Menuju konten utama

5 Teks Amanat Pembina Upacara di Bulan Agustus 2025

Cari amanat pembina upacara di bulan Agustus? Artikel ini hadir dengan teks singkat dan jelas. Yuk, baca sekarang dan persiapkan upacara HUT RI.

5 Teks Amanat Pembina Upacara di Bulan Agustus 2025
Ilustrasi penghormatan pada Bendara Merah Putih setelah amanat Pembina Upacara di bulan Agustus. ANTARA FOTO/Fauzan/hp.

tirto.id - Amanat pembina upacara di bulan Agustus menjadi bagian penting dalam perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia yang jatuh pada tanggal 17 Agustus setiap tahunnya, dan biasanya diperingati dengan upacara bendera. Upacara ini dilaksanakan di berbagai tempat seperti sekolah, instansi pemerintah, hingga kantor swasta.

Republik Indonesia diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 setelah melalui masa penjajahan panjang oleh Belanda dan Jepang. Namun, kemerdekaan yang telah dideklarasikan itu tidak serta-merta diakui secara penuh oleh dunia internasional. Amanat pembina upacara tentang hari kemerdekaan pada 17 Agustus 2025 nanti menekankan pentingnya mengenang perjuangan dan pengorbanan rakyat Indonesia dalam mencapai kedaulatan.

Setelah proklamasi, Indonesia menghadapi berbagai tantangan, termasuk agresi militer Belanda yang ingin kembali menguasai wilayah Nusantara. Belanda datang dengan dukungan tentara sekutu, mencoba mengembalikan kekuasaannya. Amanat pembina upacara tentang menyambut hari kemerdekaan pada Minggu, 17 Agustus 2025 menjadi bagian penting dari rentetan sejarah kemerdekaan Indonesia.

Kumpulan Judul Teks Amanat Pembina Upacara di Bulan Agustus Singkat dan Jelas

Kumpulan judul teks amanat pembina upacara bulan Agustus di bulan Agustus singkat dan jelas sangat dibutuhkan menjelang peringatan HUT RI. Judul-judul tersebut memudahkan penyusunan amanat yang relevan dan bermakna sesuai semangat kemerdekaan. Berikut adalah contoh teks amanat pembina upacara menyambut bulan Agustus.

  1. Mengisi Kemerdekaan dengan Semangat Perjuanga
  2. Menjaga Warisan Perjuangan, Membangun Masa Depan Indonesia
  3. 80 Tahun Merdeka: Saatnya Menjadi Solusi, Bukan Sekadar Penonton
  4. Penjajahan Gaya Baru: Tugas Kita untuk Melawan
  5. Melanjutkan Perjuangan Pahlawan dengan Karakter Bangsa

Kumpulan Teks Amanat Pembina Upacara di Bulan Agustus Singkat dan Jelas

Kumpulan teks amanat pembina upacara menjelang 17 Agustus di bulan Agustus singkat dan jelas dapat menjadi referensi penting dalam pelaksanaan upacara peringatan HUT RI. Teks-teks ini berisi pesan-pesan semangat kemerdekaan, cinta tanah air, dan penghargaan terhadap para pahlawan. Dengan bahasa yang padat dan mudah dipahami, amanat ini cocok digunakan di berbagai tingkat satuan pendidikan maupun instansi.

Teks Pertama

Kepada Yang Terhormat Bapak/Ibu Kepala.....

Tidak terlupakan juga untuk ...............

Yang kami sayangi, para hadirin sekalian yang turut serta dalam upacara HUT Kemerdekaan RI....

Pertama, mari kita panjatkan puja dan puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberi berkah dan hidayah sehingga bangsa Indonesia bisa menjadi bangsa yang merdeka dan berdaulat.

Kedua, tidak lupa kita selalu berikan sholawat dan salam untuk junjungan bersama, Nabi Muhammad SAW, yang telah menunjukkan jalan dari yang sebelumnya gelap gulita menuju jalan yang terang benderang.

Hadirin sekalian yang saya hormati...

