tirto.id - Baca artikel pertama dari Seri Obsesi Kulit Putih Idol K-Pop di tautan berikut: Kulit Putih Bersinar: Standar Cantik K-Pop yang Sulit Pudar
Obsesi masyarakat Korea Selatan terhadap warna kulit putih dapat dilacak sejak ribuan tahun yang lalu.
Melansir dari Korea Herald, Cultural Heritage Administration mencatat jejak sejarah ini melalui sebuah mural yang ditemukan pada makam-makam dari era kerajaan Goguryeo (berdiri pada 37 SM dan berakhir pada 668 Masehi).
Mural tersebut menggambarkan bangsawan-bangsawan dengan riasan kulit putih pucat yang mencolok.
Disebutkan bahwa kulit putih nan berkilau melambangkan kedudukan kalangan kelas atas, sehingga perempuan dan laki-laki di masa lalu termotivasi untuk memutihkan kulit mereka.
Selain itu, nenek moyang mereka dikisahkan sudah berlomba-lomba memutihkan kulit dengan mandi dan mengenakan produk kosmetik dari bahan-bahan alami.
Tak hanya itu, kulit putih sebagai standar kecantikan juga muncul dalam cerita rakyat berjudul "Chunhyangjeon" yang berasal dari dinasti Joseon sekitar abad ke-17.
Alkisah, tokoh utama perempuan dalam cerita, Chunhyang, akan mengenakan make up agar kulitnya terlihat lebih putih setiap kali dirinya ingin menjumpai sang kekasih, Mongryong.
Catatan sejarah dari abad ke-18 mendeskripsikan laki-laki tampan pada era tersebut memiliki kulit yang putih, salah satunya seorang sarjana bernama Jeong Yak-yong.
Bagaimana dengan orang-orang Korea yang memiliki kulit gelap? Sedari zaman feodal, mereka yeng berkulit gelap sudah dipandang sebelah mata.
Ya, warna kulit menjadi semacam simbol pembeda status sosial dan kelas.
Sedangkan orang-orang kaya cenderung berkulit putih pucat karena tidak perlu bekerja di bawah teriknya sinar matahari.
Menariknya, ketika tren kulit tan dari daratan Eropa dan Amerika Utara mulai mengglobal pada abad ke-20, obsesi masyarakat Korea terhadap warna kulit putih tidak berubah.
Penting diingat juga, peralihan era industrialisasi di Korea Selatan mendorong pekerja-pekerja kelas bawah masuk ke pabrik-pabrik tertutup. Akibatnya, mereka jarang terpapar sinar matahari dan kulitnya menjadi lebih pucat.
Nyatanya, di kawasan Asia Timur, dari dulu sampai sekarang, kulit putih masih dianggap sebagai simbol kekayaan dan kecantikan.
Melansir tulisan Tan Wei Lin untuk Channel News Asia, warna kulit putih menjadi kualitas yang sangat dicari-cari oleh masyarakat di Korea, Jepang, dan Cina.
Korea Selatan kontemporer pun menjelma menjadi mesin industri kecantikan dan kosmetik yang mendunia.
Produk-produk skincare dan make up Korea atau K-beauty berkembang menjadi tren kecantikan yang diminati banyak orang, baik di dalam Korea maupun di luar negeri.
Preferensi masyarakat Korsel terhadap kulit putih pucat telah menjadi semacam obsesi yang membuat sebagian dari mereka bergantung pada produk dan prosedur pemutih kulit agar bisa mendapatkan warna kulit putih porselen ideal mereka.
Persentase pemakaiannya mencapai 61 persen di India dan 77 persen di Nigeria.
Selang setahun sejak reality competition show bertajuk Boys Planet (2023) berakhir, beberapa kontestannya, Yoon Jongwoo dan Lee Yedam, menjadi topik perbincangan di kalangan penggemar karena diduga sudah melakukan operasi plastik untuk mengubah penampilan mereka.
Di mata pemirsanya, terlepas memiliki talenta dan kedisiplinan yang luar biasa, tidak semua kontestan yang berkompetisi di Boys Planet dipandang memiliki penampilan yang sesuai standar tampan atau cantik yang sudah mengakar kuat di budaya Korea Selatan.
Standar kecantikan di Korea Selatan yang melekat pada kalangan idol bisa jadi sudah berperan besar mendorong para trainee dan calon-calon bintang ini untuk menjalani bedah plastik agar dapat menggapai impiannya menjadi idol K-pop.
Seiring idol dan artis menyempurnakan penampilannya, industri kosmetik pun gencar mempromosikan skincare dan make up, tak terkecuali produk-produk pencerah atau pemutih kulit.
Pada waktu sama, klinik bedah plastik semakin mudah ditemui di jalan-jalan kota.
Dokter bedah kosmetik ME Cosmetic Clinic berbasis di Seoul, Dr. Chris Lim, menyebutkan bahwa prosedur kosmetik untuk mencerahkan kulit lazim ditemui di Korea Selatan.
Tindakan ini dilakukan dengan menyuntikan zat glutathione yang akan menghambat proses pigmentasi.
“Banyak pasien Asia berkulit gelap ingin memiliki warna kulit yang lebih cerah,” imbuh Lim.
Lim mengiyakan bahwa idol-idol K-pop turut membentuk pandangan masyarakat tentang jenis penampilan yang dianggap menarik dan tidak.
“Banyak pasien meminta kami untuk membuat mereka terlihat seperti salah satu selebritas. Mereka akan membawa foto selebritas favorit mereka agar wajah mereka terlihat persis seperti selebritas tersebut,” cerita Lim kepada Artefact Magazinepada 2017 silam.
Seoul dikenal sebagai ibu kota operasi plastik dengan rasio klinik operasi plastik tertinggi di dunia.
Melansir situs layanan kecantikan AB Plastic Surgery, nilai bisnis bedah kosmetik Korea Selatan mencapai 10,7 miliar dolar AS per tahun 2023.
Tentu saja, bagi sebagian orang, keputusan untuk menjalani perawatan kulit dan prosedur kosmetik merupakan pilihan yang dapat memperkuat kepercayaan diri, mendorong kebahagiaan, dan mendukung karier mereka.
Di satu sisi, penting pula untuk memahami tren ini dari lensa yang kritis dan reflektif.
Sejauh mana fenomena maraknya prosedur kosmetik di kalangan idol-idol K-pop dapat menyuburkan pandangan yang tidak sehat tentang citra tubuh yang tidak sesuai standar dari industri?
Setiap orang di seluruh dunia memiliki wajah, warna kulit, dan bentuk tubuh yang unik dan berbeda-beda.
Berpijak dari keberagaman tersebut, kita dapat memaknai kecantikan dengan cara masing-masing, alih-alih didikte oleh tren yang mengutamakan kriteria-kriteria tertentu, terutama berkaitan dengan warna kulit putih.
Nah, bagaimana pendapatmu terkait tren kulit putih di kalangan idol K-pop?
Penulis: Yolanda Florencia Herawati
Editor: Sekar Kinasih