tirto.id - Barangkali Anda menganggap hubungan intim saat menstruasi adalah ide gila. Menjijikkan, kotor, merepotkan, dan seterusnya. Beberapa orang yang saya tanya tentang seks saat menstruasi pun tak habis pikir dengan pertanyaan yang saya ajukan.
“Enggak pernahlah. Kotor,” ungkap Lily (30), seorang pegawai bank.
“Ngeri. Bisa-bisa langsung lemas penisku kalau lihat vagina berdarah-darah,” kata Aji (33), karyawan bagian hukum di sebuah perusahaan pangan.
“Enggak. Bukannya bahaya, ya?” jawab Siska (28), ibu rumah tangga, balik bertanya.
“Kayak enggak ada hari lain buat ngeseks saja,” ujar Rendy (35), wiraswasta.
Benarkah Hasrat Seksual Meningkat Saat Menstruasi?
Seperti diceritakan Elle Griffiths dalam artikelnya di BBC, mulanya ia berpikir bersenggama saat menstruasi bukanlah hal yang membuat nyaman. Namun, ia menyampaikan bahwa penetrasi saat haid membawa kepuasan tersendiri, bahkan lebih membahagiakan dibanding periode biasa.
Selain itu, seorang spesialis kebidanan dan ginekologi dari University of California Rachel Newman menjelaskan bahwa berhubungan intim saat menstruasi bisa mengurangi keram perut. Hal itu disebabkan oleh hormon oksitosin yang dilepaskan oleh tubuh.
“Dan jika Anda mendapatkan bonus tambahan dari orgasme, tubuh Anda akan menghasilkan hormon yang membuat anda lebih baik, sehingga mengalihkan rasa sakit atau kram,” tutur Rachel kepada BBC.
Situs kesehatan Healthline juga menuliskan keuntungan dari bersenggama saat menstruasi, yakni bisa mengurangi keram perut lewat proses orgasme. Selama orgasme, otot-otot di rahim akan berkontraksi. Puncak persenggamaan juga bisa memicu pelepasan hormon endorfin sehingga rasa tidak nyaman yang muncul karena menstruasi akan hilang.
Hubungan seks saat menstruasi bisa membuat siklus menstruasi menjadi lebih pendek karena kontraksi otot selama orgasme akan mendorong isi rahim keluar lebih cepat, sehingga menghasilkan periode haid lebih singkat.
Namun, studi yang dilakukan oleh Pamela C. Regan berjudul “Rhythms of Desire: the Association Between Menstrual Cycle Phases And Female Sexual Desire” (1996) menyanggah ihwal menstruasi menghadirkan kepuasan lebih dalam aktivitas persenggamaan.
Dalam penelitian tersebut, Regan justru menemukan bahwa perempuan justru lebih suka melakukan aktivitas seksual selama masa ovulasi atau masa subur yang terjadi setelah selesai menstruasi hingga sekitar dua minggu sebelum waktu haid selanjutnya.
Seksolog Dr. Prima Progestian, SpOG mengatakan bahwa libido tak hanya bergantung pada masa menstruasi. “Ya sebenarnya sih libido itu tergantung lingkungan, perasaan, ada faktor hormonal juga. Malah pada saat menstruasi, hormon kewanitaan lagi drop, jadi hormonalnya turun,” ujar Prima kepada Tirto.
Risiko Seks Saat Menstruasi
Meski tak ada larangan, Anda perlu menimbang dampak buruk dari penetrasi di masa menstruasi. Risiko pertama adalah terjadinya endometriosis karena adanya back flow darah menstruasi.
“Ya karena [saat] menstruasi, yang keluar darah luruhan dari endometrium. Ada luruhan-luruhan komponen endometrium yang luruh di dalam rahim. Itu kan dia buang, kalau berhubungan seksual teorinya komponen endometrium yang ada dalam darah bisa menjadi back flow. Jadi dia balik lagi ke atas,” tutur Prima.
Bahaya lain berhubungan seks saat menstruasi adalah risiko penyebaran infeksi. Saat menstruasi, mulut rahim akan terbuka, sehingga proses penularan infeksi lebih muda. Infeksi yang ditularkan pun tak sebatas infeksi menular seksual.
Saat bersenggama, tentu Anda berharap mencapai kenikmatan. Maka dari itu, Anda harus berhati-hati jika bersenggama saat perempuan sedang menstruasi karena bisa menimbulkan iritasi.
“Menstruasi kan agak basah, jadi gampang lecet. Basahnya kan gumpal-gumpal, kondisinya lebih membuat dinding vagina lebih rentan luka, “ ujar Prima.
Perlu diingat, darah menstruasi berbeda dengan lendir yang muncul karena rangsangan seksual. Jika lendir bisa melicinkan, darah menstruasi justru bersifat kesat. Saat terjadi gesekan, alat kelamin rentan terluka.
Namun, jika Anda tak bisa menahan hasrat seksual bersama pasangan saat sedang menstruasi, kondom untuk perempuan bisa menjadi solusi.
Penulis: Widia Primastika
Editor: Maulida Sri Handayani