tirto.id - Penyebab runtuhnya kerajaan Kutai perlu dipelajari ketika membahas soal sejarah kerajaan besar di Indonesia ini.
Kerajaan Kutai Kartanegara berbeda dengan Kerajaan Kutai Martapura yang disebut-sebut sebagai kerajaan Hindu tertua di Nusantara dan sudah ada sejak abad ke-4 Masehi. Sejarah Kerajaan Kutai Kartanegara mulai eksis pada abad ke-14 sebelum menjadi kesultanan atau memeluk Islam.
Menurut website Dinas Pariwisata Kutai Kartanegara, pusat kerajaan ini awalnya berlokasi di Jahitan Layar, lalu pindah ke Tepian Batu, Kutai Lama (kini termasuk wilayah Anggana, Kabupaten Kuta Kartanegara atau Kukar di Kalimantan Timur) hingga tahun 1732.
Berdasarkan catatan C.A. Mees dalam De Kroniek van Koetai Tekstuitgave Met Toelichting (1935) yang merunut Kakawin Nagarakretagama, sebutan awal Kutai Kartanegara adalah "Kute" dan pernah menjadi bagian dari wilayah Majapahit.
Kerajaan Kutai Martapura didirikan oleh Maharaja Kudungga pada abad ke-3 atau sekitar tahun 400 Masehi. Berdasarkan bukti atau prasasti sejarah yang ditemukan, Kerajaan bercorak Hindu ini adalah kerajaan tertua di Nusantara atau Indonesia.
Puncak kejayaan Kerajaan Kutai Martapura terjadi pada masa pemerintahan Maharaja Mulawarman pada abad ke-4. Mulawarman adalah raja ke-3 Kutai Martapura, putra Aswawarman sekaligus cucu Kudungga.
Kejayaan kerajaan yang terletak di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur, pada era kepemimpinan Maharaja Mulawarman diceritakan dalam Prasasti Yupa.
Dikisahkan, seperti tertulis dalam buku Dari Swapraja ke Kabupaten Kutai (1979) terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Maharaja Purnawarman pernah mengadakan upacara persembahan berupa emas dan 20.000 ekor lembu untuk kaum brahmana.
Kehidupan ekonomi kerajaan mengalami perkembangan pesat dari sektor pertanian dan perdagangan. Kutai terletak di jalur perdagangan yang strategis. Kaum saudagar dari India dan Cina melewati Selat Makassar menuju Filipina dimungkinkan singgah di Kutai.
Runtuhnya Kerajaan Kutai Martapura
Di tanah Kutai, ada dua kerajaan yang bernama mirip namun berbeda, yakni Kerajaan Kutai Martapura yang menganut ajaran Hindu dan Kesultanan Kutai Kartanegara yang sudah memeluk Islam.
Setelah sekian lama hidup berdampingan, perselisihan antara dua kerajaan di Kalimantan Timur, yaitu Kutai Kartanegara dan Kutai Martadipura mulai muncul pada abad ke-16 Masehi.
Kala itu, Kerajaan Kutai Martapura dipimpin oleh Raja Dharma Setia, sedangkan Kesultanan Kutai Kartanegara berada pada era pemerintahan Aji Pangeran Sinum Panji Mendapa.
Muhammad Sarip melalui buku Dari Jaitan Layar sampai Tepian Pandan: Sejarah Tujuh Abad Kerajaan Kutai Kertanegara (2018) menerangkan bahwa Kesultanan Kutai Kartanegara memenangkan perang dan menguasai wilayah Kerajaan Kutai Martapura sejak tahun 1635.
Kemenangan tersebut menandai sejarah baru yakni dengan munculnya Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martapura yang memeluk Islam. Dengan kata lain, wilayah kekuasaan Kerajaan Kutai Martapura dikuasai oleh Kesultanan Kutai Kartanegara.
Daftar Raja Kerajaan Kutai Martapura
Berikut ini daftar penguasa Kerajaan Kutai Martapura dikutip dari hasil penelitian bertajuk "Kerajaan Kutai Kartanegara ing Martadipura dan Peran Raja dalam Pengembangan agama Islam di Kerajaan Kutai Abad ke-17 dan 18" oleh Muhammad Fahmi (2016):
- Maharaja Kudungga Anumerta Dewawarman
- Maharaja Aswawarman
- Maharaja Mulawarman
- Maharaja MarawijayaWarman
- Maharaja GajayanaWarman
- Maharaja TunggaWarman
- Maharaja TunggaWarman
- Maharaja JayanagaWarman
- Maharaja NalasingaWarman
- Maharaja Gadingga Warman Dewa
- Maharaja Indra Warman Dewa
- Maharaja Sangga Warman Dewa
- Maharaja Candrawarman
- Maharaja Sri Langka Dewa
- Maharaja Guna Parana Dewa
- Maharaja Wijaya Warman
- Maharaja Sri Aji Dewa
- Maharaja Mulia Putera
- Maharaja Nala Pandita
- Maharaja Indra Paruta Dewa
- Maharaja Dharma Setia
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Iswara N Raditya
Penyelaras: Yulaika Ramadhani