Menuju konten utama

Apa Itu Hantu Kuyang? Berikut Sejarah, Mitos dan Legendanya

Kuyang adalah nama hantu yang melegenda di Pulau Kalimantan, berikut kisahnya. 

Apa Itu Hantu Kuyang? Berikut Sejarah, Mitos dan Legendanya
Ilustrasi Hantu Kuyang. wikimedia commons/free share/http://www.thaiworldview.com/

tirto.id - Kuyang menjadi trending di Google hari ini, Rabu (16/9/2020). Penyebabnya adalah, beredarnya video yang memperlihatkan sosok putih, tetapi tidak terlihat jelas. Namun, warga yang melihat menduga sosok itu adalah kuyang.

Dalam mitosnya, kuyang adalah nama hantu yang melegenda di Pulau Kalimantan. Biasanya berwujud wanita. Ia bisa melepas kepala dari bagian tubuhnya dan terbang bersama organ tubuhnya seperti jantung, hati, usus dan ginjal. Apabila kuyang terbang di malam hari, biasa ada semacam cahaya merah atau api kecil yang mengikutinya.

Kuyang merupakan manusia biasa yang pada siang hari membaur dengan lingkungannya. Tetapi, ia akan bergentayangan ketika malam hari dengan membawa kepalanya saja.

Seperti dilansir dari buku Kumpulan Kisah Nyata Hantu di 13 Kota karya Argo Wikanjati, kuyang adalah manusia hantu yang suka menghisap darah bekas seorang ibu melahirkan, bahkan suka menghisap darah bayi yang baru dilahirkan.

Kuyang memiliki dua taring di kiri dan kanan mulutnya. Biasanya, kuyang mencari mangsa pada malam hari. Dan untuk mengelabuhi korbannya, sewaktu-waktu kuyang bisa berubah menjadi seekor burung atau kucing.

Kuyang biasa mendatangi seorang perempuan yang hail besar dan mengusap perutnya. Kuyang berasal dari manusia hidup yang bisa berubah menjadi makhluk penghisap darah.

Dalam buku itu disebutkan, orang Banjar mencirikan kuyang sebagai seorang perempuan berambut panjang yang saat berjalan di malam hari selalu menutupi bekas guratan di lehernya atau menutupi bagian kepala dengan kain, supaya tidak kepanasan terkena sengatan matahari.

Orang Banjar juga yakin bahwa kuyang takut dengan bawang merah, terlebih dengan bawang merah tunggal. Selain itu, makhluk jadi-jadian ini juga takut dengan cermin, sisir, pisau dan rumput jariangau.

Untuk menghindari gangguan kuyang, orang-orang sering meletakkan benda-benda tersebut di dekat seorang ibu yang baru melahirkan atau bayi yang baru dilahirkan.

Umumnya, orang Banjar juga menggunakan tali ijuk sebagai tali ayunan bayi yang di-pukung (dibedong sehingga menutup bagian leher dan hanya kelihatan bagian wajah-kepala). Tujuannya, untuk mencegah dan menghindari gangguan kuyang dan makhluk halus.

Sebab, konon katanya, kuyang dan makhluk halus itu takut dengan tali ijuk. Untuk itu, ijuk juga dipakai sebagai dinding atau pelindung rumah. Caranya dengan mengikatkan tali ijuk tersebut di sekeliling bagian atas rumah.

Biasanya, kuyang yang melayang bersama organ tubuhnya itu akan tersangkut di tali ijuk yang terpasang di atap dan dedak bisa menempel di organ-organ dalam miliknya. Oleh sebab itu, orang-orang zaman dulu sering meletakkan dedak atau tali ijuk di atap rumah. Demikian dikutip dari buku Hantu: dari Suster Ngesot sampai Sundel Bolong tulisan @urbanlejen.

Untuk membunuh kuyang, seseorang harus menemukan tubuh bagian bahwa yang ditinggalkannya. Setelah mendapatkannya, orang harus memasukkan benda-benda tajam di sambungan lehernya. Hal itu akan membuat kuyang tidak bisa menyatu kembali dengan tubuhnya dan akan membuatnya mati lemas.

Dilansir dari buku itu, menurut cerita, kuyang di Kalimantan punya minyak sakti yang disebut Minyak Kuyang, dalam bahasa setempat disebut Langa Kawiyang atau Minyak Kawiyang, Minyak Sumbulik atau Minyak Kuyang.

Konon katanya, minyak tersebut adalah sumber kesaktian kuyang. Menurut mitos, manusia biasa yang terkena Minyak Kuyang itu bisa berubah menjadi mahkluk tersebut.

Baca juga artikel terkait KUYANG atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Agung DH