Indonesia memperoleh kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 setelah mengalami masa penindasan yang sangat lama hingga mencapai ratusan tahun di bawah naungan kolonial Hindia Belanda.

Selama itu bangsa Indonesia berada di bawah pengaruh kolonial hingga timbul bermacam-macam penindasan, baik yang ada kaitannya dengan wilayah, ekonomi, maupun terhadap fisik rakyat di penjuru daerah.

Selama itu pula bangsa Indonesia tidak mampu menjadi dirinya sendiri lantaran berada di bawah kekuasaan bangsa lain.

Namun, hadirnya Soekarno-Hatta dan kawan-kawan disertai semangat yang gigih dari para pejuang serta dukungan penuh rakyat, Indonesia akhirnya memperoleh kemerdekaan pada tahun 1945 dan lepas dari penjajahan Belanda.

Para peserta upacara yang kami muliakan...

Kemerdekaan itu diperoleh tidak dengan cuma-cuma. Namun, banyak mengorbankan harta dan nyawa hingga menelan ribuan korban jiwa dari pihak Indonesia.

Lalu, apa yang bisa dilakukan oleh para generasi muda saat ini?

Setelah silih berganti kepemimpinan sejak era Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono, dan Joko Widodo, terjadi banyak perubahan dan pembangunan dimana-mana.

Di luar masalah infrastruktur tersebut, hendaknya para generasi muda saat ini senantiasa selalu meneladani apa yang sudah dilakukan para pejuang dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.

Sebagai bangsa yang berdaulat penuh, Indonesia kini dapat menentukan nasib di tangan sendiri. Artinya, kemajuan bangsa Indonesia tanpa dipengaruhi oleh pihak luar bisa menjadi salah satu bangsa yang maju dan bersaing penuh di kancah internasional.

Pada Sidang Umum PBB ke-15, 30 September 1960, Soekarno menyampaikan pidato dengan judul "To Build the World Anew". Ia menyampaikan "Imperialisme, dan perjuangan untuk mempertahankannya, merupakan kejahatan yang besar didunia kita ini.

"Banyak diantara Tuan-tuan dalam Sidang ini tidak pernah mengenal imperialisme. Banyak diantara Tuan-tuan lahir merdeka dan akan mati merdeka. Beberapa diantara Tuan-tuan lahir dari bangsa-bangsa yang telah menjalankan imperialisme terhadap yang lain, tetapi tidak pernah menderitanya sendiri.

"Akan tetapi Saudara-saudara saya di Asia dan Afrika telah mengenal cambuk imperialisme. Mereka telah menderitanya. Mereka mengenal bahayanya dan kelicikannya serta keuletannya,".

Jauh sebelumnya, pada sidang BPUPKI 1 Juni 1945, Soekarno juga telah menyampaikan pidato yang kelak menjadi Pancasila.

"Jikalau pada suatu hari Ki Bagus Hadikoesoemo misalnya, menjadi kepala negara Indonesia, dan mangkat, meninggal dunia, jangan anaknya Ki Hadikoesoemo dengan sendirinya, dengan automatis menjadi pengganti Ki Hadikoesoemo.

"Maka oleh karena itu saya tidak mufakat kepada prinsip monarchieitu. Saudara-saudara, apakah prinsip ke-5?

Saya telah mengemukakan 4 prinsip:

Kebangsaan Indonesia.

Internasionalisme, – atau peri-kemanusiaan.

Mufakat, – atau demokrasi.

Kesejahteraan sosial.

Prinsip yang kelima hendaknya:

Menyusun Indonesia Merdeka dengan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa. Prinsip Ketuhanan!"

Berangkat dari pengalaman tersebut, maka mari kita isi era kemerdekaan saat ini dengan semangat gigih dan pantang menyerah dalam mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia seperti yang diimpikan Soekarno-Hatta sebagai pencetus proklamasi kemerdekaan RI.

Sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat, kemajuan suatu negara juga ditentukan oleh baik dan buruknya para generasi penerus yang ada.

Demikian pidato amanat upacara yang kami sampaikan dalam rangka menyambut perayaan 17 Agustus. Semoga apa yang kami berikan bisa bermanfaat untuk semua.

