tirto.id - Rangkuman materi IPAS kelas 4 Bab 5 mencakup tema Cerita Tentang Daerahku. Melalui bab ini, para peserta didik diberikan sejumlah pelajaran Sejarah Indonesia pada masa kerajaan di Nusantara, yaitu kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha serta Islam.
Dikutip dari Modul Ajar IPAS Kelas IV (2023) yang disusun Lilik Septiyani, ada tiga poin kompetensi dalam materi Cerita Tentang Daerahku untuk materi Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS), di antaranya sebagai berikut:
- Mengisahkan perkembangan daerah berdasarkan sejarah daerah tempat tinggalnya.
- Melakukan identifikasi serta menunjukkan kekayaan alam yang berada di sekitar tempat tinggal.
- Menganalisis pengaruh perkembangan daerah terhadap aspek ekonomi masyarakat di sekitar tempat tinggal.
Materi IPAS Sejarah Kerajaan Bercorak Hindu-Buddha di Indonesia
Masa kerajaan bercorak Hindu dan Buddha di Nusantara setidaknya ditandai mulai abad 4 Masehi. Saat itu, muncul beberapa kerajaan dengan corak Hindu dan/atau Buddha.
Berikut ini daftar Kerajaan Hindu dan Buddha yang pernah ada dalam sejarah Indonesia beserta peninggalannya:
Kerajaan Kutai
Berdiri pada 400 Masehi dan dikenal sebagai kerajaan tertua di Nusantara, Kerajaan Kutai Martapura berada di Kalimantan Timur, tepatnya terletak di hulu Sungai Mahakam, Muara Kaman (kini termasuk wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara).
Beberapa raja yang pernah bertakhta di Kutai antara lain Kudungga, Aswawarman, dan Mulawarman. Salah satu peninggalan Kerajaan Kutai adalah Prasasti Tugu Batu yang di dalamnya terdapat huruf Pallawa.
Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara (450 Masehi) pernah menguasai kawasan yang kini menjadi wilayah Banten, Jawa Barat, dan DKI Jakarta.
Kerajaan Tarumanegara mengalami masa kejayaan di bawah pimpinan Raja Purnawarman. Beberapa prasati peninggalan kerajaan ini antara lain Prasasti Muara Ciaruteun, Prasasti Kebon Kopi, Prasasti Tugu, Prasasti Jambu, Prasasti Lebak, dan lainnya.
Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya yang muncul pada abad 7 Masehi menjadi bukti bahwa agama Buddha pernah besar di Indonesia. Lokasi tepatnya kerajaan ini belum diketahui kendati konon pernah berpusat di Palembang, Sumatera Selatan.
Beberapa raja yang pernah memerintah Sriwajaya antara lain Dapunta Hyang Sri Jayanasa (683 M), Indrawarman (702 M), Rudra Wikrama (728-742 M), Sanggramadhananjaya (775 M), Dharanindra(778 M), Samaragrawira/Rakai Warak (782 M), Dharmasetu (790 M), Samaratungga (792 M), hingga Balaputradewa (856 M).
Adapun beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya di antaranya adalah Prasasti Kedukan Bukit, Prasasti Kota Kapur, Prasasti Telaga Batu, Prasasti Karang Berahi, Prasasti Talang Tuo, Prasati Ligor, dan lainnya.
Kerajaan Kalingga
Sosok pemimpin Kerajaan Kalingga (674 Masehi) yang paling dikenal adalah Ratu Shima. Wilayah kekuasaan Kerajaan Kalingga mencakup sepanjang pesisir pantai utara di Jawa Tengah hingga wilayah pedalaman di bagian selatan.
Pusat pemerintahannya diperkirakan pernah berada di Pekalongan, Jepara, atau di pegunungan Dieng. Beberapa peninggalan Kerajaan Kalingga antara lain Prasasti Sojomertol, Prasasti Tukmas, Candi Buprah, dan Candi Angin.
Kerajaan Mataram Kuno
Sejarah Kerajaan Mataram Kuno atau Kerajaan Medang yang bercorak Hindu dimulai sejak abad 6 Masehi. Kerajaan ini merupakan kerajaan penerus dari Kerajaan Kalingga.
Kerajaan Mataram Kuno memiliki dua periode berdasarkan lokasi atau ibu kota pemerintahannya. Pertama, periode awal di Jawa Tengah pada era Wangsa Sanjaya dan Sailendra (732-929 M), kedua ketika pindah ke Jawa Timur dan dikuasai oleh Wangsa Isyana (929-1016 M).
Raja-raja yang memerintah Kerajaan Medang sebagian besar memakai gelar Rakai, di antaranya adalah Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya (732-760 M), Rakai Panangkaran (760-780 M), Rakai Panunggalan (780-800 M), dan seterusnya.
