tirto.id - Apa itu batuan? Dalam Ilmu Geologi, pengertian batuan adalah semua bahan penyusun kerak bumi dan merupakan kumpulan dari mineral-mineral yang telah mengkristal.
Mengutip penjelasan dalam bahan ajar yang diterbitkan Kemdikbud, bagian lapisan bumi yang tidak termasuk bagian dari batuan ialah tanah.
Bahan lepas lain yang terbentuk dari hasil pelapukan kimia maupun pelapukan mekanis, serta proses erosi batuan, juga tidak termasuk kategori batuan.
Berdasarkan asal-usulnya, batuan terpilah dalam 3 jenis, yakni batuan beku; batuan sedimen; dan batuan metamorf.
Batuan beku merupakan kumpulan mineral silikat hasil dari pendinginan magma. Adapun batuan sedimen adalah hasil rombakan dari bantuan beku, batuan metamorf, atau batuan sedimen yang telah ada sebelumnya.
Sementara batuan metamorf terbentuk dari batuan induk yang mengalami perubahan tekstur dan komposisi mineral di fase padat, usai ada perubahan fisika (tekanan, temperatur, atau keduanya).
Ketiga jenis batuan itu dapat mengalami siklus batuan (jentera batuan) sehingga berubah bentuk atau tipe. Lantas, bagaimana siklus batuan terjadi?
Proses Siklus Batuan
Secara umum, siklus batuan berawal dari magma, yakni batuan cair yang terbentuk jauh di bawah permukaan bumi. Seiring berjalannya waktu, magma mendingin dan membeku. Ini disebut sebagai proses kristalisasi.
Proses kristalisasi magma dapat terjadi pada dua jenis situasi: di bawah permukaan bumi, atau di atas permukaan bumi setelah letusan gunung berapi.
Dari dua situasi tersebut, proses kristalisasi bisa menghasilkan batuan beku, demikian penjelasan buku Modul Geologi Dasar (2019), terbitan BPSDM, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Di proses berikutnya, batuan beku yang terpapar di permukaan bumi akan mengalami pelapukan. Dalam proses pelapukan, batuan beku secara perlahan hancur dan terurai karena pengaruh sehari-hari dan cuaca dari atmosfer, hidrosfer, dan biosfer.
Material hasil pelapukan batuan beku yang berada di permukaan lereng sering kali bergerak sebab pengaruh gaya gravitasi, sebelum "diangkut" oleh "agen" erosi, seperti air mengalir, gletser, angin, atau gelombang. Kemudian, partikel-partikel hasil pelapukan batuan beku serta zat terlarut yang disebut sedimen, akan mengendap.
Meski sebagian besar endapan itu umumnya bergerak dengan tujuan akhir lautan, ada juga bagian yang mengendap di dataran sekitar aliran sungai, cekungan gurun, rawa, bukit pasir, dan lain sebagainya.
Sedimen yang menumpuk di berbagai lokasi pengendapan itu lantas mengalami proses lithifikasi, yakni konversi menjadi batuan. Endapan biasanya berubah menjadi batuan sedimen jika dipadatkan oleh beban berat lapisan atasnya atau ketika direkatkan air tanah yang meresap mengisi pori-pori dengan bahan mineral.
Pada tahap siklus berikutnya, jika batuan sedimen terkubur jauh di bawah permukaan Bumi, serta terlibat dalam proses pembentukan pegunungan, atau diterobos oleh massa magma, sehingga terkena tekanan atau panas yang tinggi, akan terjadi perubahan lagi. Batuan sedimen akan bereaksi pada lingkungan baru dan berubah menjadi jenis ketiga, yakni batuan metamorf.
Nah, jika batuan metamorf terpapar tekanan atau suhu panas yang lebih tinggi lagi, bebatuan itu akan meleleh, dan kembali menjadi magma. Berikutnya, siklus akan kembali terjadi dari awal jika magma mengkristal menjadi batuan beku.
Proses di atas menunjukkan bahwa siklus batuan digerakkan oleh energi panas bumi pada tahapan awal dan akhir. Adapun dalam tahap pelapukan yang membentuk batuan sedimen, energi matahari berperan sebagai penggerak.
Perlu dicatat, apabila tidak terpapar ke atas permukaan, batuan beku bisa tetap terkubur di dalam bumi sehingga dapat terkena tekanan dan suhu tinggi dalam proses pembentukan gunung. Jika hal ini terjadi, siklus akan melompat, karena batuan beku langsung berubah jadi batuan metamorf.
Pun demikian, batuan metamorf dan sedimen tidak selalu terkubur dan akhirnya kembali menjadi magma. Jika hal itu terjadi, lapisan atas dua jenis batuan itu kemungkinan akan terkikis oleh erosi. Material yang terlepas dari batuan metamorf dan sedimen itu akan menjadi bahan baku baru untuk pembentukan batuan sedimen.
