Menuju konten utama

Ringkasan Cerita Si Kancil dan Buaya, serta Isi Pesan Moralnya

Berikut adalah ringkasan cerita Si Kancil dan Buaya, serta isi pesan moral yang terkandung di dalamnya. Simak kisahnya di artikel ini.

Ringkasan Cerita Si Kancil dan Buaya, serta Isi Pesan Moralnya
Cerita dongeng Si Kancil dan Buaya. (FOTO/iStockphoto)

tirto.id - Cerita Si Kancil dan Buaya merupakan salah satu karya dongeng binatang atau fabel yang populer di Indonesia. Fabel Kancil dan Buaya mengandung pesan moral yang baik, terutama untuk pendidikan anak-anak.

Secara umum, fabel dapat disebut sebagai dongeng binatang yang mengandung pesan moral tentang perbuatan baik dan buruk.

Dalam fabel, tokoh atau pemeran dongengnya adalah para binatang, seperti kancil dan buaya. Para tokoh dalam fabel cenderung memiliki perilaku layaknya manusia.

Fabel Si Kancil dan Buaya yang mengandung beberapa pesan moral dapat digunakan sebagai cerita pengantar tidur untuk anak. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang fabel Kancil dan Buaya, simak cerita Kancil singkat berikut.

Ringkasan Cerita Si Kancil dan Buaya

Dilansir dari buku Kisah Petualangan Seru Kancil dan Teman-Temannya Seri Antologi Fabel Nusantara (2021), berikut ini ringkasan cerita Si Kancil dan Buaya yang diceritakan ulang oleh Desnatalyani Laoli:

Pada suatu hari, Kancil menyeberangi sungai untuk pergi ke hutan guna mencari makan. Setelah Kancil kenyang, tiba-tiba hujan turun dengan sangat lebat hingga membuat sungai banjir.

Kancil yang tak bisa menyebrangi sungai lantas meminta bantuan pada Buaya yang berada di tepi sungai. Kancil menawarkan kesepakatan menjadi sahabat sehati sejiwa jika Buaya membantu Kancil menyeberangi sungai.

Buaya tak langsung percaya pada tawaran Kancil tersebut. Buaya yang merasa ragu, bertanya kembali apa hubungan mereka jika Buaya membantu Kancil. Kancil konsisten dengan jawaban bahwa mereka akan menjadi sahabat sehati sejiwa.

Jawaban Kancil yang konsisten lantas membuat Buaya setuju dan membawa Kancil menyeberangi sungai di atas punggungnya. Selama perjalanan, Buaya beberapa kali bertanya apa hubungan mereka. Kancil pun selalu menjawab bahwa mereka sahabat sehati sejiwa.

Akan tetapi, saat hampir sampai di tepi sungai, Kancil tiba-tiba mengubah jawabannya. Kancil tak lagi menyebut hubungannya dengan Buaya sebagai sahabat sejati sejiwa, melainkan sebagai "sahabat pantat". Setelah menjawab demikian, Kancil dengan cepat melompat ke tepi sungai dan melarikan diri.

Tindakan Kancil membuat Buaya merasa marah dan bersumpah akan membalas dendam kepada Kancil. “Aku akan mengingat bahwa kamu telah menipuku. Namun, perhatikanlah bahwa di masa depan, akan ada berbagai kesulitan dan tantangan yang akan kamu hadapi. Jika kita berumur panjang, mungkin suatu hari kita akan bertemu lagi," teriak Buaya pada Kancil.

Unsur Intrinsik-Ekstrinsik dalam Cerita Si Kancil dan Buaya

Unsur intrinsik adalah elemen-elemen yang secara langsung membangun karya sastra dari dalam. Kepaduan antara berbagai unsur intrinsik ini membentuk jalannya cerita. Unsur intrinsik meliputi tema, alur, tokoh, latar, sudut pandang, dan diksi.

Sementara unsur ekstrinsik merujuk pada faktor-faktor yang tidak langsung terlibat dalam karya sastra, namun memengaruhi struktur cerita secara keseluruhan.

