Menuju konten utama

Teks Amanat Pembina Upacara Menyambut Bulan Agustus & HUT RI

Berikut ini contoh teks amanat pembina upacara menyambut bulan Agustus dan HUT RI ke-78 pada 17 Agustus 2023.

Teks Amanat Pembina Upacara Menyambut Bulan Agustus & HUT RI
Ilustrasi Upacara Bendara. ANTARA FOTO/Fauzan/hp.

tirto.id - Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) RI pada setiap tanggal 17 Agustus biasa diperingati dengan menggelar upacara, baik di sekolah, instansi pemerintah, maupun di kantor swasta. Teks amanat pembina upacara menyambut bulan Agustus diperlukan sebagai pendukung pelaksanaan acara upacara HUT RI.

Republik Indonesia mereka pada tanggal 17 Agustus 1945 setelah lepas dari penjajahan Belanda dan Jepang. Kendati demikian, Merah Putih tidak serta merta langsung menjadi negara yang berdaulat penuh atas wilayah bekas jajahan pemerintah kolonial.

Selain banyak ujian dari dalam negeri, Republik Indonesia kala itu juga sempat menghadapi agresi militer Belanda 2 yang ingin kembali menguasai wilayah NKRI usai berakhirnya Perang Dunia II.

Belanda datang dengan membonceng tentara sekutu. Namun, gigihnya perjuangan rakyat Indonesia kembali memaksa sang penjajah menyingkir dari bumi pertiwi.

Demi merayakan peringatan kemerdekaan Republik Indonesia, kerap diadakan upacara dalam rangka menyambut HUT RI. Hal ini tidak hanya dilakukan oleh para pegawai negeri hingga swasta, namun juga kerap dikerjakan rakyat biasa di wilayah perkotaan dan pedesaan.

Contoh Teks Amanat Pembina Upacara HUT RI

Berikut adalah contoh teks amanat pembina upacara menyambut bulan Agustus:

Kepada Yang Terhormat Bapak/Ibu Kepala.....

Tidak terlupakan juga untuk ...............

Yang kami sayangi, para hadirin sekalian yang turut serta dalam upacara HUT Kemerdekaan RI....

Pertama, mari kita panjatkan puja dan puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberi berkah dan hidayah sehingga bangsa Indonesia bisa menjadi bangsa yang merdeka dan berdaulat.

Kedua, tidak lupa kita selalu berikan sholawat dan salam untuk junjungan bersama, Nabi Muhammad SAW, yang telah menunjukkan jalan dari yang sebelumnya gelap gulita menuju jalan yang terang benderang.

Hadirin sekalian yang saya hormati...

Indonesia memperoleh kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 setelah mengalami masa penindasan yang sangat lama hingga mencapai ratusan tahun di bawah naungan kolonial Hindia Belanda.

Selama itu bangsa Indonesia berada di bawah pengaruh kolonial hingga timbul bermacam-macam penindasan, baik yang ada kaitannya dengan wilayah, ekonomi, maupun terhadap fisik rakyat di penjuru daerah.

Selama itu pula bangsa Indonesia tidak mampu menjadi dirinya sendiri lantaran berada di bawah kekuasaan bangsa lain.

Namun, hadirnya Soekarno-Hatta dan kawan-kawan disertai semangat yang gigih dari para pejuang serta dukungan penuh rakyat, Indonesia akhirnya memperoleh kemerdekaan pada tahun 1945 dan lepas dari penjajahan Belanda.

Para peserta upacara yang kami muliakan...

Kemerdekaan itu diperoleh tidak dengan cuma-cuma. Namun, banyak mengorbankan harta dan nyawa hingga menelan ribuan korban jiwa dari pihak Indonesia.

Lalu, apa yang bisa dilakukan oleh para generasi muda saat ini?

Setelah silih berganti kepemimpinan sejak era Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono, dan Joko Widodo, terjadi banyak perubahan dan pembangunan dimana-mana.

Di luar masalah infrastruktur tersebut, hendaknya para generasi muda saat ini senantiasa selalu meneladani apa yang sudah dilakukan para pejuang dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.

Sebagai bangsa yang berdaulat penuh, Indonesia kini dapat menentukan nasib di tangan sendiri. Artinya, kemajuan bangsa Indonesia tanpa dipengaruhi oleh pihak luar bisa menjadi salah satu bangsa yang maju dan bersaing penuh di kancah internasional.

Pada Sidang Umum PBB ke-15, 30 September 1960, Soekarno menyampaikan pidato dengan judul "To Build the World Anew". Ia menyampaikan "Imperialisme, dan perjuangan untuk mempertahankannya, merupakan kejahatan yang besar didunia kita ini.

"Banyak diantara Tuan-tuan dalam Sidang ini tidak pernah mengenal imperialisme. Banyak diantara Tuan-tuan lahir merdeka dan akan mati merdeka. Beberapa diantara Tuan-tuan lahir dari bangsa-bangsa yang telah menjalankan imperialisme terhadap yang lain, tetapi tidak pernah menderitanya sendiri.

"Akan tetapi Saudara-saudara saya di Asia dan Afrika telah mengenal cambuk imperialisme. Mereka telah menderitanya. Mereka mengenal bahayanya dan kelicikannya serta keuletannya,".

Jauh sebelumnya, pada sidang BPUPKI 1 Juni 1945, Soekarno juga telah menyampaikan pidato yang kelak menjadi Pancasila.

"Jikalau pada suatu hari Ki Bagus Hadikoesoemo misalnya, menjadi kepala negara Indonesia, dan mangkat, meninggal dunia, jangan anaknya Ki Hadikoesoemo dengan sendirinya, dengan automatis menjadi pengganti Ki Hadikoesoemo.

"Maka oleh karena itu saya tidak mufakat kepada prinsip monarchieitu. Saudara-saudara, apakah prinsip ke-5?

Saya telah mengemukakan 4 prinsip:

Kebangsaan Indonesia.

Internasionalisme, – atau peri-kemanusiaan.

Mufakat, – atau demokrasi.

Kesejahteraan sosial.

Prinsip yang kelima hendaknya:

Menyusun Indonesia Merdeka dengan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa. Prinsip Ketuhanan!"

Berangkat dari pengalaman tersebut, maka mari kita isi era kemerdekaan saat ini dengan semangat gigih dan pantang menyerah dalam mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia seperti yang diimpikan Soekarno-Hatta sebagai pencetus proklamasi kemerdekaan RI.

Sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat, kemajuan suatu negara juga ditentukan oleh baik dan buruknya para generasi penerus yang ada.

Demikian pidato amanat upacara yang kami sampaikan dalam rangka menyambut perayaan 17 Agustus. Semoga apa yang kami berikan bisa bermanfaat untuk semua.

Selamat merayakan kemerdekaan Republik Indonesia.

Merdeka!

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Baca juga artikel terkait CONTOH TEKS AMANAT PEMBINA UPACARA atau tulisan lainnya dari Beni Jo

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Beni Jo
Penulis: Beni Jo
Editor: Yantina Debora