Menuju konten utama

6 Teori Masuknya Islam ke Indonesia dan Tokohnya

6 teori masuknya Islam ke Indonesia beserta tokohnya. Berikut ini penjelasan tentang sejarah, bukti, dan nama tokoh yang mengemukakan teorinya.

6 Teori Masuknya Islam ke Indonesia dan Tokohnya
Warga berjalan menaiki tangga Masjid Indra Puri, salah satu masjid tertua di Aceh Besar, Aceh, Sabtu (2/5/2020). Keberadaan masjid ini menjadi salah satu bukti 6 teori masuknya Islam di Indonesia. ANTARA FOTO/Ampelsa/wsj.

tirto.id - 6 teori masuknya Islam ke Indonesia menjadi pedoman, ketika kita ingin tahu kapan agama ini pertama kali hadir di Nusantara. Secara umum, Islam masuk ke Indonesia melalui pedagang muslim dari berbagai wilayah.

Perlu diketahui bahwa perdagangan lintas pelayaran antarbenua telah ramai pada abad 5 Masehi. Beberapa tokoh teori masuknya Islam ke Indonesia mengklaim bahwa pedagang muslim juga berdakwah.

Kendati demikian, sejarah tentang masuknya agama Islam ke Indonesia masih bersifat kompleks. Oleh karena itu, muncul berbagai pandangan yang akhirnya melahirkan 6 teori masuknya Islam ke Indonesia.

6 Teori Masuknya Islam ke Indonesia dan Tokohnya

Teori masuknya Islam ke Indonesia dan tokohnya secara umum ada 6 pendapat. Di antaranya terdapat Teori Persia, Teori Gujarat, Teori Cina, Teori Arab, Teori India, hingga Teori Bangladesh.

Berikut ini penjelasan 6 teori masuknya Islam ke Indonesia beserta tokohnya.

1. Teori Persia

Tokoh teori masuknya Islam ke Indonesia yang menyebut bahwa muslim di Nusantara berasal dari Persia adalah Umar Amir Husen dan Hoesein Djadjadiningrat.

Pernyataan itu dikutip dari Modul Sejarah Indonesia Kelas X terbitan Kemdikbud. Kedua tokoh tersebut meyakini bahwa orang-orang Persia telah masuk di Indonesia sejak abad ke-7 silam.

Adapun teori ini didukung oleh beberapa tanda berikut.

  • Terdapat tradisi peringatan 10 Muharam atau Hari Asyura di berbagai daerah. Adapun di Sumatera Barat disebut Tabuik.
  • Adanya kesamaan ajaran sufi.
  • Digunakannya istilah Persia dalam pengejaan huruf Arab.
  • Seni kaligrafi di beberapa batu nisan memiliki karakteristik serupa.
  • Keberadaan Islam aliran Syiah khas Iran marak pada awal masuknya agama ini.
  • Munculnya perkampungan Islam di Leren (Leran), Gresik, dan Jawa Timur.
Teori ini awalnya diterima sebagian ahli sejarah, namun diklaim mulai melemah karena suatu alasan. Pada abad 7 Masehi, kekuasaan Islam di Timur Tengah seperti Damaskus, Baghdad, dan Jazirah Arab, masih dikuasai Dinasti Umayyah.

Sejarah itu menjadi penanda bahwa pemuka agama Persia tidak mungkin dapat menjalankan dakwah ke Nusantara. Namun, Teori Persia ini masih tercantum dalam buku mata pelajaran.

2. Teori Gujarat

Teori masuknya Islam ke Indonesia beserta tokohnya pada poin ini merujuk pada pendapat G.W.J Drewes. Kemudian dikembangkan oleh Snouck Hurgronje, J.Pijnapel, W.F. Stutterheim, J.P. Moquette, dan Sucipto Wirjosuparto.

Berdasarkan pendapat tokoh teori masuknya Islam ke Indonesia ini, Islam diklaim berasal dari saudagar asal Gujarat (India). Mereka datang berlayar untuk dagang melewati Selat Malaka.

Kemudian, mereka melakukan kontak dengan masyarakat lokal di bagian barat Nusantara. Lalu memunculkan Kesultanan Samudera Pasai, suatu kerajaan Islam pertama di Nusantara.

Bukti pendukung teori ini adalah makam Malik As-Saleh (Marah Situ) yang berangka 1297. Pria ini merupakan pendiri Kesultanan Samudera Pasai, mempunyai makam nisan yang hampir mirip batu nisan khas Gujarat.

Terdapat pula bukti lain berupa nisan milik pendakwah Maulana Malik Ibrahim, salah satu Wali Songo. Adapun di daerah pesisir utara Sumatera, ada juga nisan bertanggal kalender Arab, yakni 17 Dzulhijjah 831 H.

3. Teori Cina

Tokoh teori masuknya Islam ke Indonesia yang menjelaskan bahwa agama ini berasal dari Cina adalah Sumanto Al Qurtuby dan Slamet Mulyana. Sesuai teori ini, kebudayaan dan kepercayaan kala itu dibawa para perantau muslim Cina.