Kerajaan Mataram Kuno punya banyak peninggalan yang berupa candi-candi megah, termasuk Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Kalasan, Candi Sewu, dan lainnya.
Kerajaan Kediri
Kerajaan Kadiri (Kediri) atau Panjalu yang berpusat di Daha merupakan salah satu kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang terletak di Jawa Timur. Sejarah Kerajaan Kediri masih terkait dengan Kerajaan Kahuripan dan Dinasti Mataram Kuno, juga Kerajaan Jenggala.
Prasasti peninggalan Kerajaan Kediri antara lain Prasasti Pucangan, Prasasti Pamwatan, Prasasti Gandhakuti, Prasasti Mataji, Prasasti Turun Hyang, Prasasti Ngantang, Prasasti Sirah Keting, Prasasti Hantang, Prasasti Talan, Prasasti Jepun, Prasasti Pandlegan, Prasasti Kahyunan, Prasasti Waleri, Prasasti Angin, Prasasti Jaring, Prasasti Semanding, Prasasti Cker, Prasasti Tondowongso, dan lainnya.
Adapun raja-raja yang pernah bertakhta di Kerajaan Kediri adalah Samarawijaya (sejak 1042 Masehi), Jitendrakara (1051), Bameswara (1117-1130), Jayabhaya (1135-1157), Sarweswara (1159-1161), Aryeswara (sekitar tahun 1171), Gandra (1181)
Kamesywara (1190), dan Kertajaya (1194-1222).
Kerajaan Singasari
Sejarah Kerajaan Singasari terkait erat dengan Ken Arok (1222-1247) yang konon sebagai pendirinya dengan gelar Sri Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi.
Lokasi kerajaan ini diperkirakan berada di daerah yang sekarang menjadi wilayah Kecamatan Singasari, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.
Masa kejayaan Kerajaan Singasari ini terjadi saat dipimpin oleh Kertanegara (wafat tahun 1292) sekaligus menjadi raja terakhirnya.
Kertanegara kala itu ingin menyatukan sebagian wilayah Nusantara di bawah naungan Singasari. Ambisi Kertanegara diwujudkan oleh keturunannya yang bernama Hayam Wuruk saat memimpin Kerajaan Majapahit yang merupakan penerus Singasari.
Beberapa peninggalan Kerajaan Singasari antara lain Candi Kidal, Candi Singasari, Candi Jago, Candi Katang Lumbang, Candi Kangenan, Prasasti Singasari, Prasasti Malurung, dan lainnya.
Kerajaan Majapahit
Majapahit dikenal sebagai kerajaan Hindu (dan Buddha) terbesar yang pernah berdiri di Nusantara sejak 1293 Masehi. Pendiri Kerajaan Majapahit adalah Raden Wijaya yang merupakan menantu dari Kertanegara, raja terakhir Singasari.
Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaan pada era Hayam Wuruk (1350-1389) yang didukung oleh Mahapatih Gajah Mada. Duet dua sosok ini mampu mewujudkan bersatunya Nusantara di bawah naungan Majapahit.
Pusat pemerintahan Kerajaan Majapahit yang paling dikenal adalah di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Adapun beberapa peninggalannya di antaranya adalah Candi Tikus, Candi Penataran, Candi Jabung, Candi Sukuh, Candi Bajangratu, hingga Kitab Nagarakertagama dan Sutasoma.
Materi IPAS Sejarah Kerajaan Bercorak Islam di Indonesia
Setelah melewati masa Kerajaan Hindu-Buddha, Indonesia memasuki periode kerajaan bercorak Islam. Berikut ini daftar nama kerajaan lengkap dengan peninggalan, pemimpin, dan pusat kekuasaannya:
Kerajaan Samudera Pasai
Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Nusantara yang eksis sejak abad ke-13 hingga abad ke-16 Masehi. Berdiri tahun 1267 dan berakhir pada 1521, Samudera Pasai terletak di pesisir utara Sumatera, dekat Lhokseumawe, Aceh, tak jauh dari Selat Malaka.
Pemimpin pertama Kesultanan Samudera Pasai di Aceh adalah Marah Silu yang kemudian bergelar Sultan Malik al-Saleh atau Sultan Malikussaleh (1267-1297 M).
Kesultanan Samudera Pasai mencapai masa kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Al-Malik az-Zahir II yang bertakhta hingga tahun 1349 Masehi.
Adapun beberapa peninggalan Kerajaan Samudera Pasai antara lain penemuan beberapa makam para sultan, juga koin dengan bahan emas serta perak sebagai alat transaksi pada zamannya.
Masih ada peninggalan Kerajaan Samudera Pasai lainnya seperti lonceng Cakra Donya, stempel khas kerajaan, serta karya tulis seperti Hikayat Raja Pasai dan Kitab Tasawuf Durru al-Manzum.