Selamat merayakan kemerdekaan Republik Indonesia.

Merdeka!

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Teks Kedua

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Salam sejahtera untuk kita semua,

Om swastiastu,

Namo buddhaya,

Salam kebajikan.

Kepada yang terhormat,

Bapak/Ibu Kepala [Sekolah/Kecamatan/Instansi]

Bapak/Ibu Guru serta Staf yang kami hormati,

Tidak terlupakan juga untuk para tamu undangan dan panitia yang telah mempersiapkan kegiatan ini dengan penuh dedikasi,

Yang kami sayangi, seluruh peserta upacara yang dengan semangat mengikuti peringatan hari besar bangsa kita ini.

Pertama-tama, marilah kita panjatkan puja dan puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya, kita dapat hadir dan berkumpul di sini dalam keadaan sehat wal afiat untuk memperingati Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia.

Kedua, marilah kita senantiasa mengirimkan sholawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah membimbing umat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman penuh cahaya dan ilmu.

Hadirin sekalian yang saya hormati,

Tepat 80 tahun yang lalu, pada tanggal 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya melalui Proklamasi yang dibacakan oleh Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta. Ini adalah tonggak sejarah yang lahir dari perjuangan panjang, dari darah dan air mata, dari pengorbanan jiwa dan raga para pahlawan bangsa.

Ratusan tahun lamanya bangsa Indonesia hidup dalam bayang-bayang penjajahan, mengalami berbagai bentuk penindasan, baik secara ekonomi, politik, maupun kebebasan berpikir dan bertindak. Namun, semangat untuk bebas tidak pernah padam. Api perjuangan itu terus menyala di dada para pejuang, hingga akhirnya membuahkan kemerdekaan yang kita nikmati hari ini.

Para peserta upacara yang kami banggakan,

Kemerdekaan ini tidak datang begitu saja. Ia adalah hasil dari perjuangan luar biasa, yang menuntut keberanian, persatuan, dan semangat pantang menyerah dari seluruh elemen bangsa. Karena itu, tugas kita hari ini sebagai generasi penerus adalah menjaga dan mengisi kemerdekaan ini dengan hal-hal positif dan produktif.

Generasi muda saat ini memiliki peran yang sangat penting. Tidak lagi dengan mengangkat senjata, melainkan dengan semangat belajar, bekerja, dan berkarya. Dengan menanamkan nilai-nilai luhur bangsa, semangat gotong royong, cinta tanah air, serta menjunjung tinggi persatuan dalam keberagaman.

Hadirin yang berbahagia,

Bung Karno dalam pidatonya di Sidang Umum PBB tahun 1960 mengatakan:

"Imperialisme dan perjuangan untuk mempertahankannya merupakan kejahatan besar di dunia. Mereka yang tidak pernah merasakannya tidak akan memahami perih dan luka yang kami rasakan."

Dan jauh sebelum itu, pada 1 Juni 1945 dalam sidang BPUPKI, beliau merumuskan dasar negara yang kini kita kenal sebagai Pancasila. Di sanalah fondasi kebangsaan ini dibangun, dengan prinsip kebangsaan, kemanusiaan, demokrasi, keadilan sosial, dan ketuhanan yang Maha Esa.

Oleh karena itu, mari kita jaga bersama nilai-nilai tersebut. Jadikan kemerdekaan ini sebagai momentum untuk memperkuat komitmen dalam membangun Indonesia yang lebih baik, adil, dan sejahtera.

Hadirin sekalian,

Di era kemajuan teknologi dan globalisasi seperti sekarang, tantangan yang kita hadapi berbeda. Tapi semangatnya tetap sama: bekerja keras, berakhlak mulia, dan berkontribusi bagi bangsa. Mari kita buktikan bahwa generasi muda Indonesia siap membawa negeri ini menuju kejayaan, bukan hanya di dalam negeri, tetapi juga di mata dunia.

Demikian amanat yang dapat saya sampaikan.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan bimbingan dan perlindungan kepada kita semua, agar senantiasa berada di jalan yang diridhai-Nya.

