Menuju konten utama

Arti Muhasabah Diri dalam Islam dan Contoh Cara Melakukannya

Apa itu muhasabah diri dalam Islam? Berikut arti muhasabah diri, hadits serta ayat dalilnya, hingga contoh dan cara melakukannya.

Arti Muhasabah Diri dalam Islam dan Contoh Cara Melakukannya
Ilustrasi muhasabah diri dalam Islam. foto/Istockphoto

tirto.id - Muhasabah diri dalam Islam termasuk kebiasaan mulia. Melakukan muhasabah diri juga merupakan tindakan yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW.

Arti muhasabah diri dalam Islam secara sederhana adalah introspeksi diri. Namun, proses mengevaluasi diri sendiri itu mencakup dimensi duniawi sekaligus ukhrawi.

Muhasabah diri dalam Islam tidak hanya berupa evaluasi diri atas sikap ataupun tindakan terkait urusan dunia, tetapi juga hubungan seorang manusia dengan sang Khalik.

Apakah segenap sikap dan tindakan kita sudah tepat dan mendapatkan ridha Allah SWT? Demikian pertanyaan yang menggambarkan sekilas contoh muhasabah diri dalam Islam.

Apa Arti Muhasabah Diri dalam Islam?

Muhasabah secara etimologi berasal bahasa Arab. Akar kata muhasabah adalah hasaba-yahsubu-hisaaban. Artinya menghisab atau menghitung.

Maka bisa disimpulkan, arti muhasabah diri menurut bahasa adalah usaha mengevaluasi, memeriksa, dan menimbang kembali segala hal yang telah, sedang, dan akan dilakukan.

Dari segi istilah, arti muhasabah diri dalam Islam adalah introspeksi dengan merenungkan lagi keselarasan antara sikap atau perbuatan dengan prinsip-prinsip syariat.

Pertanyaan paling penting dalam muhasabah diri: "Apakah segala hal yang telah, sedang, atau akan dilaksanakan mendapat ridha Allah SWT dan bisa dipertanggungjawabkan pada hari akhir kelak?"

Lalu Heri Afrizal dalam buku Ibadah Hati (2008) menjelaskan bahwa muhasabah diri ialah upaya terus menghadirkan kesadaran bahwa segala sesuatu yang kita dikerjakan di dunia pasti dicatat oleh Malaikat Raqib-Atid dan akan dihisab.

Segala amal perbuatan manusia yang dicatat tersebut kelak akan dipertanggungjawabkan di akhirat. Maka dari itu, manusia sebaiknya menghisab dirinya terlebih dahulu, dan lekas memperbaiki diri sekaligus bertaubat kepada Allah SWT atas segala kesalahannya.

Apa Manfaat dari Muhasabah Diri?

Manfaat muhasabah diri adalah belajar dari kesalahan agar tidak terulang. Dengan begitu, muhasabah diri bisa memperbaiki pribadi orang yang melakukannya.

Dikutip dari "Penerapan Muhasabah Diri Untuk Meningkatkan Kualitas Akhlak Mahasantri Putri IDIA Prenduan" dalam Jurnal Jurrafi (2023), Ibnu Qayyim mengilustrasikan manfaat muhasabah diri seperti mengetahui aib sendiri sehingga bisa memperbaikinya.

Muhasabah diri akan membuat manusia berupaya lebih dekat kepada Allah SWT. Dampak muhasabah diri pun bisa memperbaiki hubungan dengan sesama manusia.

Muhasabah diri bermakna penting dalam kehidupan kaum muslim, karena bisa membina jati diri sesuai ketentuan syariat.

Dikutip dari buku Identitas dan Jatidiri (2016) karya Ahmad Umar Hasyim, mereka yang melakukan muhasabah diri, sebelum kelak amal perbuatannya ditimbang di yaumulhisab, termasuk golongan yang beruntung karena terhindar dari kesalahan berulang.

Imam Al-Ghazali dalam kitab Mukhtashar Ihya' Ulumuddin (dikutip dari versi terjemahan) menerangkan hakikat muhasabah diri dengan memberi ilustrasi seorang pedagang yang selalu cermat menghitung modal, untung, dan rugi atas usaha dagangnya.

Artinya, setiap muslim mesti selalu cermat dan mawas diri dengan memeriksa lagi segala amal perbuatannya. Karena itu, menurut Al-Ghazali, muhasabah diri dapat meringankan beban kesedihan manusia pada hari kiamat nanti.

Jika diringkas setidaknya ada 3 manfaat muhasabah diri, yaitu:

  • Memperbaiki hubungan manusia dengan Allah SWT
  • Memperbaiki hubungan manusia dengan sesama makhluk
  • Mengetahui aib/kesalahan sendiri sehingga bisa segera diperbaiki.

Hadist tentang Muhasabah Diri dan Dalil di Al-Quran

Dalil tentang pentingnya muhasabah diri terdapat dalam hadits dan ayat Al-Quran. Salah satu hadits tentang muhasabah diri berasal dari riwayat Syaddad bin Aus, yakni sebagai berikut:

عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ

Artinya: "Dari Syaddad bin Aus Ra, Nabi Muhammad Saw bersabda: ‘Orang yang cerdas [sukses] adalah orang yang menghisab [mengevaluasi] dirinya sendiri, serta beramal untuk kehidupan sesudah kematiannya. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT,'" (HR. Tirmidzi).

Menurut Imam Tirmidzi, hadis ini masuk kategori hadis hasan. Artinya hadis itu rangkaian sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh rawi yang adil dan dhabit, tidak terdapat syadz dan illah. Hanya saja, dari segi kualitas hafalan, ia tidak sekuat hadis sahih.

