Menuju konten utama

Cara Berhenti Merasa Terlalu Bertanggung Jawab Atas Apapun

Perasaan berlebihan atas tanggung jawab dapat memicu munculnya gangguan mental Obsesive Compulsive Disorder (OCD).

Cara Berhenti Merasa Terlalu Bertanggung Jawab Atas Apapun
Ilustrasi. Seorang lelaki sedang memberi dukungan pada seorang wanita yang sedang menangis. Foto/iStock

tirto.id - Seorang yang bertanggung jawab selalu dianggap sebagai orang yang dapat diandalkan, bisa dipercaya dan memiliki komitmen yang tinggi dalam mengerjakan sesuatu. Namun, rasa bertanggung jawab yang berlebihan, sedikit banyak akan menimbulkan masalah.

Tidak hanya bertanggung jawab atas diri sendiri, beberapa orang memiliki empati yang tinggi dan cenderung menganggap orang lain adalah tanggung jawabnya juga. Bahkan pada titik tertentu merasa bahwa perasaan orang lain adalah tanggung jawab mereka juga.

Ketika seseorang yang dicintainya merasa sedih ataupun sakit, orang-orang tersebut akan merasa sangat bersalah dan menyalahkan diri sendiri. Atau ketika ada pekerjaan yang tidak memuaskan mereka akan membebani diri mereka dan mengemban pekerjaan tersebut meskipun sebenarnya hal tersebut bukanlah bagian mereka. Contoh-contoh simpel tersebut adalah gambaran singkat mengenai perasaan bertanggung jawab yang berlebihan atau overly responsible.

Bertanggung jawab atas diri sendiri memang adalah suatu bentuk kedewasaan, namun merasa bertanggung jawab atas hidup orang lain, termasuk peran, tugas, bahkan perasaan adalah ciri dari perasaan bertanggung jawab yang berlebihan.

Dilansir Scientific American, perasaan berlebihan atas tanggung jawab sebernarnya dapat membuat seseorang lebih disukai, dihargai dan dipercaya oleh orang lain. Namun di sisi lain, dapat memicu munculnya gangguan mental Obsesive Compulsive Disorder (OCD).

Harvard Bussiness School and Wharton melakukan suatu penelitian mengenai apa yang akan terjadi jika seseorang yang merasa bersalah untuk sesuatu yang bukan kesalahannya.

Secara spesifik, penelitian dilakukan ketika hujan turun, mereka meminta seseorang untuk meminjam ponsel orang lain. Orang tersebut mengajukan dua bentuk pertanyaam, “I’m sorry about the rain. Bisakah aku meminjam ponsel anda?” dan petanyaan langsung, “Bisakah saya meminjam ponsel anda?”.

Hasilnya, 47% orang meminjamkan ponselnya ketika pertanyaan pertama diajukan sedangkan hanya 9% orang yang meminjamkan ponselnya ketika pertanyaan kedua yang diajukan.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa orang-orang lebih menyukai jenis orang yang mengekpresikan rasa kesopanan dan penghormatan yang tinggi seolah-olah orang itu bertanggung jawab atas perasaan mereka.

Orang-orang yang memiliki rasa penghormatan yang berlebihan terhadap tanggung jawab dianggap memiliki empati yang tinggi.

Akan tetapi, rasa berlebihan terhadap tanggung jawab adalah inti dari salah satu gangguan mental Obsesive Compulsive Disorder (OCD), seperti dilansir dari Phsyc Central dengan indikasi memikirkan bahkan merasa bertanggung jawab terhadap perasaan orang lain di sekitarnya, terlalu sering mengedepankan kepentingan orang lain daripada dirinya sendiri, dan perasaan takut mengecewakan orang lain.

Pada skala yang lebih luas perasaan berlebihan ini dapat mendorong seseorang untuk mengorbankan materi demi kepentingan orang lain, seperti sering menghabiskan uangnya untuk acara amal daripada kesenangannya sendiri.

Dengan begitu, seseorang dengan kecenderungan mengambil tanggung jawab secara berlebihan akan mengorbankan banyak hal, yaitu perasaan, tenaga, pikiran bahkan materi.

Banyaknya kerugian yang ditimbulkan dari merasa berlebihan atas tanggung jawab ini tentu bukan tanpa sebab. Diambil dari sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dr. Colm O’Connor, direktur Klinis di Cork Marriage Counselling Centre, Chichago mengatakan bahwa penyebab munculnya perasaan ini adalah pembentukan dari lingkungan masa kecil.

