tirto.id - Seren Taun menjadi salah satu tradisi masyarakat Sunda yang termasuk sebagai warisan budaya tak benda. Simak artikel ini untuk memahami lebih dalam tentang upacara adat Seren Taun dan prosesinya.
Upacara ini sendiri biasanya berlangsung selama 4 hari setiap tahunnya. Masyarakat Sunda akan menggelar kegiatan tradisional ini sesuai pandangan atau makna hidup masyarakat terdahulu pada 18 Rayagung sampai 22 Rayagung.
Dalam prosesinya, masyarakat di sejumlah daerah Jawa Barat akan mengadakan ritual-ritual perayaan tertentu. Upacara adat Sunda ini memiliki keistimewaannya tersendiri sebagai salah satu budaya.
Apa yang Dimaksud dengan Seren Taun?
Tradisi Seren Taun adalah sebuah upacara untuk mensyukuri hasil pertanian oleh masyarakat Sunda di Jawa Barat. Mereka bersyukur atas hasil panen tahun ini, kemudian berharap memperoleh peningkatan pada tahun depan.
Kata “Seren” dalam bahasa Sunda artinya adalah serah atau menyerahkan, sementara “taun” artinya adalah tahun. Dengan begitu, upacara Seren Taun adalah serah terima tahun lalu ke tahun berikutnya.
Objek dalam tradisi Seren Taun adalah padi dan bumi. Kedua objek ini memiliki posisi istimewa dalam hati dan pikiran masyarakat Sunda, sebagai sumber dari segala kehidupan.
Makna dan Filosofi Upacara Adat Seren Taun
Masyarakat Sunda, khususnya para petani, melaksanakan upacara adat Seren Taun sebagai lambang rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala hasil pertanian yang diperoleh.
Tradisi lokal ini berawal dari kepercayaan Sunda Kuno yang memuliakan Dewi Padi, yaitu Nyi Pohaci Sanghyang Asri. Mengutip laman Warisan Budaya Tak Benda Indonesia Kemendikbud, masyarakat Sunda mengharapkan adanya peningkatan hasil panen ketika gelaran acara.
Generasi penerus yang memeluk kepercayaan Sunda Wiwitan masih melaksanakan kegiatan tersebut, begitu pula dengan umat Islam di Jawa Barat yang mencampurkan Seren Taun dengan doa khusus.
Upacara adat Seren Taun pun menjadi suatu tradisi universal masyarakat Sunda, terlepas dari kepercayaan yang mereka pegang. Intinya, mereka mensyukuri hasil panen dan menginginkan adanya peningkatan kuantitas pada tahun berikutnya.
Tata Cara Prosesi Adat Seren Taun di Jawa Barat
Sebelum melaksanakan upacara, masyarakat Sunda akan menetapkan hari untuk prosesi upacara Seren Taun. Proses untuk menentukan tanggal ini dinamakan dengan tradisi atau ritual Neteupken.
Ritual Neteupken melibatkan sejumlah pemuka adat, tetua kampung, serta masyarakat setempat. Neteupkeun ini biasanya berlangsung pada malam hari dengan cara berdoa dan bermusyawarah.
Setelah mencapai mufakat, keesokan harinya pemuka adat dan tetua kampung akan melakukan Ngembang atau ziarah ke makam para leluhur. Mereka nantinya menyampaikan kepada leluhur bahwa dalam waktu yang telah disepakati akan diadakan upacara Seren Taun.
Subiantoro dalam studi berjudul Pergelaran Ritual Seren Taun di Cigugur Kabupaten Kuningan Jawa Barat menjelaskan bahwa tata cara Seren Taun dilaksanakan dalam empat ritual berikut.
- Ritual pembuka Damar Sewu tanggal 18 Rayagung yang memiliki arti "seribu lentera" penerang jiwa.
- Pesta Dadung tanggal 19 Rayagung sebagai ungkapan aktivitas kecintaan petani dalam bekerja dan berdoa, mengelola sawah, dan ternak dari segala macam gangguan (hama).
- Malam Kidung Spiritual tanggal 21 Rayagung sebagai aktivitas spiritual berbagai agama, adat, dan kepercayaan.
- Puncak Seren Taun tanggal 22 Rayagung, terdiri atas persembahan kesenian, ngajayak untuk persembahan hasil bumi (berbagai buah-buahan dan biji-bijian), dan babarit untuk rangkaian tembang rohani berupa doa atau mantra Rajah Pwahaci.
Seren Taun Dilakukan di Daerah Mana Saja?
Upacara Seren Taun di Sunda kerap menjadi ciri khas budaya daerah-daerah tertentu di Jawa Barat. Berikut ini beberapa lokasi yang kerap melaksanakan upacara adat Sunda tersebut.
- Desa Gugur, Kecamatan Cigugur, Kuningan
- Desa Sindang Barang, Kecamatan Taman Sari, Bogor
- Kasepuhan Banten Kidul di Desa Ciptagelar, Kecamatan Cisolok, Sukabumi
- Desa Kanekes, Lebak, Banten
- Kampung Naga, Tasikmalaya
Apa Keistimewaan Budaya Seren Taun di Jawa Barat?
Upacara adat Sunda bernama Seren Taun memiliki berbagai keistimewaannya tersendiri sebagai tradisi daerah. Kendati berawal dari kepercayaan kuno, kini budaya itu bisa terintegrasi dengan berbagai ajaran agama lain.
Mereka mensyukuri nikmat dan hasil panen pertanian kepada Tuhan Yang Maha Esa, terlepas dari kepercayaan yang dianut. Kemudian, mengharapkan panen yang lebih baik kepada Tuhan yang masing-masing dipercayai.
Keistimewaan Seren Taun di Jawa Barat juga meliputi persembahan yang masyarakat suguhkan. Bukan hanya hasil padi, mereka juga mempersembahkan sejumlah kesenian dan doa-doa.
Pastikan untuk membaca berbagai materi pembelajaran tentang budaya di Indonesia atau sejumlah mata pelajaran tertentu di sini.
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Yulaika Ramadhani
Penyelaras: Yuda Prinada
Masuk tirto.id




