Pada abad 9 Masehi, orang-orang Cina bermigrasi menuju wilayah Asia Tenggara. Di antaranya ada yang masuk ke wilayah Sumatera, bahkan sampai ke bagian ujung selatannya (Palembang).

Sementara Islam di Cina sudah berkembang sejak masa Dinasti Tang (618-905 Masehi), dirintis oleh Saad bin Abi Waqqash pada masa Kekhalifahan Utsman bin Affan. Ketika migrasi terjadi, muslim Cina banyak yang bermukim dan berdakwah.

Salah satu bukti pendukung Teori Cina adalah banyaknya orang Islam keturunan Cina yang punya pengaruh di Kesultanan Demak. Bahkan, pendiri kesultanan tersebut, Raden Patah, merupakan keturunan langsung muslimah asli Cina.

Adapun Raden Patah memiliki nama Cina sendiri, yaitu Jin Bun. Bukti pendukung lain teori ini dapat dipantau dari keberadaan masjid tua yang berarsitektur Cina di daerah Jawa.

4. Teori Arab

Teori Arab dikemukakan oleh tokoh bernama J.C. van Leur, Anthony H. Johns, T.W. Arnold, dan Abdul Malik Karim Amrullah (Buya Hamka). Melalui teori ini, Islam diklaim masuk ke Indonesia karena dibawa orang-orang Timur Tengah.

Penyebaran ini dianggap terjadi sejak abad 7 Masehi, didukung oleh penjelasan Buya Hamka dalam Sejarah Umat Islam (1997). Buktinya berupa naskah kuno yang menyebutkan bangsa Arab bermukim di sekitar Pantai Barat Sumatera pada 625 M.

Selain itu, terdapat pula bukti pendukung berupa tulisan di batu nisan kuno. Orang yang disemayamkan di sana adalah Syekh Rukunuddin, makamnya bertuliskan “Syekh Rukunuddin di tempat itu bertahun 672 M”.

Adapun T.W. Arnold menjelaskan dukungannya terhadap penjelasan Buya Hamka. Ia menjabarkan bahwa kaum saudagar Arab saat itu cukup dominan, sehingga bisa berdagang di Nusantara.

5. Teori India

Apa teori masuknya Islam ke Indonesia dan tokohnya yang menyebutkan bahwa agama tersebut berasal dari India? Menjawab pertanyaan ini, teori yang menyatakan Islam berasal dari India adalah Teori India.

Pendapat ini disampaikan oleh T.W. Arnold dan Marrison. Mereka menemukan bukti bahwa Islam pertama kali masuk Indonesia melewati Coromandel dan Malabar (daerah India).

Teori ini muncul untuk membantah anggapan bahwa Gujarat menjadi sumber penyebaran Islam ke nusantara. Alasannya, Gujarat belum menjadi pusat perdagangan yang menghubungkan wilayah Timur Tengah dengan kepulauan Nusantara.

Marrison berpendapat, batu-batu nisan yang ditemukan di tempat-tempat tertentu di Nusantara boleh jadi berasal dari Gujarat atau Bengal. Namun, tidak berarti Islam juga datang berasal dari tempat batu nisan itu diproduksi.

Dia mencatat, saat sultan pertama Samudera Pasai wafat tahun 1297 M, Gujarat masih merupakan kerajaan Hindu. Baru setahun kemudian (699/1298) Cambay, Gujarat dikuasai penguasa muslim.

Oleh sebab itu, ia mendukung teori bahwa Islam di Nusantara tidak dari Gujarat. Namun dibawa oleh para pendakwah Muslim dari pantai Coromandel, tepatnya pada akhir abad ke-13.

6. Teori Bangladesh

Teori masuknya Islam ke Indonesia beserta tokohnya yang terakhir adalah Teori Bangladesh. Dikenal pula sebagai Teori Benggali, pendapat ini disampaikan oleh S.Q. Fatimi.

Melalui Teori Bangladesh, disebutkan berbagai macam bukti bahwa Islam masuk ke Indonesia dari Benggali. Alasannya, ada banyak tokoh di Samudera Pasai yang memiliki garis keturunan Benggali.

Teori ini menyatakan Islam mulai berkembang di Nusantara sejak abad ke-11 Masehi. Fatimi memberikan pendapat bahwa seluruh batu nisan di Pasai, termasuk Maulana Malik al-Saleh, atau Teori Gujarat merupakan kekeliruan.

Lewat penelitian, Fatimi memberikan kesimpulan terkait bentuk dan gaya batu nisan Malik al-Saleh berbeda dengan batu asal Gujarat. Namun, disampaikan bahwa itu lebih menyerupai batu nisan kawasan Benggali.

Baca juga artikel terkait SEJARAH ISLAM atau tulisan lainnya dari Ilham Choirul Anwar

tirto.id - Edusains
Kontributor: Ilham Choirul Anwar
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Addi M Idhom
Penyelaras: Yuda Prinada