan tahun ini, karena Allah Ta'ala.”

Baca juga artikel terkait NIAT PUASA RAMADHAN atau tulisan lainnya dari Abdul Hadi

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Abdul Hadi
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Fitra Firdaus
Penyelaras: Ibnu Azis