Menuju konten utama
Sejarah Indonesia

Sejarah Kepemimpinan Ratu Shima di Kerajaan Kalingga (674-695 M)

Ratu Shima dikenal sebagai pemimpin Kerajaan Kalingga yang tegas dan memerintah pada 674-695 M.

Sejarah Kepemimpinan Ratu Shima di Kerajaan Kalingga (674-695 M)
Candi Bubrah peninggalan Kerajaan Kalingga, Jepara. FOTO/Wikicommon

tirto.id - Ratu Shima (674-695 Masehi) dikenal sebagai sosok pemimpin perempuan yang tegas. Ia memerintah Kerajaan Kalingga untuk menggantikan suaminya, Raja Kartikeyasinga, yang wafat pada 674 Masehi. Berkat ketegasan Ratu Shima selama memimpin, Kerajaan Kalingga dikenal di seluruh dunia kala itu.

Kalingga (disebut juga Keling atau Holing) adalah kerajaan Hindu yang pernah menjadi salah satu pemerintahan terbesar di Jawa, berpusat di pesisir pantai utara Jawa, tepatnya di wilayah yang kini bernama Jepara, Jawa Tengah. Ratu Shima memerintah sejak tahun 674 hingga 695 Masehi.

Gunawan Sumodiningrat dalam Membangun Indonesia Emas (2005:83) menyebutkan, nama Shima kerap diidentikkan dengan istilah simo yang berarti “singa”. Namun, julukan ini tidak membuat sang ratu ditakuti, justru dicintai oleh seluruh rakyatnya.

Ratu Shima merupakan anak dari seorang pemuka agama Hindu-Syiwa. Ia lahir pada 611 M di Sumatera bagian selatan dan baru pindah ke Jepara setelah menikah dengan pangeran dari Kalingga, Kartikeyasinga, yang kemudian menjadi raja dari tahun 648 hingga wafat pada 674 M.

Legenda Ketegasan Ratu Shima

Di masa kepemimpinannya, terdapat cerita legenda tentang ketegasan Ratu Shima. Suatu hari, seorang raja bernama Ta-Shih ingin menguji ketegasan Ratu Shima. Raja yang dikatakan berasal dari Timur Tengah ini pergi ke Kerajaan Kalingga.

Secara diam-diam, ia meletakkan sekantung emas di persimpangan jalan, dekat dengan alun-alun kerajaan. Ia ingin mengetahui apakah ada rakyat Kalingga yang berani mengambil barang yang bukan milik mereka.

Setelah beberapa bulan, ternyata kantung tersebut masih tergeletak di sana. Akan tetapi, terjadi kesalahpahaman ketika Pangeran Narayana yang merupakan putra Ratu Shima tidak sengaja menyentuh kantung tersebut dengan kakinya.

Sebagai seorang ibu, Ratu Shima tidak pandang bulu dalam memberikan hukuman. Ia menjatuhkan hukuman mati kepada Narayana meskipun sebenarnya Ratu Shima sangat menyayanginya.

Seluruh pejabat dan keluarga istana Kerajaan Kalingga memohon keringanan kepada Ratu Shima agar pangeran Narayana diberikan ampunan.

Namun, Ratu Shima masih tetap dengan pendiriannya untuk menegakkan keadilan. Akhirnya, hukuman mati dibatalkan dan kaki Narayana dipotong sebagai hukumannya karena telah menyentuh barang yang bukan miliknya.

Puncak Keemasan Kalingga

Berkat cerita yang legendaris itu, Ratu Shima dianggap sebagai sosok pemimpin yang cenderung tegas serta keras. Ia bukan hanya mencerminkan sifatnya ini pada kasus pencurian melainkan juga di hal-hal lain. Di masa kepemimpinannya, Kerajaan Kalingga mencapai puncak keemasan.

Berdasarkan catatan Ismawati dan kawan-kawan dalam Continuity And Change: Tradisi Pemikiran Islam di Jawa (2006,36), Kalingga mengambil-alih peran Bandar dagang teramai yang awalnya dikuasai oleh Kerajaan Tarumanegara di pesisir utara Jawa bagian barat.

Bukan hanya itu, Kerajaan Kalingga juga telah menjalin kerja sama dengan Kekaisaran Cina sejak abad ke-5 M.

Selain itu, Ratu Shima juga berhasil mengembangkan sektor pertanian serta kerajinan tangan untuk meningkatkan ekonomi Kerajaan Kalingga.

Wafatnya Ratu Shima

Setelah memimpin selama 21 tahun, pada 695 M Ratu Shima meninggal dunia. Wilayah Kerajaan Kalingga kemudian dibagi menjadi dua untuk anak-anaknya.

Dalam buku Pustaka Raja-raja di Bumi Nusantara (1991:63), Atja Wangsakerta mengungkapkan, Pangeran Parwati yang diperistri Rahyang Mandiminyak dari Kerajaan Sunda-Galuh menguasai Kalingga utara. Sedangkan, bagian selatan diserahkan kepada Pangeran Narayana.

Namun, sepeninggal Ratu Shima ternyata keruntuhan Kerajaan Kalingga mulai terlihat hingga akhirnya hancur dengan kemungkinan disebabkan oleh serangan dari Kerajaan Sriwijaya. Menurut Anton Dwi Laksono dalam Kebudayaan dan Kerajaan Hindu Budha di Indonesia (2018), pada 752 M, Kerajaan Kalingga menjadi wilayah taklukan Sriwijaya.

Keturunan Ratu Shima kelak menjadi raja-raja besar di Jawa, termasuk para pemimpin Dinasti Mataram yang turunan kerajaannya masih eksis hingga saat ini di Surakarta dan Yogyakarta. Sedangkan Keling (nama lain dari Kalingga dan pusat kerajaan), sekarang dikenal sebagai salah satu kecamatan di Kabupaten Jepara.

Baca juga artikel terkait SEJARAH KERAJAAN atau tulisan lainnya dari Yuda Prinada

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Yuda Prinada
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Iswara N Raditya