Jenis-jenis Batuan
Penjelasan menunjukkan bahwa, sekalipun batuan merupakan material yang keras, ia masih bisa berubah bentuk maupun jenis karena ada proses siklus. Meskipun memerlukan waktu lama, siklus batuan membikin batu bisa berubah menjadi beragam jenis.
Secara umum, siklus batuan menyebabkan bentuk batu tidak permanen dan memunculkan 3 jenis batuan. Ketiganya adalah batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf. Namun, dari ketiga tipe itu, batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf dibedakan lagi jadi beberapa jenis.
Berikut jenis-jenis batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf, serta contoh-contohnya
1. Jenis-jenis Batuan beku
Batuan beku terbentuk dari magma atau lava yang membeku. Magma merupakan batuan cair dan sangat panas yang berada di dalam kerak bumi/perut bumi. Sementara lava adalah magma yang mencapai permukaan bumi. Berdasarkan tempat pendinginannya atau pembekuannya, terdiri atas 4 kategori sebagai berikut.
a. Batuan beku dalam/plutonik/intusif/tubir
Batuan beku dalam adalah batuan yang terbentuk dari magma. Adapun magma yang membeku jauh di dalam bumi hanya terdiri dari kristal saja. Proses pendinginan batuan beku dalam sangat lambat, sehingga terjadi pengkristalan yang sempurna. Kristal batuan beku dalam bentuknya besar dan kasar. Contoh bantuan beku dalam: batu granit, batu gabbro, batu diorit, dan batu syenit.
b. Batuan beku gang/korok/celah
Batuan beku gang merupakan batuan beku yang terbentuk dari magma gang. Letak pembekuan batuan beku korok ini lebih dekat dengan permukaan bumi dibandingkan batuan beku dalam. Hal ini menyebabkan proses pendinginan magma terjadi lebih cepat. Proses ini membuat pengkristalan menjadi tidak terlalu sempurna. Maka, batuan beku gang ada yang terdiri atas kristal besar, kristal kecil, atau tidak mengkristal. Contoh: batu batu profir granit, batu profir gabbro, batu profir syenit, dan batu granit fosfir.
c. Batuan beku luar/leleran/ekstrusi/vulkanis
Batuan beku luar berasal dari lava. Di permukaan bumi, proses pendinginan lava akan berlangsung sangat cepat. Maka, kemungkinanya sangat kecil terjadi proses kristalisasi. Contoh: batu rhyolit, batu andesit, batu trachit, batu basalt, batu obsidian, dan batu apung (purnice).
d. Batuan beku berdasarkan kandungan SiO2. Batuan beku ini dibagi menjadi 4, yaitu:
- Batuan beku ultra basa (memiliki kandungan SiO2 kurang dari 45%). Contoh: batu basalt.
- Batuan beku basa (memiliki kandungan SiO2 45%-52%). Contoh: batu andesit.
- Batuan beku intermediate (memiliki kandungan SiO2 52%-66%. Contoh: batu dasit.
- Batuan beku asam (memiliki kandungan SiO2 lebih dari 66%)
2. Contoh Batuan Beku
Ada banyak jenis contoh batuan beku yang mudah ditemui di lingkungan sekitar. Berikut sejumlah contoh batuan beku beserta ciri-ciri, proses pembentukan, hingga kegunaan.
a. Batuan apung
Menurut situs resmi Museum Gunung Merapi, ciri-ciri batuan apung yaitu warnanya keabu-abuan, berpori-pori, bergelembung, ringan, dan terapung dalam air. Cara terbentuknya dari pendinginan magma yang bergelembung-gelembung gas. Kemudian kegunaannya, adalah untuk mengamplas atau menghaluskan kayu, dan di bidang industri digunakan sebagai bahan pengisi (filler) isolator temperatur tinggi dan lain-lain.
b. Batu obsidian
Ciri-cirinya berwarna, hitam, dan hijau. Bentuknya seperti kaca, dan tidak ada kristal-kristal. Cara terbentuknya dari lava permukaan yang mendingin dengan cepat. Kegunaannya dapat sebagai alat pemotong atau ujung tombak, dan bisa dijadikan kerajinan.
c. Batu granit
Ciri-ciri batu granit yaitu terdiri atas kristal-kristal kasar, warna putih sampai abu-abu, kadang-kadang jingga. Batuan ini banyak di temukan di daerah pinggiran pantai, sungai besar, dan dasar sungai. Cara terbentuknya dari pendinginan magma yang terjadi lambat di bawah permukaan bumi. Kemudian, kegunaannya adalah sebagai bahan bangunan.
