tirto.id - Fabel adalah sebuah cerita yang tokohnya diperankan binatang, bahkan dikisahkan berperilaku seperti manusia. Para hewan tersebut biasanya memiliki sifat baik dan buruk. Sebagai contoh yang paling terkenal adalah cerita Si Kancil dan Buaya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi Kemendikbud, fabel adalah cerita yang menggambarkan watak dan budi manusia yang pelakunya diperankan oleh binatang (berisi pendidikan moral dan budi pekerti).
Reza Sukma Nugraha & Annisa Bahriatul Rahmah dalam bukuKucing dan Kera dalam Fabel Arab: Kajian Sastra Anak pada Fabel Qadhi al-Ghabah menuliskan, dalam cerita fabel, tokoh binatang dihadirkan dengan berbagai macam karakter. Binatang-binatang itu dijadikan tokoh yang dapat berbicara, bersikap dan berperilaku seperti manusia.
Cerita fabel merupakan cerita yang berkaitan dengan dunia binatang dan tidak langsung merujuk pada manusia. Oleh sebab itu, pesan moral atau kritik diungkapkan secara tidak langsung. Hal itu menyebabkan pembaca menjadi lebih senang dan menikmati, meskipun bisa jadi cerita itu turut mengkritik sifat aslinya. Ini yang membuat cerita binatang menjadi populer, bahkan disenangi anak-anak, orang dewasa dan bersifat universal.
Seperti dilansir Modul 8 Teks Cerita Fabel Bahasa Indonesia keluaran Kemendikbud, tokoh di dalam cerita fabel itu terbagi menjadi beberapa jenis. Tokoh adalah pemegang peran dalam sebuah cerita, berikut jenis-jenisnya.
Penokohan dan Jenis Tokoh pada Cerita Fabel
Teks cerita fabel biasanya memuat tokoh yang memiliki watak berbeda. Sifat pada tokoh itu bisa dilihat dari tingkah laku dan dialognya. Berikut adalah jenis-jenis tokoh pada cerita fabel.
1. Protagonis
Protagonis adalah tokoh yang karakternya paling disukai karena selalu diidentikkan dengan sifat-sifat baik yang ada pada diri manusia, seperti pemaaf, baik budi, penolong dan lain-lain.
2. Antagonis
Karakter antagonis adalah kebalikan dari protagonis. Tokoh ini tidak disukai karena selalu diidentikkan dengan perbuatan jahat dan memiliki watak negatif. Misalnya, sikap curang, kejam, sombong, angkuh dan lain-lain. Dalam cerita fabel, tokoh antagonis ini selalu menjadi pengganggu yang menghambat tujuan dari tokoh utama.
3. Tritagonis
Tritagonis adalah tokoh yang menengahi konflik antara protagonis dan antagonis. Sebagai penengah, tokoh ini biasanya tidak berpihak ke salah satu tokoh, baik antagonis maupun protagonis.
Latar pada Teks Cerita Fabel dan Contohnya
Teks cerita fabel juga mengandung latar yang berisi suasana, tempat dan waktu. Latar berfungsi untuk mengambarkan kisah tersebut sehingga para pembaca bisa masuk ke dalamnya.
1. Latar suasana
Latar suasana menjelaskan keadaan atau suasana yang dialami oleh tokoh misalnya ketakutan, cemas, ketegangan, dsb.
Contoh: Seketika bulu kuduk si Kancil berdiri kemudian ia gemetar ketika melihat gigi-gigi sang buaya yang sangat tajam.
2. Latar tempat
Latar tempat menjelaskan lokasi atau tempat terjadinya kejadian dalam cerita misalnya di sungai, hutan, padang rumput, dsb.
Contoh: Sampailah perjalanan si Kancil di tepi sungai yang jernih.
3. Latar waktu
Latar waktu digunakan untuk mendeskripsikan waktu terjadinya kejadian pada cerita, misalnya pagi hari, sore hari, malam hari, dsb.
Contoh: Matahari mulai muncul dari ufuk timur dan sinarnya menyentuh kulit si Kancil yang sedang lelap tidur.
Sebagaimana dilansir Buku Siswa Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas 7 tulisan Heriyanto, selain tentang dunia binatang, fabel juga bisa berbentuk cerita benda-benda tak bernyawa. Tujuan dari fabel adalah memberikan pembelajaran mengenai nilai-nilai seperti pendidikan, moral, kejujuran dan agama.
Ciri-ciri Teks Cerita Fabel
1. Fabel tergolong dongeng.
2. Tokoh fabel pada umumnya binatang.
3. Karakter binatang melambangkan karakter manusia.
4. Mengandung nilai-nilai pendidikan, moral dan agama.
5. Alur ceritanya progresif.
Struktur Teks Cerita Fabel
1. Orientasi fabel dipaparkan lewat pengenalan latar tempat, tokoh dan waktu.
2. Komplikasi dipaparkan melalui konflik-konflik yang ada.
3. Resolusi pemaparan atau penceritaan yang menggambarkan penyelesaian masalah.
4. Koda (berisi pelajaran yang dapat dipetik dari cerita tersebut).
Editor: Iswara N Raditya