Menuju konten utama
Sejarah Indonesia

Sumber Sejarah Kerajaan Kalingga: Letak, Pendiri, & Masa Kejayaan

Kerajaan Kalingga pernah hadir dalam sejarah kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara pada abad ke-6 Masehi.

Sumber Sejarah Kerajaan Kalingga: Letak, Pendiri, & Masa Kejayaan
Candi Arjuna di kawasan Dieng, Jawa Tengah, yang pernah menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Kalingga. foto/Istockphoto

tirto.id - Kerajaan Kalingga pernah hadir dalam sejarah kerajaan bercorak Hindu-Buddha di Nusantara pada abad ke-6 Masehi. Kerajaan ini mencapai masa kejayaan ketika dipimpin oleh seorang raja perempuan bernama Ratu Shima (674-695 M).

Wilayah kekuasaan Kerajaan Kalingga mencakup sepanjang pesisir pantai utara di Jawa Tengah hingga wilayah pedalaman di bagian selatan. Adapun pusat pemerintahannya diperkirakan pernah berada di Pekalongan, Jepara, atau di pegunungan Dieng.

Kerajaan Kalingga, yang juga disebut dengan nama Holing, Keling, atau Heling, meninggalkan beberapa peninggalan berupa prasasti dan candi-candi yang masih dapat ditemukan hingga kini. Kerajaan ini juga merupakan pendahulu dari kerajaan-kerajaan besar yang nantinya berkuasa di tanah Jawa.

Pendiri dan Raja-raja Kalingga

Berdasarkan catatan dalam Prasasti Sojomerto, terungkap bahwa pendiri Kerajaan Kalingga adalah Dapunta Syailendra. Para keturunan Syailendra ini nantinya menjadi cikal bakal lahirnya Kerajaan Mataram Kuno yang mulai berdiri sekitar abad ke-8 Masehi.

Raja pertama Kalingga bernama Prabhu Wasumurti yang memimpin dari tahun 594-605 M. Ia digantikan oleh Prabhu Wasugeni (605-632 M). Raja kedua ini adalah ayah dari Ratu Shima atau Dewi Wasuwari yang nantinya membawa Kerajaan Kalingga ke puncak kejayaan.

Sebelum Ratu Shima menjadi pemimpin Kalingga sejak tahun 674 M, tercatat ada beberapa raja lainnya, antara lain Prabhu Wasudewa, Prabhu Wasukawi, hingga Prabhu Kirathasingha.

Dikutip dari buku bertajuk Catatan-catatan Tercecer Mengenai Kerajaan Kalingga dan Raja-raja Pra Islam di Jawa Barat (1993:16), pada 674 M Ratu Shima resmi naik takhta di singgasana Kerajaan Kalingga.

Ratu Shima menggantikan suaminya, Prabhu Kirathasingha, yang meninggal dunia. Di bawah kepemimpinan raja wanita ini, Kerajaan Kalingga mencapai puncak masa keemasan.

Letak dan Sumber Sejarah Kalingga

Menurut Amurwani Dwi dan kawan-kawan dalam buku Sejarah Indonesia (2014), nama Kalingga diduga terinspirasi dari Kalinga, sebuah kerajaan yang terletak di India bagian selatan.

Sumber sejarah mengenai keberadaan Kerajaan Kalingga di Jawa Tengah diketahui dari berita-berita Cina. Salah satunya adalah catatan dari zaman Dinasti Tang (618-906 M) yang memberikan keterangan mengenai letak Kalingga.

Disebutkan, Kalingga terletak di sebelah barat Po-li (Bali), di sebelah timur To-po-Teng (diidentifikasi sebagai Sumatera), di bagian utaranya terdapat Chen-la (Kamboja), dan dibatasi oleh lautan.

Selain itu, ada pula catatan dari seorang pengelana asal Cina bernama I-Tsing. Pada abad ke-7, tulisnya, Kalingga pernah menjadi pusat pengajaran agama Buddha Hinayana dengan pendetanya yang bernama Hwining.

Terkait lokasi kota Pekalongan sebagai salah satu bagian dari wilayah Kerajaan Kalingga termuat dari catatan Cheng-Ho, seorang panglima asal Dinasti Ming.

Armada yang dipimpin Cheng-Ho pernah singgah di suatu wilayah bernama Poe-Chua-lung atau yang kemudian diidentifikasi sebagai Pekalongan, salah satu kota di pesisir utara Jawa Tengah.

Kejayaan dan Keruntuhan Kalingga

Masa kejayaan Kerajaan Kalingga terjadi pada era kepemimpinan Ratu Shima yang mulai bertakhta pada 674 M. Kala itu, Kerajaan Kalingga mencapai kemajuan di berbagai bidang, termasuk ekonomi, militer, agama, perdagangan, pertanian, dan lainnya.

Bahkan, Kerajaan Kalingga kala itu sudah sudah menjalin relasi perdagangan dengan Cina. Kemajuan Kalingga di sektor perniagaan ditopang dengan keberadaan pelabuhan terbesarnya yang berada di Pekalongan.

Menurut Ismawati dan kawan-kawan dalam Continuity And Change: Tradisi Pemikiran Islam di Jawa (2006:36), pelabuhan Pekalongan sangat penting bagi Kerajaan Kalingga untuk menggeser hegemoni Kerajaan Tarumanegara yang kala itu sedang di ambang keruntuhan.

Sang pemimpin, Ratu Shima, dikenal sebagai sosok pemimpin yang tegas dan tidak pandang bulu.

Dalam suatu cerita dikisahkan, sang ratu bahkan pernah menghukum putranya sendiri, yakni Pangeran Narayana, karena dianggap telah melakukan pelanggaran berat.

Ratu Shima memerintah Kerajaan Kalingga selama 21 tahun. Semasa periode itu, Kalingga menjadi satu-satunya kerajaan besar di Jawa bagian tengah, sekaligus penguasa pesisir pantai utara.

Kendati tegas, namun Ratu Shima juga dikenal sebagai sosok yang menghormati perbedaan. Kerajaan Kalingga mengayomi pemeluk agama lain, termasuk Buddha, dan orang-orang Islam dari Timur Tengah yang datang untuk berdagang.

Sepeninggal Ratu Shima yang wafat pada 695 Masehi, Kerajaan Kalingga mulai melemah dan akhirnya runtuh pada 752 M.

Berdasarkan catatan Anton Dwi Laksono dalam Kebudayaan dan Kerajaan Hindu Budha di Indonesia (2018), salah satu penyebab keruntuhan Kalingga adalah serangan dari Kerajaan Sriwijaya.

Penerus Kalingga adalah Kerajaan Medang (Bhumi Mataram) yang berpusat di wilayah yang saat ini dikenal dengan nama Yogyakarta.

Pada abad ke-10 M, kerajaan yang kerap disebut sebagai Kerajaan Mataram Kuno ini dipindahkan ke Jawa bagian timur dan menjadi cikal-bakal dari rangkaian kerajaan besar yang nantinya berkuasa di tanah Jawa.

Baca juga artikel terkait KERAJAAN KALINGGA atau tulisan lainnya dari Yuda Prinada

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Yuda Prinada
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Iswara N Raditya