Menuju konten utama

10 Contoh Cerita Fabel yang Singkat dan Penuh Pesan Moral

Simak cerita fabel singkat seperti Si Kancil, Kelinci dan Kura-Kura, hingga Kucing dan Tikus Istana yang penuh pesan moral dan cocok untuk anak-anak.

10 Contoh Cerita Fabel yang Singkat dan Penuh Pesan Moral
Ilustrasi Dongeng. foto/istockphoto

tirto.id - Cerita fabel merupakan jenis cerita fiksi yang tokoh-tokohnya berupa hewan, tumbuhan, atau makhluk hidup lainnya yang berperilaku layaknya manusia.

Cerita fabel ini tidak hanya menghibur, tetapi juga menyelipkan pesan moral yang mendidik dan mudah dipahami oleh anak-anak.

Karena alasan inilah, dongeng fabel menjadi salah satu genre cerita yang paling digemari, terutama dalam dunia pendidikan anak usia dini.

Banyak contoh cerita fabel yang dikemas dalam bentuk cerita fabel singkat, sehingga mudah dicerna dan tidak membosankan saat dibacakan.

Selain itu, penggunaan hewan sebagai tokoh utama menjadikan cerita fabel hewan singkat ini lebih menarik.

Misalnya, cerita fabel kelinci dan kura-kura singkat yang sangat populer karena menyampaikan nilai-nilai seperti ketekunan, rendah hati, dan kerja keras.

Ilustrasi Dongeng

Ilustrasi Dongeng. foto/istockphoto

Karakteristik Cerita Fabel

Sebagai bagian dari sastra anak, teks cerita fabel memiliki ciri khas tersendiri yang membedakannya dari jenis cerita lainnya.

Cerita fabel juga telah dikenal sejak zaman kuno, salah satunya dari dongeng Aesop di Yunani. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), fabel diartikan sebagai cerita yang menggambarkan watak dan budi pekerti manusia yang pelakunya diperankan oleh binatang.

Berikut beberapa karakteristik dari cerita fabel:

  1. Tokohnya berupa hewan yang dapat berbicara dan berperilaku seperti manusia. Dalam beberapa kasus, tokohnya juga bisa berupa tumbuhan atau benda mati yang hidup.
  2. Mengandung pesan moral yang disampaikan secara tersirat di akhir cerita.
  3. Latar tempat biasanya berada di alam, seperti hutan, sungai, atau padang rumput.
  4. Alur cerita sederhana, sering disusun dalam bentuk cerita fabel singkat agar mudah dipahami oleh anak-anak.
  5. Bersifat mendidik dan menghibur, sehingga cocok digunakan sebagai media pembelajaran karakter.
Cerita fabel sudah dikenal sejak zaman dahulu dan tersebar di berbagai budaya di dunia, seperti cerita-cerita Aesop dari Yunani, Jataka dari India, dan dongeng Nusantara.

Ilustrasi HL Indepth Bisnis Buku Cerita Anak

Ilustrasi HL Indepth Bisnis Buku Cerita Anak di Indonesia. tirto.id/Lugas

Kumpulan Contoh Cerita Fabel

Berikut ini adalah kumpulan contoh cerita fabel singkat yang bisa dijadikan bahan bacaan anak-anak maupun media pembelajaran di sekolah.

Setiap teks cerita fabel ini menampilkan tokoh binatang yang unik dengan jalan cerita yang menarik dan penuh pesan moral.

Beberapa di antaranya adalah cerita fabel kelinci dan kura-kura singkat yang sudah sangat populer hingga berbagai cerita fabel hewan singkat lainnya yang tak kalah seru dan mendidik.

1. Si Kancil dan Buaya

Di sebuah hutan yang lebat dan rindang, hiduplah seekor kancil cerdik yang sedang kelaparan. Ia mencari makanan ke mana-mana, namun tak kunjung menemukan apa pun. Sampai akhirnya, ia tiba di tepi sungai yang lebar dan arusnya cukup deras. Di seberang sungai, tampak banyak buah segar yang menggoda.

Namun, sungai itu penuh dengan buaya-buaya lapar yang sedang bermalas-malasan di air. Kancil tidak bisa berenang menyeberang tanpa berisiko dimangsa.

