Menuju konten utama

Waktu yang Baik untuk Berhubungan Suami Istri Menurut Islam

Waktu terbaik berhubungan intim menurut Islam adalah kapan saja kecuali dalam keadaan tertentu. Simak penjelasan selengkapnya di artikel berikut ini.

Waktu yang Baik untuk Berhubungan Suami Istri Menurut Islam
Ilustrasi bercinta. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Waktu yang baik untuk berhubungan suami-istri menurut Islam adalah kapan pun selagi tidak dalam keadaan di antaranya wanita haid atau nifas, siang hari bulan Ramadan, dan tengah ihram.

Berhubungan intim atau bersetubuh merupakan hal yang lazim sekaligus faktor besar dalam hubungan suami-istri untuk menciptakan rumah tangga harmonis. Hukum pelaksanaan bersetubuh suami-istri adalah mubah, namun menjadi sunah apabila dilakukan dengan adab yang diajarkan dalam Islam.

Adab berhubungan intim akan mendatangkan pahala besar sebagaimana sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dzar Al-Ghifari, bahwa Nabi Muhammad SAW. pernah bersabda sebagai berikut:

“Dan hubungan intim di antara kalian adalah sedekah.' Para sahabat bertanya, 'Wahai Rasulullah, bagaimana bisa mendatangi istri dengan syahwat [hubungan intim] bisa bernilai pahala?" Rasulullah SAW menjawab: 'Bagaimana pendapatmu jika ada yang meletakkan syahwat tersebut pada yang haram [berzina] bukankah bernilai dosa? Maka sudah sepantasnya meletakkan syahwat tersebut pada yang halal mendatangkan pahala,” (HR. Muslim).

Salah satu adab dalam berhubungan suami-istri adalah waktu pelaksanaan, termasuk durasi berhubungan intim menurut Islam. Lalu malam apa saja yang baik untuk berhubungan suami istri? Imam Ghazali dalam kitab Ihya menjelaskan bahwa berhubungan intim sebaiknya dilakukan suami dengan istri 4 malam sekali (yang paling ideal).

Kenapa 4 malam sekali? sebab bagi orang yang berpoligami jumlah maksimal istri adalah 4. Namun, suami dapat menambah intensitas atau mengurangi menyesuaikan kebutuhan demi keharmonisan rumah tangga.

“Seyogianya suami melakukan hubungan intim dengan istri empat malam sekali, dan ini yang paling ideal. Hal ini karena jumlah wanita yang boleh dipoligami itu sampai empat. Karena itu, suami boleh menunda tidak berhubungan intim hingga lebih dari batasan ini, yaitu empat hari. Namun demikian, seyogianya suami boleh mempercepat atau memperlambat waktu hubungan intim sesuai kebutuhan biologis istri agar tidak selingkuh. Suami pun wajib memenuhi kebutuhan biologis istri. Akan tetapi suami tidak boleh memaksa istrinya memenuhi hasratnya, karena pemenuhan hasrat biologis itu sulit dipaksakan”. (Al-Ghazali, Ihya 'Ulumuddin, juz II, halaman 50).

Waktu yang Baik untuk Berhubungan Suami Istri dalam Islam

Sering ada pertanyaan tentang hubungan suami istri yang baik jam berapa? Jawabnya, waktu yang baik untuk berhubungan suami-istri dalam Islam dapat dilakukan kapan saja, selagi wanita tidak haid dan bukan di siang hari bulan Ramadan.

Dikutip dari buku Seksualitas dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains (2012), Al-Qur’an memperbolehkan hubungan suami-istri dilakukan di pagi, hari, sore atau siang hari mengikuti kemauan pasangan.

Ada kalanya pasangan suami istri memilih waktu mengikuti kenyamanannya dalam berhubungan seksual seperti waktu romantis, suasana mesra, saling mencintai, fisik dalam keadaan bugar, hingga tidak ada hambatan psikologis antara satu dengan lainnya.

Waktu-waktu tersebut adalah masa yang terbaik serta memuaskan untuk melakukan hubungan seksual.

Akan tetapi, Al-Qur’an dalam Surah An-Nur ayat 8 menjelaskan 3 waktu yang biasanya digunakan untuk berhubungan intim suami-istri sebagai berikut:

"Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah hamba sahaya [laki-laki dan perempuan] yang kamu miliki dan orang-orang yang belum balig [dewasa] di antara kamu meminta izin kepada kamu tiga kali, yaitu sebelum salat Subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian [luar]-mu di tengah hari, dan setelah salat Isya. [Itu adalah] tiga [waktu yang biasanya] aurat [terbuka] bagi kamu. Tidak ada dosa bagimu dan tidak [pula] bagi mereka selain dari [tiga waktu] itu. [Mereka] sering keluar masuk menemuimu. Sebagian kamu [memang sering keluar masuk] atas sebagian yang lain. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat kepadamu. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana," (QS. An-Nur [24]: 58).

