tirto.id - Konsep bahwa uang dapat membeli kebahagiaan selalu menjadi perdebatan yang menarik, namun sejumlah penelitian terbaru mencoba mengurai hal ini dengan lebih konkret.
Banyak orang masih berpikir bahwa kebahagiaan tidak dapat diukur dengan materi atau uang, tetapi beberapa bukti ilmiah menunjukkan bahwa hal tersebut mungkin tidak sepenuhnya benar.
Mari kita eksplorasi lebih lanjut. Apakah uang memang benar-benar bisa membawa kebahagiaan, dan bagaimana hubungan antara kekayaan dan kepuasan hidup?
Uang dan Kebahagiaan: Apa Kata Penelitian?
Penelitian yang dilakukan oleh Matthew Killingsworth dari Wharton School, University of Pennsylvania, menemukan adanya hubungan yang semakin kuat antara uang dan kebahagiaan.
Killingsworth, yang mengumpulkan data dari proyek besar bernama trackyourhappiness.org, menyurvei lebih dari 33.000 orang dewasa AS yang bekerja dan berusia antara 18 hingga 65 tahun. Responden memiliki pendapatan rumah tangga minimal $10.000 per tahun (Rp154 juta, menurut kurs 3 Oktober 2024) dan menjawab pertanyaan seputar "kepuasan hidup" mereka.
Menariknya, studi ini juga memasukkan data dari individu yang sangat kaya, dengan kekayaan bersih median antara $3 juta (Rp46 M) hingga $7,9 juta (Rp121,6 M), sebuah kelompok yang biasanya sulit untuk diakses.
Hasilnya menunjukkan bahwa kesenjangan kebahagiaan antara orang kaya dan kelas menengah lebih besar dibandingkan kesenjangan antara kelas menengah dan mereka yang berpenghasilan rendah.
Hasil penelitian Killingsworth menunjukkan bahwa uang dapat membawa kebahagiaan bukan hanya karena memungkinkan kita membeli barang-barang yang kita inginkan, tetapi lebih dari itu, uang memberikan kita kontrol atas kehidupan.
Perasaan memiliki kontrol yang lebih besar atas hidup dikaitkan dengan sekitar 75% hubungan antara uang dan kebahagiaan. Artinya, semakin banyak uang yang dimiliki seseorang, semakin banyak kontrol dan kebebasan yang dimiliki untuk menjalani kehidupan sesuai keinginan mereka. Hal ini yang sering kali menjadi elemen kunci dalam tingkat kebahagiaan seseorang.
Kontrol atas hidup bisa berupa kemampuan memilih pekerjaan yang lebih disukai, kebebasan untuk bepergian, memilih lingkungan tempat tinggal, atau bahkan sekadar mengatur waktu sesuai kebutuhan pribadi.
Berapa Banyak Uang yang Dibutuhkan untuk Membeli Kebahagiaan?
Sebagian besar penelitian sebelumnya, seperti yang dilakukan oleh Daniel Kahneman dan Angus Deaton dari Universitas Princeton pada 2010, menemukan bahwa kebahagiaan meningkat seiring pendapatan hingga ke orang yang mempunyai pendapatan $75.000 (Rp1,1 M) per tahun, dan di atas angka itu kebahagiaan cenderung stagnan.
Namun, studi terbaru dari Killingsworth pada 2021 menunjukkan bahwa kebahagiaan dapat terus meningkat jauh di atas angka tersebut tanpa adanya tanda-tanda penurunan.
Bekerja sama dengan Kahneman dalam sebuah kolaborasi yang disebut adversarial collaboration, mereka menyatukan hasil yang berbeda dari kedua penelitian sebelumnya.
Namun, ada kelompok kecil yang tidak bahagia yang mengalami peningkatan kebahagiaan hanya sampai pendapatan tertentu, sekitar $100.000 (Rp1,54 M), setelah itu kebahagiaan tidak lagi bertambah.
How Money Can Buy Happiness?
Laman media bisnis dan investasi Forbes menulis, memiliki lebih banyak uang memungkinkan seseorang untuk tinggal di rumah yang lebih nyaman, mengendarai mobil yang lebih baik, menikmati liburan berkualitas, memberikan pendidikan terbaik untuk anak-anak, mendapatkan layanan kesehatan yang lebih baik, serta menikmati masa pensiun yang lebih aman.
Berdasarkan studi, berikut adalah alasan mengapa uang bisa meningkatkan kebahagiaan:
Uang dan Perasaan Cukup
Pertama, kita berevolusi di masa ketika kelangkaan adalah hal yang umum, sehingga kita memiliki kecenderungan untuk mencari kemelimpahan. Saat pendapatan kita meningkat, kita merasa semakin dekat dengan "kecukupan" dan tidak merasa terancam oleh kelangkaan.Raj Raghunathan, seorang profesor di Universitas Texas, menjelaskan dalam bukunya If You’re So Smart, Why Aren’t You Happy? bahwa perasaan 'kecukupan' ini sangat penting bagi kebahagiaan.
