tirto.id - Teks cerita sejarah dapat disebut tulisan/teks yang menceritakan atau menjelaskan fakta di masa lalu yang berkaitan dengan sejarah tertentu. Bukan hanya itu, teks cerita sejarah ternyata mengisahkan berbagai rentetan peristiwa di waktu tertentu dan membentuk sebuah kejadian yang padu.
Maria Kristina dalam e-Modul menuliskan, teks cerita sejarah didefinisikan sebagai teks narasi yang disampaikan dengan landasan peristiwa di lapangan. Kejadian yang telah terjadi tersebut digambarkan melalui teks sehingga terciptalah suatu kisah yang dapat dibaca.
Melansir catatan Sumiati dalam Kebahasaan Teks Cerita Sejarah Bahasa Indonesia Kelas XII (2020:18), kerangka teks cerita sejarah disusun dengan beberapa aspek, mulai dari kronologis, sebab akibat, tindakan tokoh, urutan tempat, hingga rentetan peristiwa.
Perlu diketahui, kaidah kebahasaan dalam teks cerita sejarah juga memiliki cirinya tersendiri. Lantas, apa sajakah kaidah kebahasaan tersebut dan bagaimana penjelasannya?
Kaidah Kebahasaan Teks Cerita Sejarah
Kaidah bisa disebut juga sebagai ciri khas bahasa yang termuat di dalam teks cerita sejarah. Berbagai kaidah tersebut dipadukan dalam sebuah paragraf agar cerita yang disampaikan melalui teks tentang masa lalu dapat tercerna pembaca.
Berikut ini beberapa kaidah kebahasaan teks cerita sejarah:
1. Kalimat kompleks
Kaidah ini digambarkan sebagai kalimat yang di dalamnya memuat lebih dari satu buah unsur berupa aksi, peristiwa, atau keadaan (lebih dari satu verba).
Kalimat yang biasa disebut kalimat majemuk (bisa majemuk setara atau bertingkat) ini mencantumkan sebuah keadaan, di mana proses cerita terjadi hingga akhir dari kisah yang disampaikan oleh teks melalui lebih dari satu struktur.
2. Kata hubung
Definisi kaidah kebahasaan yang sering disebut sebagai konjungsi ini adalah kata yang digunakan untuk menghubungkan satu kata dengan kata lain di kalimat yang sama.
Setidaknya terdapat dua jenis kata hubung yang ada, yakni konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif. Pengertian keduanya berbeda, di mana koordinatif menghubungkan kata-kata yang sifatnya setara.
Sedangkan subordinatif, menghubungkan unsur induk kalimat dengan anak kalimat dan menghubungkan dua klausa kalimat yang posisinya tidak setara. Selain itu, ada juga subordinatif yang berguna untuk menunjukkan syarat tertentu dan hasil dari sebuah peristiwa.
3. Kata keterangan
Ciri kebahasaan teks cerita sejarah yang satu ini merupakan kata yang menunjukkan keterangan tertentu, misalnya keterangan waktu dan tempat terjadinya cerita.
Untuk melihat contoh keterangan waktu, dapat dilihat dari penggunaan kata seperti kemarin, sekarang, tahun lalu, dan lain-lain. Sedangkan untuk melihat keterangan tempat, dapat melihat contoh seperti rumah, kamar, Jakarta, dan lain-lain.
4. Kata rujukan
Arti rujukan di sini adalah kata-kata yang merujuk pada kata lain yang sebelumnya telah dituliskan. Terdapat tiga jenis kata rujukan, mulai dari rujukan benda (ini, itu, tersebut, dll.), tempat (di sini, di sana, dll.), dan rujukan personil (ia, mereka, dll.).
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Alexander Haryanto