Apabila seorang anak tinggal bersama dengan anggota keluarga lainnya yang under-responsible, dalam arti tidak dapat menyelesaikan tanggung jawabnya dengan baik, ia akan cenderung mengambil tanggung jawab tersebut. Apabila hal tersebut terjadi berulang-ulang, lama kelamaan ini akan menjadi gaya hidup sang anak. Bahkan, seiring dengan pertumbuhannya dan makin banyaknya tanggung jawab yang harus diemban perasaan itu terus berkembang.

Terutama jika orang tua anak tersebut bermasalah karena baik alkohol, finansial, ataupun penyakit maka perasaan semacam ini muncul dan bertumbuh lebih cepat. Mereka harus mengambil alih tanggung jawab seperti memasak, mengurus saudara-saudaranya, dan merawat orang tua. Anak perempuan lebih mudah menjadi korban dalam kasus semacam ini. Namun, anak laki-laki juga memiliki kesempatan yang hampir sama untuk menjadi seperti ini.

Anak-anak yang tumbuh dengan lingkungan seperti ini, akan tumbuh menjadi seseorang yang merasa harus selalu mengemban tanggung jawab karena orang lain tidak mampu. rasa bahwa dia adalah “orang spesial”, bahwa hanya dia yang bisa menyelesaikan tugas-tugas tersebut.

Namun, di balik perasaan superior itu, ada perasaan tak berharga dan takut tidak dicintai oleh orang di sekitarnya. Pada titik tertentu ketika dia tidak mampu lagi memenuhi tanggung jawab yang diembankan kepadanya, dia akan depresi dan merasa bersalah berlebihan.

Mengatasi Perasaan Terlalu Bertanggung Jawab

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi perasaan berlebihan terhadap tanggung jawab tersebut. Melansir Pearson, inilah cara yang dapat dilakukan.

Cobalah untuk lebih rileks dan membayangkan bagaimana sesuatu akan berakhir. Taruh pemikiran bahwa ketika partner kurang bertanggung jawab, di sisi lain diri sendiri akan nampak superior dan orang tersebut tampak menyedihkan. Hal tersebut justru akan melukai perasaan orang lain. Menasihati dan mengambil peran sebagai pembimbing akan lebih berguna bagi orang lain.

Ubahlah cara pandang, dari pemahaman tentang superior-inferior atau kuat-lemah menjadi sesuatu yang lebih membangun satu sama lain.

Sebagai proses pembelajaran untuk rekan atau orang terdekat yang kurang bertanggung jawab, coba serahkan tanggung jawab atau tugas yang cukup mengganggu bagi diri sendiri, tapi bukan yang paling sulit. Coba bicarakan kemajuan-kemajuan yang dialami rekan dan beri nasihat dan motivasi bahwa tanggung jawab tersebut adalah untuk menunjukkan ke orang lain bahwa sebenarnya mereka mampu.

Bicarakan dengan orang-orang di sekitar Anda mengenai setiap tugas dan tanggung jawab. Tapi hindari perasaan bahwa orang lain kurang bertanggung jawab, sebaliknya katakan di awal bahwa anda mengambil tanggung jawab terlalu banyak sehingga orang lain belajar lebih sedikit.

Dengan begitu, diri sendiri dan orang lain akan berpikir bagaimana porsi yang adil dapat terjadi untuk semua orang. Selanjutnya, bicarakan keinginan agar semua berjalan dinamis dan setiap orang bisa mendapatkan kesempatan yang sama untuk belajar.

Setelah melakukan langkah-langkah di atas, buatlah situasi di mana kerja keras diri sendiri dan rekan-rekan menjadi terbuka terhadap pengamatan dan penilaian orang lain sehingga ada sebuah kontrol sosial yang menjaga kedinamisan tersebut.

Lakukan langkah-langkah tersebut dan terus lakukan refleksi apakah masih terdapat rasa bersalah ketika meninggalkan orang lain kesulitan dengan tanggung jawabnya. Konsistensi dalam hal ini menjadi penting. Inti dari langkah-langkah di atas adalah untuk mengembalikan setiap peran pada tanggung jawabnya masing-masing.

Lebih jauh lagi, perasaan selalu ingin menolong orang lain dan berlebihan terhadap tanggung jawab memiliki kaitan dengan salah satu ciri dari Jenis Kepribadian Tipe Penolong dalam Enneagram.Melakukan upaya untuk mengurangi perasaan berlebihan terhadap tanggung jawab dapat menyelamatkan diri sendiri dari perasaan bersalah yang berlebihan atas sesuatu yang berada di luar kemampuan diri sendiri.

Baca juga artikel terkait PSIKOLOGI atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Yulaika Ramadhani