Ia berkata, "Ketika kita merasa berkelimpahan, hidup terasa seperti 'kekacauan yang nyaman': sempurna meski ada ketidaksempurnaan."
Ed Diener, seorang peneliti kebahagiaan juga sependapat bahwa "ada hubungan primal antara perasaan aman karena memiliki sumber daya dan kebahagiaan yang dapat dihasilkan oleh uang."
Uang Memberi Banyak Pilihan
Memiliki lebih banyak uang memberikan lebih banyak pilihan, kebebasan, dan perasaan kendali atas hidup dan situasi kita.Rachel Sherman, seorang sosiolog, melakukan wawancara dengan orang-orang kaya di New York mengenai bagaimana mereka merasakan kekayaan dalam bukunya Uneasy Street: The Anxieties of Affluence.
Jawaban umum yang diberikan tentang manfaat kekayaan adalah kebebasan dan rasa kontrol. Perasaan kendali dan otonomi ini merupakan elemen penting dalam cara kita menilai hidup kita.
Uang dan Pencapaian Tujuan
Meskipun uang sendiri mungkin tidak membuat kita bahagia, ia merupakan alat untuk mencapai tujuan. Uang memberi kita peluang untuk mengejar aktivitas-aktivitas yang dapat membawa kebahagiaan. Dengan uang, kita bisa lebih mudah menikmati pengalaman yang menyenangkan, seperti makanan, minuman, atau perjalanan.Misalnya, The Journal of Positive Psychology menerbitkan sebuah studi yang menunjukkan bahwa partisipan melaporkan peningkatan kebahagiaan setelah membeli pengalaman (seperti liburan atau makan di luar) dibandingkan dengan membeli barang-barang material (seperti pakaian atau perabotan rumah tangga).
Uang Bertambah Stres Berkurang
Memiliki lebih banyak uang berarti mengurangi stres dan kekhawatiran yang muncul akibat kemiskinan.Ed Diener, seorang peneliti kebahagiaan menyatakan dalam bukunya yang berjudul Happiness menjelaskan bahwa "Sumber daya finansial bisa menjadi penyangga terhadap peristiwa negatif dalam hidup."
Tidak Selalu tentang Materi: Faktor Lain dalam Kebahagiaan
Meski uang memang berperan dalam meningkatkan kebahagiaan, Killingsworth mengingatkan bahwa uang bukan satu-satunya faktor. Ada banyak hal lain yang mempengaruhi kebahagiaan, seperti hubungan sosial, kesehatan mental, serta bagaimana seseorang memaknai kehidupan mereka.
Bagi sebagian orang, memiliki uang lebih mungkin tidak memberikan efek signifikan jika mereka tidak bisa menikmati waktu bersama orang yang dicintai atau memiliki makna dalam hidup mereka.
Misalnya, seseorang yang sangat kaya tetapi merasa kesepian atau tidak memiliki hubungan sosial yang mendukung mungkin tidak akan lebih bahagia hanya karena memiliki uang lebih.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Killingsworth bersama Kahneman dan Barbara Mellers, mereka menemukan bahwa untuk orang-orang yang memiliki tingkat kesejahteraan emosional yang rendah, kebahagiaan hanya meningkat hingga batas tertentu (sekitar $100.000 atau Rp1,54 M), dan setelah itu tidak mengalami peningkatan yang berarti.
Uang dan Kebahagiaan, Seberapa Penting?
Studi tentang hubungan antara uang dan kebahagiaan menunjukkan bahwa uang memang bisa membeli kebahagiaan—dalam banyak kasus, semakin banyak uang yang dimiliki, semakin besar pula kebahagiaan yang diperoleh. Namun, ada batasan di mana uang tidak lagi menjadi penentu utama kebahagiaan, terutama bagi mereka yang sudah memiliki pendapatan yang cukup tinggi.
Hasil dari penelitian ini memiliki implikasi penting, baik di tingkat individu maupun masyarakat. Pada tingkat individu, ini dapat membantu orang membuat keputusan tentang karier, menetapkan tujuan pendapatan, serta menentukan prioritas hidup yang lain.
Namun, penting untuk diingat bahwa uang bukanlah segalanya. Seperti yang dikatakan oleh Killingsworth, uang adalah salah satu dari banyak faktor yang menentukan kebahagiaan, tetapi bukan satu-satunya.
Di tingkat sosial, temuan ini juga relevan dalam merancang kebijakan, misalnya terkait dengan sistem perpajakan atau cara memberikan kompensasi kepada karyawan.
Jika memang benar bahwa uang memberikan kebahagiaan yang lebih besar bagi kebanyakan orang, maka mungkin pemerintah dan organisasi perlu mempertimbangkan kebijakan yang mendukung distribusi kekayaan yang lebih merata atau menciptakan peluang ekonomi yang lebih besar bagi semua kelompok pendapatan.
Editor: Iswara N Raditya