Dirgahayu Republik Indonesia ke-80.

Mari kita jaga dan rawat kemerdekaan ini, demi masa depan Indonesia yang lebih gemilang.

Merdeka! Merdeka! Merdeka!

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Salam sejahtera bagi kita semua.

Teks Ketiga

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Salam sejahtera untuk kita semua,

Om swastiastu,

Namo buddhaya,

Salam kebajikan.

Kepada Yth.

Bapak/Ibu Kepala [Sekolah/Instansi],

Para Guru dan Staf yang kami hormati,

Seluruh tamu undangan yang berbahagia,

Dan yang kami banggakan, peserta upacara yang kami cintai.

Tidak lupa, marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena limpahan rahmat dan karunia-Nya, pagi ini kita masih diberi kesempatan untuk menghirup udara kemerdekaan dalam keadaan sehat dan penuh semangat nasionalisme.

Tak lupa, mari kita kirimkan sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, suri teladan bagi umat manusia yang mengajarkan kejujuran, keteladanan, dan keberanian dalam memperjuangkan kebenaran.

Hadirin sekalian yang saya hormati,

Hari ini, tepat 80 tahun sudah bangsa Indonesia berdiri sebagai negara merdeka. Delapan dekade telah berlalu sejak rakyat Indonesia menegakkan kepala dan berkata: “Kami bukan bangsa yang bisa ditindas, kami bangsa merdeka.”

Namun perlu kita renungkan bersama:

Apa arti kemerdekaan bagi kita hari ini?

Apakah hanya sekadar upacara, bendera, dan seragam merah putih?

Kemerdekaan sejati bukan hanya terbebas dari penjajahan fisik, tapi juga bebas dari kebodohan, kemiskinan, perpecahan, dan ketergantungan.

Tantangan kita hari ini berbeda dengan masa penjajahan dahulu. Kita tidak lagi berperang mengangkat senjata, tapi kita harus berperang melawan kemalasan, hoaks, korupsi, intoleransi, dan degradasi moral.

Para peserta upacara yang saya banggakan,

Kita hidup di era digital. Informasi tersebar begitu cepat. Tapi hati-hati, tidak semua yang kita lihat dan baca itu benar.

Kita harus jadi generasi yang cerdas memilah, bukan generasi yang mudah terpecah.

Kemerdekaan yang telah diwariskan ini akan sia-sia jika kita, sebagai penerus bangsa, justru terpecah oleh isu SARA, kebencian, atau egoisme kelompok.

Kita tidak boleh hanya menjadi penonton perubahan dunia. Kita harus ikut ambil bagian.

Belajar dengan sungguh-sungguh adalah bentuk perjuangan.

Menghormati orang tua dan guru adalah bentuk pengabdian.

Menjaga kerukunan dan gotong royong adalah bentuk kecintaan pada tanah air.

Hadirin yang saya hormati,

Mari kita buka mata dan hati kita. Di luar sana, masih banyak saudara-saudara kita yang belum sepenuhnya merdeka dari kesulitan.

Anak-anak yang kesulitan sekolah.

Petani dan nelayan yang belum sejahtera.

Lansia yang masih hidup dalam keterbatasan.

Itulah tugas kita meneruskan perjuangan dengan cara kita sendiri.

Menjadi agen perubahan. Menjadi solusi, bukan sumber masalah.

Para peserta upacara yang saya cintai,

Dalam peringatan HUT RI ke-80 ini, saya mengajak kita semua untuk:

Menjaga persatuan, karena bangsa yang besar adalah bangsa yang utuh.

Menumbuhkan semangat literasi dan berpikir kritis, agar tak mudah dibodohi zaman.

Menanamkan nilai kejujuran, kerja keras, dan empati, karena itulah jati diri bangsa yang bermartabat.

Mari jadikan kemerdekaan ini sebagai titik awal untuk bangkit lebih kuat, bergerak lebih cepat, dan melangkah lebih jauh menuju Indonesia emas tahun 2045.

Dirgahayu Republik Indonesia ke-80!

