tirto.id - Kerajaan Kalingga (594-695 Masehi) dikenal juga dengan nama Holing, Keling, atau Heling. Kalingga adalah kerajaan bercorak Hindu yang tercatat pernah gemilang dalam sejarah peradaban di tanah Jawa.
Pusat pemerintahan dan wilayah kekuasaan Kerajaan Kalingga mencakup pesisir pantai utara Jawa, dari Pekalongan hingga Jepara. Kerajaan Kalingga mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Ratu Shima (674-695 M).
Kemunduran Kerajaan Kalingga terjadi setelah wafatnya Ratu Shima pada 695 M, yang kemudian mendapat serangan dari Kerajaan Sriwijaya. Akibatnya, wilayah kekuasaan Kalingga terpecah dan dibagi dua yang sekaligus memungkasi riwayat kerajaan ini.
Masih ada beberapa prasasti atau peninggalan Kerajaan Kalingga yang dapat ditemukan, seperti Prasasti Tuk Mas, Prasasti Sojomerto, Candi Angin, dan lain sebagainya.
Runtuhnya Kerajaan Kalingga
Ratu Shima adalah raja yang membawa Kalingga ke masa keemasan sekaligus menutup riwayat kerajaan ini. Ratu Shima memimpin selama 21 tahun, sebelum meninggal pada 695 M. Wilayah Kerajaan Kalingga kemudian dibagi dua untuk anak-anaknya.
Dikutip dari Pustaka Raja-raja di Bumi Nusantara (1991:63) yang disusun Atja Wangsakerta, dua anak Ratu Shima bernama Dewi Parwati dan Pangeran Narayana atau Iswarakesawalingga.
Dewi Parwati yang dipersunting Rahyang Mandiminyak dari Kerajaan Sunda-Galuh menguasai Kalingga utara. Sedangkan bagian selatan diserahkan kepada Pangeran Narayana.
Bersama suaminya, Dewi Parwati memimpin Kerajaan Keling (Bhumi Sambhara) di yang berlokasi sekitar daerah Magelang (Bharabudhur/Borobudur).
Sedangkan Pangeran Naraya memimpin Kerajaan Medang (Bhumi Mataram) diperkirakan sekitar daerah Yogyakarta, atau sekitar Prambanan.
Dikutip dari Buku Sejarah Kelas X terbitan Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan (2014:91), Kerajaan Kalingga mengalami kemunduran kemungkinan akibat serangan Sriwijaya.
Serangan tersebut mengakibatkan pemerintahan Kijen menyingkir ke Jawa bagian timur atau mundur ke pedalaman Jawa bagian tengah antara tahun 742 M.
Peninggalan Kerajaan Kalingga
1. Prasasti Tuk Mas
Secara harfiah “Tuk Mas” berarti “mata air emas”. Tuk Mas adalah prasasti yang dipahat pada batu alam besar yang berdiri di dekat sungai mata air. Prasasti ini terletak di Dusun Dakawu, Desa Lebak, Kecamatan Grabag, Magelang, Jawa Tengah.
Dalam buku Peradaban Jawa: Dari Mataram Kuno sampai Majapahit Akhir (2011:412) disebutkan, Prasasti Tuk Mas dipahat dengan aksara Pallawa dalam Bahasa Sansekerta.
2. Prasasti Sojomerto
Prasasti Sojomerto adalah peninggalan Wangsa Sailendra yang berada di Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Batang, Jawa Tengah. Prasasti ini menggunakan bahasa Melayu Kuno dan ditaksir berasal dari akhir abad ke-7 atau awal abad ke-8 masehi.
3. Candi Angin
Candi Angin adalah sebuah reruntuhan di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
4. Candi Bubrah
Candi Bubrah merupakan gapura untuk menuju Candi Angin. Candi ini terletak 500 meter dari Candi Angin. Terletak di Desa Tempur, Kecamatan Tempur, Kabupaten Jepara.
5. Situs Puncak Songolikur Gunung Muria
Situs Puncak Songolikur terletak di Puncak Rahwatu (Gunung Muria) dekat dengan Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
Terdapat empat arca batu, yaitu Batara Guru, Narada, Togok, dan Dewa Wisnu. Situs ini ditemukan pada 1990 oleh Prof Gunadi bersama empat stafnya dari Balai Arkeolog Yogyakarta.
Selain empat arca, terdapat enam arca pemujaan menyebar dari bawah hingga menjelang puncak yang diberi nama Bambang Sakri, Abiyoso, Jonggring, Sekutem, Pandu Dewonoto, dan Kamunoyoso.
Daftar Pemimpin Kerajaan Kalingga
Masa Kerajaan Kalingga
- 594-605 M : PrabhuWasumurti
- 605-632 M : PrabhuWasugeni
- 632-652 M : PrabhuWasudewa
- 652 M : PrabhuWasukawi
- 632-648 M : PrabhuKirathasingha
- 648-674 M : PrabhuKartikeyasingha
- 674-695 M : Ratu Shima
- Prabhu Iswarakesawalingga (695-742 M)
- Prabhu Iswaralingga (742-760 M)
- Prabhu Gajayanalingga (760-789 M)
- Dewi Satyadarmika menikah dengan Rakai Panangkaran
- Rani Dewi Parwati Tunggalpratiwi (695-709 M)
- Dewi Sannaha (709-716 M)
- Rakai Sanjaya (732-754 M)
- Rakai Panangkaran (754-782) menikah dengan Dewi Satyadarmika
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Iswara N Raditya