Dalam kitab Ihya Ulumiddin (Juz IV), Imam Al-Ghazali juga mencatat Umar ibn Khattab Ra. pernah mengatakan: "Hendaklah kalian lakukan muhasabah atas diri kalian sebelum kalian dihisab. Timbanglah perbuatan kalian sebelum ia kelak ditimbang."

Sejumlah ayat dalam Al-Quran pun mengisyaratkan pentingnya muhasabah diri. Di antara ayat tersebut adalah sebagai berikut:

1. Surah Al-Hasyr ayat 18

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ

Arab Latinnya: Yā ayyuhal-lażīna āmanuttaqullāha waltanẓur nafsum mā qaddamat ligad(in), wattaqullāh(a), innallāha khabīrum bimā ta‘malūn(a).

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok [akhirat]. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan,” (QS. Al-Hasyr [59]: 18).

2. Surah Al-A'raf ayat 201

اِنَّ الَّذِيْنَ اتَّقَوْا اِذَا مَسَّهُمْ طٰۤىِٕفٌ مِّنَ الشَّيْطٰنِ تَذَكَّرُوْا فَاِذَا هُمْ مُّبْصِرُوْنَۚ

Arab Latinnya: Innal-lażīnattaqau iżā massahum ṭā'ifum minasy-syaiṭāni tażakkarū fa iżā hum mubṣirūn(a).

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa, jika mereka dibayang-bayangi pikiran jahat [berbuat dosa] dari setan, mereka pun segera ingat [kepada Allah]. Maka, seketika itu juga mereka melihat [kesalahan-kesalahannya],” (QS. Al-A'raf [7]: 201).

3. Surah Al Mujadalah ayat 6

يَوْمَ يَبْعَثُهُمُ اللّٰهُ جَمِيْعًا فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوْاۗ اَحْصٰىهُ اللّٰهُ وَنَسُوْهُۗ وَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيْدٌ ࣖ

Arab Latinnya: Yauma yab‘aṡuhumullāhu jamī‘an fa yunabbi'uhum bimā ‘amilū, aḥṣāhullāhu wa nasūh(u), wallāhu ‘alā kulli syai'in syahīd(un).

Artinya: “Pada hari itu Allah membangkitkan mereka semua, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah menghitungnya [semua amal] meskipun mereka telah melupakannya. Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu,” (QS. Al-Mujadalah [58]: 6).

Cara Melakukan Muhasabah Diri

Cara melakukan muhasabah diri sebenarnya tidak terlalu rumit asal ada kerelaan dari hati untuk mengakui bahwa "ada yang salah dan harus diperbaiki."

Mengutip publikasi laman Kemenag Jawa Barat bertajuk "Mimbar Dakwah Sesi 39: Cara Muhasabah Diri," setidaknya ada 3 cara muhasabah diri yang bisa dilakukan oleh seorang muslim/muslimah, yakni sebagai berikut:

1. Bermuhasabah dengan menyendiri

Menyendiri bisa berguna menenangkan diri agar lebih dalam saat merenungkan berbagai hal yang terjadi dalam kehidupan. Muhasabah diri akan maksimal jika dilakukan dengan perenungan mendalam.

2. Terbuka dengan kritik dan saran orang lain

Kesalahan sering kali disadari oleh seseorang berkat pemberitahuan orang lain. Banyak orang mungkin tidak menyadari bahwa mereka sudah melakukan kesalahan. Karena itu, terbuka pada kritik dan saran orang lain bisa menjadi salah satu sarana muhasabah diri.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW pun bersabda:

إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ، أَنْسَى كَمَا تَنْسَوْنَ، فَإِذَا نَسِيتُ فَذَكِّرُونِي

"Sesungguhnya aku hanyalah manusia seperti kalian. Aku lupa sebagaimana kalian lupa. Oleh karena itu, ingatkanlah aku ketika diriku lupa." [HR. Bukhari]

3. Berteman dengan orang-orang saleh

Menjalin hubungan persahabatan dengan orang-orang saleh dapat memperbesar peluang seorang muslim/muslimah mendapatkan nasihat yang tepat saat melakukan kesalahan.

Nasihat dari sahabat yang saleh tentu akan bermanfaat membantu seseorang melakukan muhasabah diri.

Contoh Muhasabah dalam Kehidupan Sehari-hari

Muhasabah diri tidak hanya dipahami atau dilakukan sekali. Muhasabah diri perlu menjadi kebiasaan sehari-hari setiap muslim dan muslimah.

Dengan cara begitu, muhasabah diri akan menghindarkan seseorang dari perilaku kurang baik bagi diri sendiri, keluarga, maupun masyarakat, sekaligus menjauhkannya dari hal-hal yang berujung dosa.

Contoh muhasabah diri dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut:

  • Mengevaluasi niat dan amalan ibadah yang telah dilakukan.
  • Merenungkan perbuatan-perbuatan buruk yang telah dilakukan.
  • Menyesali dosa-dosa yang sudah pernah dilakukan.
  • Bertaubat kepada Allah apabila melakukan kesalahan.
  • Segera meminta maaf kepada orang lain, setelah melakukan kesalahan.
  • Senantiasa mendirikan ibadah wajib, dan memperbanyak amalan sunnah.
  • Menerima masukan dan saran dari orang lain.
  • Tidak merasa paling benar dalam berpendapat.
  • Menerima perbedaan pandangan antara sesama.
  • Merasa bahwa segala perilaku yang dilakukan berada dalam pengawasan Allah Swt.
  • Senantiasa menyadari bahwa segala yang diperbuat akan dipertanggungjawabkan di akhirat.

Baca juga artikel terkait AJARAN ISLAM atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Addi M Idhom