Mari kita isi kemerdekaan ini dengan karya nyata.

Merdeka adalah hak, tapi menjaga dan mengisinya adalah kewajiban.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Salam sejahtera untuk kita semua.

Merdeka!

Teks Keempat

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Salam sejahtera untuk kita semua,

Om swastiastu,

Namo buddhaya,

Salam kebajikan.

Kepada yang saya hormati:

Bapak/Ibu Kepala [Sekolah/Kecamatan/Instansi],

Para guru dan staf, tamu undangan,

Serta seluruh peserta upacara yang saya cintai dan banggakan.

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya, pagi ini kita masih diberi kesempatan untuk memperingati hari yang sangat bersejarah bagi bangsa kita, Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-80.

Tak lupa, mari kita kirimkan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, semoga kita semua bisa meneladani akhlak dan perjuangan beliau dalam kehidupan sehari-hari.

Hadirin sekalian yang berbahagia,

80 tahun yang lalu, para pejuang bangsa telah mengukir sejarah besar: memerdekakan bangsa ini dari penjajahan. Mereka tidak hanya membawa senjata, tapi juga membawa hati yang penuh keyakinan, dan jiwa yang tidak mau tunduk kepada ketidakadilan.

Perjuangan mereka tidak berorientasi pada kepentingan pribadi, melainkan pada masa depan bangsa. Dan hari ini, kita semua adalah bagian dari masa depan yang dulu mereka perjuangkan.

Tapi pertanyaan pentingnya:

Apa yang sudah kita lakukan untuk menjaga dan mengisi kemerdekaan ini?

Apakah kita sudah benar-benar menghargainya?

Para peserta upacara yang saya banggakan,

Hari ini, kita tidak lagi menghadapi penjajahan fisik. Namun, kita menghadapi penjajahan gaya baru:

Penjajahan terhadap karakter, penjajahan terhadap budaya, penjajahan melalui kemalasan, individualisme, dan sikap acuh terhadap sesama.

Inilah tantangan kita sekarang.

Oleh karena itu, kita harus membangun karakter sebagai bangsa yang berakhlak, jujur, disiplin, dan bertanggung jawab. Bukan hanya cerdas secara akademik, tapi juga kuat secara moral.

Bangsa yang besar bukan hanya karena kekayaan alamnya, tapi karena karakter rakyatnya. Negara-negara maju membangun kejayaannya bukan dengan emas dan minyak, tetapi dengan nilai kerja keras, integritas, dan rasa kebersamaan.

Hadirin sekalian,

Indonesia adalah bangsa yang lahir dari semangat gotong royong. Kita harus terus menjaga nilai itu agar tidak hilang ditelan ego dan kepentingan pribadi. Gotong royong bukan sekadar slogan, tapi semangat yang harus diwujudkan di sekolah, di lingkungan, dan di masyarakat.

Kita harus saling bantu, saling dukung, dan saling jaga. Karena masa depan bangsa ini tidak hanya ditentukan oleh pemimpinnya, tapi oleh kita semua, rakyatnya.

Para peserta upacara yang saya hormati,

Mari kita maknai kemerdekaan ini bukan hanya dengan seremonial, tapi dengan langkah nyata:

Menjadi pelajar yang jujur dan rajin,

Menjadi warga yang peduli lingkungan,

Menjadi pribadi yang menghargai perbedaan,

Menjadi pemuda yang tidak lupa akan budaya dan jati diri bangsa.

Budaya sopan santun, rasa hormat kepada orang tua dan guru, cinta terhadap bahasa Indonesia, serta bangga terhadap warisan leluhur, semuanya adalah bagian dari perjuangan kita hari ini.

Dirgahayu Republik Indonesia ke-80!

Mari kita isi kemerdekaan ini dengan semangat perubahan yang positif.

Karena tugas kita bukan hanya menikmati kemerdekaan, tapi juga menjaga agar kemerdekaan ini tetap abadi.

Merdeka! Merdeka! Merdeka!

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Salam sejahtera bagi kita semua.