Para ulama memberikan penjelasan bahwa dalam 3 waktu seperti disebutkan ayat tersebut meliputi sebelum Salat Subuh, di Tengah Hari, dan Setelah Salat Isya adalah masa ketika para orang tua atau suami istri berkumpul untuk beristirahat. Di waktu tersebut, mereka juga tidak berpakaian dengan ketat, sehingga besar kemungkinan untuk berhubungan intim.

Kemudian, Nabi Muhammad SAW diceritakan pernah melakukan hubungan intim dengan istrinya ketika malam hari. Hal ini sebagai bunyi yang diriwayatkan Imam Muslim dari Aisyah Ra. sebagai berikut:

“Rasulullah memasuki waktu subuh pada bulan Ramadan dalam keadaan junub, bukan karena mimpi basah. Beliau kemudian mandi dan berpuasa,” (HR. Muslim).

Di sisi lain, hadis di atas digunakan para ulama untuk dasar pelaksanaan puasa yang sah kendati belum berjunub. Sebab suci dari hadas besar, tidak termasuk ke dalam syarat sah pelaksanaan Puasa Ramadan maupun Puasa Sunah.

Kemudian masih berkaitan dengan waktu berhubungan intim dalam Islam. Ibnu Katsir dalam tafsirnya menceritakan bahwa para sahabat senang melakukan hubungan seksual pada ketiga waktu tersebut meliputi sebelum Salat Subuh, di Tengah Hari, dan Setelah Salat Isya. Dalam penjelasan perkara tersebut, Ibnu Katsir menukil pendapat dari as-Suddi sebagai berikut:

Banyak sahabat Nabi merasa senang jika mereka melakukan hubungan seksual mereka pada tiga waktu tersebut, kemudian mereka mandi dan keluar rumah untuk melaksanakan salat. Karena itu Allah melarang para hamba sahaya dan anak-anak untuk memasuki kamar majikan dan orang tua mereka pada tiga waktu di atas kecuali jika telah mendapatkan izin.”

Akan tetapi pada hukum asalnya, Al-Qur’an tidak memberikan batasan pelaksanaan hubungan intim suami-istri. Hubungan seksual suami-istri dapat dilakukan kapanpun selagi tidak dalam keadaan wanita haid, saat ihram, dan wanita tengah haid. Selain itu, hubungan mendekati waktu salat sebaiknya dihindari, karena hukumnya makruh. Ditakutkan suami-istri justru meninggalkan salat, padahal termasuk perkara kewajiban.

Hubungan Suami Istri yang Baik Jam Berapa?

Ibn al-Jauzi dalam kitab al-Tibb al-Nabawi menjelaskan waktu yang baik untuk melakukan hubungan intim bagi suami-istri adalah awal malam. Dalam pandangan Ibn al-Jauzi, waktu awal malam dianggap tepa karena proses pencernaan makanan di dalam perut sudah selesai.

Di sisi lain, hubungan intim sebaiknya tidak dilakukan dalam keadaan lapar, perut masih kenyang, badan letih, sakit, dan jiwa nan gelisah. Sebagai contoh, berhubungan badan ketika waktu kenyang dalam mengakibatkan penyakit penggumpalan darah.

Kemudian Abu Abdullah Muhammad menjelaskan bahwa waktu terbaik berhubungan suami-istri adalah di awal atau akhir malam. Namun yang lebih baik ialah di awal malam, karena menyisakan banyak waktu untuk mandi junub sebelum datangnya akhir malam atau mendekati waktu Salat Subuh.

Apabila hubungan dilakukan di akhir malam setelah tidur, tentu mulut dan hidung mengeluarkan bau tidak sedap dari gas pencernaan. Hal ini ditakutkan menimbulkan perasaan tidak senang di hati. Dan secara psikologis mengurangi gairah seksual.

Sementara itu, Mahmud Mahdi al-Istanbuli menjelaskan bahwa waktu terbaik melakukan hubungan badan suami-istri adalah setelah melakukan Salat Subuh. Sebab di waktu tersebut, keadaan jasmani dan pikiran rileks. Tidak jauh berbeda, Mufti Zubair Bhayat dalam tulisan bertajuk “The Islamic Etiquettes of Sexual Relations mengatakan sebagai berikut:

“The act of intercourse should ideally take place when there is a state of relaxation and temperamental balance in both husband and wife. Any form of tension or pressure in the form of hunger, thirst, anger, depression, illness, and others will dampen the pleasure. (Tindakan hubungan seksual idealnya dilakukan ketika dalam keadaan rileks dan keseimbangan emosi pada suami dan istri. Segala bentuk ketegangan atau tekanan dalam bentuk rasa lapar, haus, marah, depresi, sakit, dan lainnya akan mengurangi kenikmatan).”