Unsur-unsur ekstrinsik melibatkan keadaan subjektivitas pengarang, faktor sosial, psikologis, moral, ideologis, dan pendidikan.

Berdasarkan ringkasan cerita Si Kancil dan Buaya, berikut ini uraian mengenai unsur intrinsik dan ekstrinsik fabel Kancil dan Buaya.

Unsur Intrinsik cerita Si Kancil dan Buaya, antara lain:

1. Alur atau plot

Cerita memiliki alur yang cenderung maju dan jelas, dimulai dari Kancil yang menyeberangi sungai, meminta bantuan Buaya, hingga akhir cerita dengan tindakan Kancil yang mengejutkan.

2. Penokohan

Tokoh utama cerita adalah Kancil dan Buaya. Kancil digambarkan sebagai cerdik, sementara Buaya digambarkan memiliki sikap hati-hati dan suka menolong.

3. Setting (lokasi dan waktu)

Setting cerita terutama berada di tepi sungai dan hutan. Waktu cerita tidak spesifik.

4. Konflik

Konflik utama muncul ketika Kancil harus menyeberangi sungai dan meminta bantuan pada Buaya. Konflik mencapai puncak saat Kancil menipu Buaya.

5. Tema

Tema cerita mencakup kecerdikan, persahabatan yang tulus, dan konsekuensi dari tindakan licik.

Unsur ekstrinsik cerita Si Kancil dan Buaya, antara lain:

1. Konteks budaya

Cerita ini kemungkinan besar memiliki akar dalam warisan budaya di mana hewan-hewan seperti Kancil dan Buaya sering digunakan sebagai simbol atau tokoh dalam cerita rakyat.

2. Moral atau pesan

Pesan moral cerita termasuk kebijaksanaan dalam bertindak, pentingnya mempertahankan kepercayaan, dan konsekuensi dari perilaku licik.

3. Pengarang

Dalam berbagai sumber, pengarang cerita kancil dan buaya, tidak ada informasi mengenai latar belakang atau tujuan pengarang dalam menciptakan cerita.

4. Gaya bahasa

Gaya bahasa dalam cerita Si Kancil dan Buaya bukan hanya sekadar alat untuk menyampaikan cerita, tetapi juga merupakan elemen yang aktif menciptakan karakter, suasana, dan daya tarik dalam kisah.

Cerita ini memanfaatkan dialog antara Kancil dan Buaya sebagai salah satu elemen utama gaya bahasa.

Pesan Moral Cerita Si Kancil dan Buaya

Dirangkum dari berbagai sumber, pesan moral cerita Si Kancil dan Buaya mengajarkan nilai-nilai seperti kecerdikan yang digunakan untuk kebaikan, pentingnya kesetiaan dan kepercayaan dalam hubungan, serta konsekuensi dari tindakan licik. Pesan moral ini dapat menjadi pegangan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

  • Kecerdikan dan kepintaran

Terlepas dari kelicikannya, Kancil sebagai tokoh utama, menunjukkan kecerdikan dalam menghadapi situasi sulit. Meskipun dalam keadaan terjepit, Kancil dapat memanfaatkan kecerdasannya untuk mencari solusi dan keluar dari masalah.
  • Konsekuensi dari kelicikan

Ketika Kancil mengubah jawabannya di akhir cerita, mengakibatkan Buaya merasa dikhianati dan marah. Pesan moral di sini adalah bahwa tindakan licik dan tidak jujur dapat memiliki konsekuensi negatif, seperti kehilangan kepercayaan dan mungkin memicu dendam.
  • Akibat dari perbuatan buruk

Akhir cerita dengan ancaman dan sumpah dendam dari Buaya memberikan pesan bahwa setiap tindakan tidak jujur dan tidak baik baik bisa meninggalkan bekas.

Hal ini mengandung pelajaran bahwa kehidupan tidak luput dari tantangan dan kesulitan, dan perbuatan kita di masa lalu dapat memengaruhi masa depan.

Baca juga artikel terkait FABEL atau tulisan lainnya dari Umi Zuhriyah

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Umi Zuhriyah
Penulis: Umi Zuhriyah
Editor: Dhita Koesno