Teks Kelima

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Salam sejahtera untuk kita semua,

Om swastiastu,

Namo Buddhaya,

Salam Kebajikan.

Yang saya hormati,

Bapak/Ibu Kepala [Sekolah/Instansi],

Para guru, staf, dan tamu undangan yang berbahagia,

Serta anak-anak bangsa, peserta upacara yang saya cintai dan banggakan.

Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Karena dengan izin dan karunia-Nya, kita masih diberi kesempatan untuk memperingati 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesi, dalam suasana yang damai, merdeka, dan penuh harapan.

Tak lupa, kita sampaikan sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, suri teladan dalam kesabaran, perjuangan, dan kasih sayang bagi sesama.

Hadirin yang saya hormati,

Delapan puluh tahun sudah bangsa ini berdiri di atas kaki sendiri. Tidak lagi di bawah perintah bangsa asing. Tidak lagi ditentukan nasibnya oleh orang lain. Kemerdekaan adalah hak kita — hak setiap anak Indonesia. Tapi ingat, kemerdekaan juga datang dengan tanggung jawab yang besar.

Kita sering bertanya:

“Bagaimana caranya membalas jasa para pahlawan yang telah gugur?”

Jawabannya sederhana: Jangan biarkan pengorbanan mereka menjadi sia-sia.

Jangan biarkan bangsa ini mundur karena kelalaian kita sendiri.

Jangan biarkan semangat persatuan digantikan oleh saling curiga.

Jangan biarkan rasa cinta tanah air digantikan oleh ketidakpedulian.

Para peserta upacara yang saya banggakan,

Kita hidup di masa yang berbeda. Dulu, para pahlawan berjuang mengangkat senjata.

Hari ini, kita harus berjuang melawan musuh yang tak kalah berbahaya:

Kemalasan, kebodohan, korupsi, intoleransi, kebencian, dan sikap masa bodoh.

Jangan remehkan perjuangan kita hari ini hanya karena tidak berdarah.

Menjaga integritas itu juga perjuangan.

Bersikap jujur itu juga perjuangan.

Belajar sungguh-sungguh, berkarya untuk masyarakat, dan menjaga perdamaian, semuanya adalah bentuk perjuangan zaman ini.

Hadirin sekalian,

Negara ini akan terus berkembang. Tapi, apakah arah perkembangan itu menuju kebaikan atau kehancuran, tergantung pada kita semua.

Maka mari kita mulai dari hal-hal kecil:

Tepat waktu.

Bertanggung jawab terhadap tugas.

Saling menghargai perbedaan.

Berani membela kebenaran.

Kemerdekaan bukan hanya mengenang masa lalu. Tapi juga tentang memastikan masa depan tetap dalam genggaman kita.

Para peserta upacara yang saya cintai,

Mari kita bangun Indonesia ini bukan hanya dengan teknologi dan bangunan, tetapi dengan karakter dan kepribadian yang kuat.

Tanpa integritas, semua kemajuan akan rapuh.

Tanpa rasa peduli, semua pembangunan akan kehilangan arah.

Tanpa cinta kepada tanah air, semua ilmu yang kita miliki tidak akan bermakna.

Dirgahayu ke-80 Republik Indonesia!

Mari kita jaga negeri ini dengan hati, dengan tekad, dan dengan tindakan nyata.

Semoga semangat kemerdekaan selalu tumbuh dalam setiap langkah kita.

MERDEKA!

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Salam sejahtera untuk kita semua.

Kalau kamu ingin membaca artikel menarik lainnya seputar Hari Ulang Tahun Republik Indonesia, jangan lewatkan informasi lengkap dan inspiratifnya! Kunjungi tautan tirto.id di bawah ini untuk update terbaru dan spesial HUT RI.

Kumpulan Artikel tentang HUT RI

Baca juga artikel terkait CONTOH TEKS AMANAT PEMBINA UPACARA atau tulisan lainnya dari Beni Jo

tirto.id - Edusains
Kontributor: Beni Jo
Penulis: Beni Jo
Editor: Yantina Debora
Penyelaras: Satrio Dwi Haryono