Malam yang Baik Untuk Berhubungan Menurut Islam

Malam yang baik untuk berhubungan badan menurut Islam adalah malam Jumat. Namun, semua malam baik untuk jimak suami-istri. Anjuran berhubungan intim di malam Jumat termuat di hadis dalam kitab Shuab al-Iman karya al-Baihaqi dari riwayat Abu Hurairah dari Rasulullah Saw. sebagai berikut:

“Apakah kalian tidak mampu mengumpuli istri [jimak] setiap hari Jumat? Sebab di hari itu terdapat dua pahala; pahala mandi dan pahala [yang menyebabkan] istri mandi”.

Dilansir laman NU Jatim, sanad hadis di atas oleh beberapa kritikus hadis seperti Ali bin al-Madini dan Ahmad bin Hanbal digolongkan daif (lemah). Kendati demikian, kandungannya memiliki kesesuaian dengan hadis lain yang menganjurkan mandi besar sebelum berangkat Salat Jumat, salah satunya sebagai berikut:

“Barang siapa yang menggauli istrinya pada hari Jumat dan mandi janabah serta bergegas pergi menuju masjid dengan berjalan kaki, tidak berkendaraan, dan setelah dekat dengan Imam ia mendengarkan khutbah serta tidak menyia-nyiakannya, maka baginya pahala untuk setiap langkah kakinya seperti pahala amal selama setahun, yaitu pahala puasa dan sholat malam didalamnya,” (HR. Abu Dawud, An-Nasai, Ibnu Majah dan sanad hadis ini dinyatakan sahih).

Waktu Terbaik Berhubungan Intim Saat Hamil Menurut Islam

Waktu terbaik berhubungan intim saat hamil menurut Islam adalah ketika ibu dalam kondisi ibu dan janin sehat. Hal ini diperbolehkan sebagaimana bunyi sebuah hadis sebagai berikut:

"Sesungguhnya datang seorang lelaki kepada Rasulullah Saw. dan berkata : ”Aku menjalani ‘azl [senggama terputus] pada istriku”. “Kenapa kau menjalaninya ?” Tanya Rasulullah. “Aku kasihan pada anaknya” Jawab lelaki itu. Kemudian Rasulullah bersabda “Bila karena hal tersebut [kehamilannya] sebenarnya tidak masalah, karena orang Persia dan Rum juga tidak menyatakan bahaya,” (HR. Muslim II/1067).

Namun, apabila ditakutkan membahayakan ibu dan janin, berhubungan intim sebaiknya tidak dilakukan. Terlebih penyedia layanan kesehatan, dokter atau bidan telah melarang berhubungan dalam kondisi gangguan. Abu Ja'far at-Thohaawy menghukumi berhubungan intim ketika istri hamil makruh sebagaimana hadis berikut:

“Janganlah kalian membunuh anak kalian secara pelan-pelan, karena sesungguhnya air yang mengalir akan menyusul sang penunggang kemudian merobohkan kudanya,” (HR. Abu Daud IV/211 riwayat dari Asma Binti Yaziid Bin Assakn).

Di sisi lain, berhubungan badan paling baik ketika istri hamil ketika usia kandungan trimester 2 yakni 14 – 27 minggu. Sebab kondisi wanita lebih stabil dan janin telah dilapisi cairan ketuban.

Canadian Medical Association menjelaskan bahwa berhubungan seks selama kehamilan tidak berisiko pada persalinan prematur ataupun keguguran. Sebab, sebagian besar kasus keguguran dalam kehamilan disebabkan oleh perkembangan janin yang tidak normal.

Berhubungan badan di trimester 2 bahkan memberikan beberapa manfaat bagi suami-istri sebagai berikut:

1. Mendapatkan organisme yang lebih baik

Selama kehamilan terutama di trimester 2, aliran darah ke alat kelamin mengalami peningkatan, sehingga wanita cenderung merasakan organisme yang lebih kuat.

2. Menjaga kebugaran tubuh

Hubungan badan membuat kalori dalam tubuh terbakar, sehingga meningkatkan kebugaran baik bagi ibu hamil maupun pasangannya.

3. Menjaga ikatan pasangan

Melakukan hubungan intim ketika hamil dapat membuat ikatan dengan pasangan lebih dekat.

4. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh

Dalam sebuah studi dijelaskan bahwa melakukan hubungan seks meningkatkan IgA, antibodi yang mencegah dari pilek dan infeksi lainnya.

5. Meningkatkan kebahagiaan

Puncak dari hubungan badan atau orgasme akan melepaskan endorfin yang membantu ibu serta bayi bahagia dan rileks.

Baca juga artikel terkait WAKTU BERHUBUNGAN INTIM MENURUT ISLAM atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Dhita Koesno