“Hei! Hei! Wahai para buaya!” teriak Kancil sambil berjingkrak-jingkrak di tepi sungai, menggangu ketenangan buaya-buaya yang sedang tidur siang.

Salah satu buaya membuka matanya dengan kesal. “Diam kau, Kancil! Kalau terus berisik, bisa-bisa kau jadi makan siangku!”

Namun si Kancil justru tersenyum. Ia pura-pura tidak takut. “Tenang, aku justru membawa kabar baik! Raja Hutan mengutusku ke sini untuk memberikan hadiah pada kalian semua. Tapi... hanya buaya yang ikut berkumpul dan bisa dihitung yang akan mendapatkannya.”

Tiba-tiba para buaya tertarik. “Hadiah? Dari Raja Hutan?” tanya salah satunya penasaran.

“Betul!” kata Kancil yakin. “Tapi aku harus menghitung kalian satu per satu agar adil. Berbarislah di sungai, dari tepi sini sampai seberang sana.”

Buaya-buaya yang rakus dan penasaran segera berenang dan membentuk barisan. Kancil lalu melompat dari satu punggung buaya ke punggung buaya lainnya sambil berpura-pura menghitung keras-keras, “Satu, dua, tiga, empat...”

Begitu sampai di seberang, Kancil langsung meloncat ke daratan dan tertawa. “Terima kasih ya, para buaya! Aku hanya ingin menyeberang, bukan membagikan hadiah!”

Para buaya terkejut dan marah, tapi sudah terlambat. Kancil berhasil lolos berkat kecerdikannya.

2. Kelinci dan Kura-Kura

Di sebuah padang rumput yang hijau dan luas, hiduplah seekor kelinci yang terkenal sangat cepat. Ia selalu membanggakan kecepatannya dan suka mengejek hewan lain yang berjalan lambat, terutama kura-kura.

“Hei Kura-Kura, jalanmu itu seperti siput! Kalau lomba lari sama aku, bisa selesai tiga hari lagi, ya?” ejek Kelinci sambil tertawa terbahak-bahak.

Kura-Kura hanya tersenyum dan menjawab dengan tenang, “Kalau kamu memang yakin, bagaimana kalau kita adakan lomba lari besok pagi?”

Kelinci yang merasa dirinya pasti menang langsung menyetujui tantangan itu. Keesokan harinya, semua hewan di hutan berkumpul untuk menyaksikan perlombaan antara si cepat dan si lambat. Perlombaan dimulai, dan Kelinci langsung melesat jauh ke depan, meninggalkan Kura-Kura yang berjalan perlahan namun konsisten.

Setelah berlari cukup jauh dan tak melihat Kura-Kura di belakangnya, Kelinci merasa sangat percaya diri. “Ah, masih jauh sih Kura-Kura-nya. Istirahat dulu sebentar nggak apa-apa,” katanya sambil berbaring di bawah pohon rindang.

Namun tanpa disadari, Kelinci tertidur pulas. Sementara itu, Kura-Kura terus berjalan pelan, tapi tak pernah berhenti. Langkahnya mantap dan penuh semangat.

Ketika Kelinci terbangun, matahari sudah tinggi. Ia panik dan segera berlari secepat mungkin ke garis akhir. Tapi terlambat—Kura-Kura sudah sampai lebih dulu dan dinyatakan sebagai pemenang.

Semua hewan bersorak untuk Kura-Kura, sementara Kelinci tertunduk malu. Sejak saat itu, ia belajar bahwa kesombongan dan meremehkan orang lain bisa menjadi bumerang.

3. Gagak dan Sebongkah Keju

Di sebuah desa yang damai, seekor gagak terbang rendah di atas halaman rumah seorang petani. Ia mencium aroma keju yang lezat dari jendela dapur yang terbuka. Dengan cepat, ia terbang masuk dan mencuri sebongkah keju besar, lalu hinggap di dahan pohon tinggi untuk menikmati hasil curiannya.

Saat Gagak hendak memakan kejunya, seekor rubah datang dari bawah pohon dan melihat kejadian itu. Rubah sangat menginginkan keju tersebut, tapi ia tahu tidak bisa memanjat pohon.

