Menuju konten utama
Sejarah Indonesia

Sejarah Runtuhnya Kesultanan Malaka, Peninggalan, & Silsilah Raja

Sejarah mencatat, Kesultanan Malaka (1396-1400 Masehi) merupakan kerajaan bercorak Islam di Semenanjung Malaya.

Sejarah Runtuhnya Kesultanan Malaka, Peninggalan, & Silsilah Raja
Perairan Selat Malaka. ANTARA FOTO/Rahmad

tirto.id - Sejarah mencatat, Kesultanan Malaka (1396-1400 Masehi) merupakan kerajaan bercorak Islam yang terletak di Semenanjung Malaya dengan ibu kotanya di Melaka (kini wilayah Malaysia).

Raja pertama Kerajaan Malaka adalah Sultan Iskandar Syah alias Parameswara. Parameswara merupakan pangeran Kerajaan Sriwijaya yang melarikan diri ke pesisir Selat Malaka akibat serangan Majapahit. Ia kemudian mendirikan Kerajaan Malaka dan masuk Islam.

Pusat pemerintahan dan wilayah kekuasaan Kesultanan Malaka meliputi Semenanjung Malaya dan sebagian Sumatera, termasuk Riau dan Kepulauan Riau. Kesultanan Malaka mencapai puncak kejayaan pada era Sultan Mansyur Syah (1458-1477 M).

Kala itu, Kesultanan Malaka menjadi pusat perdagangan dan penyebaran agama Islam di Asia Tenggara dan sempat mengalami periode yang sama dengan Kesultanan Samudera Pasai di Aceh, kerajaan Islam pertama di Nusantara.

Dikutip dari Yuanzhi Kong dalam Muslim Tionghoa Cheng Ho: Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara (2000), adat-istiadat Malaka dengan Pasai mempunyai kemiripan. Kawasan milik dua kerajaan tersebut juga menjadi tempat permukiman komunitas muslim di Selat Malaka.

Kemunduran Kesultanan Malaka terjadi pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Syah (1488-1511 M). Pada 1511 M, armada Portugis yang dipimpin Alfonso de Albuquerque menyerang Malaka. Sultan Mahmud Syah kemudian melarikan diri ke Bintan, Kepulauan Riau.

Kesultanan Malaka dan kerajaan lanjutannya mewariskan peninggalan berupa bangunan juga karya sastra seperti masjid, benteng, Kitab Bustanussalatin, kisah Hang Tuah, Hikayat Raja-raja Malaka, Syair Abdul Muluk, Syair Perahu, Syair Si Burung Pingai. dan lainnya.

Runtuhnya Kesultanan Malaka

Kesultanan Malaka mencapai puncak kejayaan pada masa Sultan Mansyur Syah (1458-1477 M). Pada masa pemerintahannya, Malaka berhasil menjadi pusat perdagangan dan penyebaran agama Islam di Asia Tenggara.

Sultan Mansyur Syah memperluas wilayah kekuasaan Kesultanan Malaka, baik di Semenanjung Malaka maupun di sejumlah wilayah Sumatera.

Dikutip dari buku Sejarah Indonesia oleh Mariana (2020:9), Sultan Mansyur Syah membawa Kesultanan Malaka menguasai Kedah, Pahang, Kampar, Siak, Indragiri, dan Jambi.

Kesultanan Malaka menjadi pusat perdagangan dan penyebaran agama Islam di Asia Tenggara. Sedangkan, kekuasaannya meliputi Semenanjung Malaka dan Sumatera Tengah.

Selain merajut kekerabatan dengan Kesultanan Samudera Pasai, Kesultanan Malaka juga sempat berhubungan dengan Kerajaan Majapahit, kemaharajaan bercorak Hindu-Buddha di Jawa dan terbesar di Nusantara.

Pada masa pemerintahan Sultan Alaudin Syah (1477-1488 M), tanda-tanda kemunduran Kesultanan Malaka mulai terlihat. Banyak terjadi pemberontakan dari negeri-negeri bawahan.

Keruntuhan Kesultanan Malaka terjadi pada era Sultan Mahmud Syah (1488-1511 M). Bangsa Portugal di bawah pimpinan Alfonso de Albuquerque menyerang Malaka pada 10 Agustus 1511. Tanggal 24 Agustus 1511, Malaka jatuh ke tangan Portugis.

Sultan Mahmud Syah kemudian melarikan diri ke Bintan. Tanggal 23 Oktober 1526, Bintan dihancurkan Portugis dan Sultan Mahmud melarikan diri ke Kampar. Dua tahun kemudian Sultan Mahmud wafat.

Silsilah Raja-Sultan Malaka

  • 1396-1414 Masehi : Sultan Iskandar Syah atau Parameswara
  • 1414-1424 Masehi : Sultan Muhammad Iskandar Syah
  • 1424-1458 Masehi : Sultan Mudzafat Syah
  • 1458-1477 Masehi : Sultan Mansyur Syah
  • 1477-1488 Masehi : Sultan Alaudin Syah
  • 1488-1511 Masehi : Sultan Mahmud Syah

Baca juga artikel terkait KESULTANAN MALAKA atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Iswara N Raditya