d. Batu basalt
Ciri-ciri batu basalt yaitu terdiri atas kristal-kristal yang sangat kecil, dan berwarna hijau keabu-abuandan berlubang-lubang. Cara terbentuknya yaitu dari pendinginan lava yang mengandung gas tetapi gasnya telah menguap. Kegunaannya adalah sebagai bahan baku dalam industri poles, bahan bangunan atau pondasi bangunan.
e. Batu diorit
Ciri batu diorit berwarna kelabu bercampur putih, atau hitam bercampur putih. Cara terbentuknya yaitu dari hasil peleburan lantai samudra yang bersifat mafic pada suatu subduction zone, biasanya diproduksi pada busur lingkaran volkanis, dan membentuk suatu gunung didalam cordilleran. Batu diorit bisa digunakan sebagai ornamen dinding atau lantai, dan bahan bangunan.
f. Batu andesit
Cirinya adalah batuan bertekstur halus, berwarna abu-abu hijau, atau jingga. Cara terbentuknya adalah dari lelehan lava gunung api yang meletus, saat temperatur lava yang meleleh turun antara 900 sampai dengan 1,100 derajat Celsius. Kegunaannya adalah nisan kuburan, cobek, arca untuk hiasan, dan batu pembuat candi.
g. Batu Gabro
Cirinya adalah warnanya hitam, hijau, dan abu-abu gelap. Struktur batuan ini masif, tidak terdapat rongga atau lubang udara maupun retakan-retakan. Batuan ini memiliki tekstur fanerik karena mineral-mineralnya dapat dilihat langsung secara kasat mata. Cara terbentuknya dari magma yang membeku di dalam gunung. Kegunaannya adalah untuk pelapis dinding.
h. Batu liparit
Cirinya bertekstur porfiris, dan umumnya berwarna putih. Mineral pembentuknya adalah feldspar, kuarsa, biotit.
3. Jenis-jenis Batuan Sedimen
Batuan sedimen, adalah batuan yang terbentuk karena pengendapan atau hasil dari pelapukan dan pengikisan batuan yang dihanyutkan oleh air atau terbawa oleh tiupan angin. Kemudian, endapan tersebut menjadi keras karena mendapat tekanan atau ada zat-zat yang merekat di beberapa bagian endapan. Jenis-jenis batuan Sedimen adalah sebagai berikut.
a. Berdasarkan tenaga/medium pengendapannya, batuan sedimen dibedakan menjadi:
- Batuan sedimen aeris atau aeolis (berasal dari pengendapan angin). Contoh: tanah loss.
- Batuan sedimen glasial (berasal dari pengendapan es/gletser). Contoh: moraine.
- Batuan sedimen aquatic (berasal dari pengendapan air). Contoh: breksi, batu pasir.
- Batuan sedimen marine (berasal dari pengendapan air laut).
b. Berdasarkan tempat pengendapannya, batuan sedimen dibedakan menjadi sebagai berikut:
- Batuan sedimen teristis (diendapkan di darat).
- Batuan sedimen limnis atau lakustre (diendapkan di danau). Contoh: tanah liat danau.
- Batuan sedimen marine atau continental (diendapkan di laut). Contoh: tanah merah.
- Batuan sedimen fluvial (diendapkan di sungai).
- Batuan sedimen glacial (diendapakan di tempat yang terdapat es atau salju).
c. Berdasarkan cara pengendapannya, batuan sedimen di bedakan menjadi sebagai berikut :
- Batuan sedimen klastis: terbentuk dari pelapukan batuan lain yang molekulnya mengendap, bergabung dan mengeras menjadi satu. Contoh: breksi, batuan pasir.
- Batuan sedimen kimia atau khemis: terbentuk dari proses pelapukan kimiawi yang kemudian mengalami pemisahan molekul zat.
- Batuan sedimen organis: terbentuk karena kumpulan jasad renik yang menjadi batuan.
4. Contoh Batuan Sedimen
Berikut beberapa contoh batuan sedimen, ciri-cirinya, proses pembentukannya serta kegunaannya selama ini.
a. Batu konglomerat
Cirinya adalah material kerikil-kerikil bulat, batu-batu, dan pasir yang merekat satu sama lainnya. Cara terbentuknya yaitu dari bahan-bahan yang lepas karena gaya beratnya menjadi terpadatkan dan terikat. Kegunaannya sebagai bahan bangunan.
b. Batu pasir
Cirinya yaitu tersusun dari butiran-butiran pasir, warna abu-abu, kuning, merah. Cara terbentuknya yaitu dari bahan-bahan yang lepas karena gaya beratnya menjadi terpadatkan dan terikat. Adapun kegunaannya selama ini sebagai bahan pembuatan gelas atau kaca, dan bahan bangunan.