“Wahai Gagak yang anggun,” puji Rubah, “kau terlihat luar biasa hari ini! Bulu hitammu berkilau seperti malam yang indah, dan paruhmu pasti mampu menghasilkan suara paling merdu di hutan ini.”

Gagak yang awalnya waspada, mulai merasa tersanjung. Ia belum pernah dipuji seperti itu sebelumnya. Rubah melanjutkan, “Kalau saja aku bisa mendengar nyanyianmu, pasti aku akan merasa seperti mendengar lagu dari langit!”

Tanpa pikir panjang, Gagak membuka paruhnya dan mengeluarkan suara nyaring, “KRAAAKK!”

Namun, begitu ia membuka paruhnya, keju yang dipegang jatuh ke tanah, tepat di depan Rubah. Rubah pun segera mengambil keju itu dan tertawa sambil berkata, “Terima kasih, Gagak. Suaramu memang... unik. Tapi pujian kosong tak seharusnya membuatmu kehilangan akal.”

Gagak hanya bisa terdiam malu. Ia sadar bahwa terlalu mudah terbuai pujian bisa berakibat buruk.

Ilustrasi Dongeng

Ilustrasi Dongeng. foto/istockphoto

4. Harimau dan Tikus Kecil

Di sebuah hutan yang rimbun, seekor harimau sedang tertidur pulas di bawah pohon besar. Ia baru saja makan kenyang dan beristirahat dengan tenang. Tanpa sengaja, seekor tikus kecil berlari melintasi tubuh sang harimau dan membangunkannya.

Harimau membuka matanya dengan marah. “Berani-beraninya kau menggangguku!” geramnya sambil mencengkeram tubuh kecil si Tikus dengan cakarnya.

Tikus kecil gemetar ketakutan. “Maafkan aku, Tuan Harimau! Aku tidak sengaja. Tolong lepaskan aku... Kalau kau membiarkanku hidup, suatu hari nanti aku akan membalas kebaikanmu!”

Harimau tertawa terbahak-bahak. “Hahaha! Tikus kecil seperti kau bisa menolongku? Sungguh lucu! Tapi baiklah, hari ini aku sedang kenyang, jadi aku akan membiarkanmu pergi.”

Beberapa hari kemudian, Harimau kembali masuk ke hutan untuk berburu. Tanpa disadari, ia terjebak dalam jaring besar yang dipasang oleh pemburu. Ia mengaum keras, berusaha melepaskan diri, tapi tak berhasil.

Tiba-tiba, Tikus kecil datang dan mengenali harimau itu. “Tuan Harimau! Tenang, aku akan menolongmu!” katanya. Dengan gigi tajamnya, Tikus menggigit tali-tali jaring itu sampai putus dan akhirnya Harimau pun bebas.

Harimau tertegun, tak percaya bahwa makhluk sekecil itu bisa menyelamatkannya. Ia pun tersenyum dan berkata, “Terima kasih, Tikus kecil. Aku salah menilaimu. Kau memang kecil, tapi hatimu besar.”

5. Burung Hantu dan Burung Pipit

Di sebuah hutan yang sejuk, tinggal seekor burung hantu tua yang bijaksana. Ia lebih suka hidup menyendiri dan hanya keluar saat malam tiba. Sementara itu, burung pipit adalah burung muda yang ceria dan cerewet, suka terbang ke sana ke mari sambil berkicau riang sejak pagi.

Suatu pagi, burung pipit melihat burung hantu tidur di lubang pohon. Ia tertawa dan berkata keras-keras, “Hahaha! Lihat itu burung tua! Tidur terus, malas sekali! Tidak seperti aku yang rajin terbang sejak subuh!”

Burung hantu membuka matanya perlahan dan berkata dengan tenang, “Aku memang tidak aktif di pagi hari, tapi itu bukan berarti aku malas. Setiap makhluk punya caranya sendiri untuk hidup dan berguna.”

Namun burung pipit tak menggubrisnya. Ia terus mengejek dan mencemooh. Hingga suatu malam, badai besar melanda hutan. Semua burung sudah tidur, kecuali burung hantu yang baru saja keluar dari sarangnya.

Burung hantu mendengar suara burung pipit kecil yang terjebak di semak basah, ketakutan dan kedinginan. Ia segera terbang mendekat dan menolong pipit kecil itu masuk ke sarangnya yang hangat dan aman.