Kesultanan Demak
Kesultanan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa yang berdiri pada awal abad ke-16 Masehi seiring kemunduran Majapahit. Pemimpin pertamanya adalah Raden Patah -yang konon merupakan putra raja terakhir Majapahit- dengan dibantu oleh majelis ulama yakni Wali Songo.
Kerajaan yang berpusat di Demak, Jawa Tengah, ini kemudian dipimpin oleh Pati Unus, Sultan Trenggana, hingga Sunan Prawata, sebelum akhirnya runtuh dan dilanjutkan Kesultanan Pajang.
Beberapa peninggalan Kesultanan Demak di antaranya adalah Masjid Agung Demak, Lawang Bledeg, Soko Guru, Surya Majapahit, Dampar Kencana, Situs Kolam Wudhu, Piring Campa, dan sejumlah makam tokoh-tokoh berpengaruh.
Kesultanan Banten
Pemimpin pertama Kesultanan Banten adalah Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570 Masehi) yang merupakan putra Sunan Gunung Jati, salah satu anggota Wali Songo.
Puncak masa keemasan Kesultanan Banten terjadi pada era Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1683 M), yang sebelumnya dirintis oleh Pangeran Sabakingkin alias Maulana Hasanuddin (1552-1570 M).
Beberapa peninggalan Kesultanan Banten antara lain Keraton Surowosan, Masjid Agung Banten, Meriam Ki Amuk, dan lainnya.
Kesultanan Mataram Islam
Kesultanan Mataram Islam didirikan pada 1584 oleh Panembahan Senapati di Alas Mentaok (kini Yogyakarta). Mataram Islam pada akhirnya berperan sebagai kelanjutan Kesultanan Pajang dan Kesultanan Demak yang mengawali era kerajaan Islam di Jawa.
Di bawah kepemimpinan Sultan Agung (1587-1601), cucu Panembahan Senapati, Kesultanan Mataram Islam mencapai puncak kejayaan.
Namun, akibat pengaruh VOC Belanda, wilayah kekuasaan kemudian terpecah menjadi 4 kerajaan yang masih bertahan hingga ini, yakni Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, Kadipaten Mangkunegaran, dan Kadipaten Pakualaman.
Kesultanan Ternate
Kesultanan Ternate merupakan salah satu dari empat kerajaan Islam tertua di Maluku Utara selain Tidore, Jailolo, dan Bacan. Raja Ternate pertama yang diketahui memeluk agama Islam adalah Kolano Marhum (1465-1486 Masehi).
Beberapa pemimpin Kesultanan Ternate selanjutnya yang terkenal antara lain Sultan Bayanullah (1500-1522 M), Sultan Hidayatullah (1522-1529 M), Sultan Tabariji (1533-1534), Sultan Baabullah (1570-1583 M), hingga raja terakhir Sultan Haji Muhammad Usman Syah (1902-1915 M).
Peninggalan sejarah Kesultanan Ternate di antaranya adalah Istana Kesultanan Ternate, Masjid Jami, benteng, kompleks pemakaman sultan-sultan, dan lainnya.
Kerajaan Tidore
Kesultanan Tidore adalah kerajaan Islam yang berpusat di Kota Tidore dan merupakan salah satu kerajaan Islam tertua di Maluku Utara selain Kesultanan Ternate, Kesultanan Jailolo, dan Kesultanan Bacan.
Raja pertama Tidore adalah Sahajati yang merupakan saudara Mayshur Malamo, raja pertama Kerajaan Ternate. Berdasarkan berbagai sumber, tidak ada keterangan yang menyebutkan bahwa Sahajati telah memeluk agama Islam.
Raja Tidore yang pertama masuk Islam adalah Ciriliyati dengan gelar Sultan Jamaluddin (1495-1512 M). Sejak saat itu, Kerajaan Tidore pun berubah menjadi kesultanan atau kerajaan bercorak Islam.
Beberapa peninggalan sejarah Kesultanan Tidore yang masih tersisa adalah Istana Kadato Kie serta Benteng Torre dan Tahula.
Kerajaan Gowa
Kerajaan Gowa di Sulawesi Selatan pada masa sebelum masuknya Islam dimulai sejak era kepemimpinan penguasa pertama, Tumanurung, sampai dengan Tonipasulu (berkuasa hingga tahun 1593).
Sedangkan pemerintahan Gowa-Tallo setelah masuknya Islam dimulai sejak era I Mangarangi Daeng Manrabbia (1593-1639) bergelar Sultan Alauddin I.
Kesultanan Gowa mencapai masa kejayaannya ketika dipimpin oleh Sultan Hasanuddin (1653-1669) atau yang dijuluki sebagai Ayam Jantan dari Timur.
Beberapa peninggalan Kerajaan Gowa antara lain Istana Balla Lompoa, Istana Tamalate, Masjid Katangka, Benteng Somba Opu, Benteng Fort Rotterdam, dan lainnya.
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Iswara N Raditya