c. Batu serpih
Cirinya yaitu lunak, baunya seperti tanah liat, butir-butir batuan halus. Kemudian warnanya hijau, hitam, kuning, merah, atau abu-abu. Cara terbentuknya yaitu dari bahan-bahan yang lepas, lalu halus karena gaya beratnya menjadi terpadatkan dan terikat. Kegunaannya yaitu sebagai bahan bangunan.
d. Batu gamping
Cirinya sedikit lunak. Warnanya putih keabu-abuan, serta membentuk gas karbon dioksida ketika ditetesi asam. Cara terbentuknya yaitu dari cangkang binatang lunak seperti siput, kerang, dan binatang laut yang telah mati. Rangkanya yang terbuat dari kapur tidak musnah, tetapi memadat dan membentuk batu kapur. Kegunaannya yaitu sebagai bahan baku semen.
e. Batu breksi
Cirinya adalah gabungan dari pecahan-pecahan letusan gunung berapi. Cara terbentuknya yaitu dari bahan-bahan yang terlempar tinggi ke udara dan mengendap di suatu tempat. Kegunaannya yaitu sebagai kerajinan, dan bahan bangunan.
f. Stalaktit dan Stalagmit
Cirinya berwarna kuning, coklat, krem, keemasan, dan putih. Cara terbentuknya yaitu dari air yang larut di daerah karst akan masuk ke lobang-lobang. Kemudian turun ke gua dan menetes-netes dari atap gua ke dasar gua. Tetesan-tetesan air yang mengandung kapur lama-kelamaan kapurnya membeku dan menumpuk sedikit demi sedikit. Lalu, berubah jadi batuan kapur yang bentuknya runcing-runcing.
7. Batu lempung
Cirinya berwarna coklat, merah, dan abu-abu. Terbentuk dari proses pelapukan batuan beku dan sering kali ditemukan di sekitar batuan induknya.
5. Jenis-jenis Batuan Metamorf
Batuan Metamorf atau Batuan Malihan merupakan batuan yang berasal dari batuan sedimen, dan batuan beku yang mengalami perubahan karena panas dan tekanan. Berikut ini jenis-jenis batuan metamorf. Berdasarkan faktor pembentuknya, batuan metamorf dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu sebagai berikut.
a. Batuan Metamorf Kontak
Proses pembentukan batuan metamorf kontak terjadi secara berurutan yang disebabkan oleh suhu yang tinggi akibat berdekatan dengan magma sehingga memanasi batuan di sekitarnya. Maka itu, proses pembentukan batuan metamorf kontak ini terjadi di daerah yang tidak begitu luas. Contoh batuan metamorf kontak: batu marmer di Tulung Agung, dan batu bara di Bukit Barisan.
b. Batuan Metamorf Dinamo (metamorforfosis regional)
Batuan metamorf dinamo merupakan batuan yang terbentuk karena faktor tekanan dalam waktu yang lama. Contoh batuan ini adalah batu sabak.
c. Batuan Metamorf Kontak Pneumatalitis
Dalam perubahan batuan kontak dan batuan metamorf dinamo sering kali ada penambahan bahan lain juga. Bahan tersebut dapat berupa gas, cair, maupun benda padat. Penambahan baha-bahan itu akan mempengaruhi proses dan hasil perubahan batuan. Contoh dari Batuan Metamorf Kontak Pneumatalitis adalah kwarsa yang mengandung fluorium akan menjadi topaz, atau batu permata berwarna kuning.
6. Contoh Batuan Metamorf
Berikut ini daftar sejumlah contoh batuan metamorf, ciri-ciri dan proses pembentukannya.
a. Batuan Pualam atau Batu Marmer
Ciri batuan ini yaitu dari campuran warna berbeda-beda, mempunyai pita-pita warna, dan kristal-kristalnya sedang sampai kasar. Batu pualam/marmer terbentuk dari batu kapur yang mengalami perubahan suhu dan tekanan.
b. Batuan sabak
Ciri batuan ini yaitu berwarna abu-abu kehijau-hijauan dan hitam. Terbentuk dari batu serpih yang terpapar suhu dan tekanan tinggi.
c. Batuan gneiss
Cirinya berwarna putih kebau-abuan, dan terdapat goresan-goresan yang tersusun dari minera-mineral.
d. Batuan sekis
Ciri bantuan sekis yaitu berwarna hitam, hijau dan ungu. Cara terbentuknya yaitu pada derajat metamorfosa tingkat menengah.
e. Batuan kuarsit
Ciri batuan kuarsit yaitu berwarna Abu-abu, kekuningan, cokelat, dan merah.
f. Batuan milonit
Ciri batuan milonit yaitu butir-butirnya lebih halus, dan dapat dibelah. Warnanya adalah abu-abu, kehitaman, coklat, dan biru.
Penulis: Ega Krisnawati
Editor: Addi M Idhom