Setelah badai reda, burung pipit berkata dengan lirih, “Terima kasih... Aku salah menilaimu. Aku kira hanya aku yang hebat, padahal aku terlalu sombong.”

Burung hantu hanya tersenyum. “Kadang, yang tampak lemah dan diam justru bisa menjadi penolong di waktu yang tak terduga.”

6. Katak dan Sapi

Di sebuah padang rumput dekat rawa, seekor katak kecil sedang bermain dengan teman-temannya. Saat sedang asyik melompat-lompat, mereka melihat seekor sapi besar lewat di dekat rawa. Tubuh sapi itu besar, tinggi, dan kuat—sesuatu yang belum pernah mereka lihat sebelumnya.

Katak kecil terkagum-kagum. “Wow, lihat tubuhnya! Aku juga ingin sebesar itu!” katanya.

Dengan semangat, si katak mengembangkan dadanya dan mulai menggembungkan tubuhnya. “Lihat aku! Sudah besar belum?” tanyanya kepada teman-temannya.

Teman-temannya menggeleng, “Belum, masih jauh lebih kecil dari sapi.”

Katak itu tak menyerah. Ia menggembungkan tubuhnya lebih besar lagi, lalu lagi, dan lagi. “Sekarang? Sudah seperti sapi belum?” teriaknya sambil terus memaksakan diri.

“Aku rasa kau harus berhenti. Tubuhmu tidak bisa sebesar itu!” kata temannya panik.

Namun katak itu keras kepala. Ia terus memaksakan diri sampai akhirnya... DOR! tubuhnya meledak karena tak sanggup menampung udara yang dipaksakan.

Teman-temannya terkejut dan sedih. Dari kejadian itu, mereka belajar bahwa memaksakan diri untuk menjadi seperti orang lain, apalagi demi pamer, bisa berakhir buruk.

Ilustrasi Dongeng

Ilustrasi Dongeng. foto/istockphoto

7. Semut dan Belalang

Di sebuah ladang yang subur, musim panas sedang berlangsung. Semut-semut sibuk bekerja setiap hari, mengumpulkan makanan dan menyimpannya di dalam sarang mereka. Mereka tahu musim hujan akan segera datang, dan persiapan harus dilakukan sejak dini.

Sementara itu, seekor belalang duduk santai di bawah daun besar sambil bermain biola. Ia melihat para semut berlalu-lalang dengan biji-bijian dan daun kering.

“Hei, Semut! Kenapa kalian repot-repot bekerja terus? Nikmatilah musim panas ini, bersantailah seperti aku!” kata Belalang sambil tertawa.

Salah satu semut menjawab, “Kami sedang menyiapkan makanan untuk musim hujan. Kau sebaiknya juga mulai mengumpulkan sebelum terlambat.”

Tapi belalang mengabaikan nasihat itu. Ia terus bermain dan bermalas-malasan, sementara semut-semut tetap bekerja tanpa lelah.

Beberapa minggu kemudian, hujan deras mulai turun setiap hari. Belalang menggigil kedinginan dan kelaparan karena tidak memiliki persediaan makanan. Ia pergi mencari makanan ke sana ke mari, namun tak ada apa-apa yang bisa ditemukan.

Akhirnya, ia mengetuk sarang para semut. “Tolong... bisakah aku menumpang makan? Aku tidak punya apa-apa...”

Semut yang dulu menasihatinya berkata, “Kami telah memperingatkanmu, tapi kau tidak mendengarkan. Namun karena kami tidak tega, masuklah. Tapi ingat, ini pelajaran penting untukmu.”

Belalang pun sadar bahwa kerja keras dan perencanaan jauh lebih penting daripada hanya bersenang-senang tanpa arah.

8. Rubah dan Anggur

Di sebuah sore yang panas, seekor rubah lapar berjalan melewati kebun yang dipenuhi pohon anggur. Ia mencium wangi manis buah anggur yang menggantung segar di atas dahan tinggi.

“Ah, itu dia! Anggur-anggur itu terlihat sangat lezat. Aku harus mencicipinya!” kata Rubah sambil menjilat bibir.

Ia pun melompat ke atas, mencoba meraih anggur. Tapi anggur itu terlalu tinggi. Rubah mundur sedikit, mengambil ancang-ancang, lalu melompat lagi. Masih belum berhasil.

Rubah tak menyerah. Ia melompat lagi dan lagi, tapi tetap tak bisa menjangkaunya. Setelah beberapa kali mencoba dan gagal, ia akhirnya duduk kelelahan.

“Huh! Anggur itu pasti asam. Tak enak juga dimakan. Lagipula, siapa yang mau buah semacam itu?” gerutunya sambil pergi menjauh.

Padahal dalam hati, ia sangat ingin memakannya. Tapi karena tak berhasil meraih apa yang diinginkannya, Rubah pura-pura meremehkan anggur itu agar tak terlihat kalah.

9. Kerbau dan Burung Jalak

Di tengah sawah yang luas, seekor kerbau besar sedang beristirahat setelah seharian membajak ladang. Di punggungnya, seekor burung jalak kecil hinggap santai sambil mematuk kutu-kutu yang menempel di tubuh kerbau.

Kerbau menoleh dan berkata, “Terima kasih, Jalak. Kau telah membantuku merasa lebih nyaman.”

Burung jalak tersenyum, “Tak perlu berterima kasih. Aku juga diuntungkan. Dengan menumpang di tubuhmu, aku bisa menemukan makanan dengan mudah.”

Hari demi hari, mereka hidup saling membantu. Burung jalak membantu kerbau membersihkan tubuhnya, dan kerbau membiarkan jalak tinggal di punggungnya tanpa gangguan. Mereka menjadi sahabat baik meskipun berbeda ukuran dan bentuk.

Suatu hari, seekor burung elang melihat burung jalak dan ingin memangsa. Tapi kerbau segera berdiri dan menatap tajam ke arah elang, membuat sang pemangsa urung mendekat.

Setelah kejadian itu, burung jalak berkata, “Aku tak menyangka kau akan melindungiku.”

Kerbau menjawab, “Kita teman. Teman saling menjaga, bukan hanya saat senang, tapi juga saat dalam bahaya.”

10. Kucing dan Tikus Istana

Di dalam sebuah istana megah, hidup seekor kucing peliharaan raja yang anggun dan disayang banyak orang. Tubuhnya bersih, bulunya halus, dan ia mendapat makanan terbaik dari dapur kerajaan setiap hari.

Namun tanpa sepengetahuan raja, di balik dinding dapur istana, hidup sekelompok tikus yang cerdik. Mereka diam-diam mencuri makanan dari gudang kerajaan setiap malam.

Suatu hari, sang kucing melihat jejak tikus di dapur. Ia mengendap-endap dan menangkap salah satu tikus yang lengah. Tikus itu memohon, “Tolong lepaskan aku! Aku janji tidak akan mencuri lagi.”

Kucing menatap tikus itu dan berkata, “Kau sudah terlalu sering melanggar janji. Kali ini aku harus melaporkanmu pada kepala istana.”

Tikus itu merengek, “Tapi bukankah kau juga dulu pernah jadi kucing jalanan sebelum tinggal di istana? Tidakkah kau ingat bagaimana rasanya lapar?”

Kucing terdiam sesaat. Ia memang dulunya kucing liar, tapi kini kehidupannya sudah jauh berbeda. Setelah berpikir, ia berkata, “Aku tak akan menghukummu, tapi aku akan berjaga tiap malam. Sekali kau ulangi perbuatanmu, aku tak akan segan.”

Tikus itu pun melarikan diri dan memperingatkan teman-temannya agar tak mencuri lagi. Sejak saat itu, dapur istana kembali aman, dan kucing dihormati bukan hanya karena kekuatannya, tapi juga karena kebijaksanaannya.

Berbagai fabel ini bisa jadi bahan bacaan yang menarik untuk anak-anak saat mengisi waktu senggang atau bisa dijadikan dongeng sebelum tidur. Selain menghibur, fabel-fabel ini penuh pesan moral yang bisa jadi bahan pelajaran yang amat mendidik.

Baca juga artikel terkait FABEL atau tulisan lainnya dari Robiatul Kamelia

tirto.id - Edusains
Kontributor: Robiatul Kamelia
Penulis: Robiatul Kamelia
Editor: Robiatul Kamelia & Lucia Dianawuri