Menuju konten utama

Mendagri Minta Seluruh Kepala Daerah Petakan Titik Rawan Bencana

Sejumlah wilayah Indonesia bagian selatan diprediksi akan menghadapi potensi cuaca ekstrem hingga Januari mendatang.

Mendagri Minta Seluruh Kepala Daerah Petakan Titik Rawan Bencana
Warga mencari lokasi rumahnya di titik bencana tanah longsor di Dusun Situkung, Desa Pandanarum, Kecamatan Pandanarum, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Selasa (18/11/2025). Badan SAR Nasional (Basarnas) mencatat per Senin (18/11/2025) pukul 11.00 WIB terdapat 48 rumah roboh atau hilang, dua warga meninggal dunia, dan 26 orang masih dalam pencarian serta 917 jiwa mengungsi imbas dari bencana longsor tersebut. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/nym.

tirto.id - Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tito Karnavian, meminta seluruh kepala daerah untuk memetakan titik-titik rawan bencana longsor dan banjir di masing-masing daerah saat menghadapi potensi cuaca ekstrem.

Menurut Tito, hal itu perlu dilakukan mengingat maraknya bencana longsor yang terjadi belakangan di Indonesia, seperti di antaranya yang terjadi di Cilacap dan Banjarnegara, Jawa Tengah.

“Belajar dari bencana yang ada di Cilacap dan di Banjarnegara, longsor, maka semua daerah kita minta untuk melakukan, kepala daerah, inventarisasi titik-titik rawan longsor atau banjir karena curah hujan yang tinggi ini,” kata Tito di Kantor Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Jakarta Pusat, Selasa (18/11/2025).

Setelah memetakan titik-titik rawan bencana, para kepala daerah lantas diminta untuk melakukan penguatan di wilayah yang rawan. Apabila tidak mampu dilakukan penguatan, Tito turut mengimbau agar masyarakat di sekitar wilayah rawan untuk direlokasi sementara.

“Kalau memang enggak bisa, ya masyarakatnya direlokasi sementara. Jalan kalau mungkin yang rawan longsor diperbaiki,” ucapnya.

Apabila pemerintah daerah memiliki keterbatasan anggaran untuk melakukan penguatan wilayah bencana ataupun relokasi masyarakat, ia mengatakan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bisa melakukan intervensi.

Langkah-langkah yang bisa dilakukan BNPB menurutnya adalah memberikan anggaran perbaikan wilayah sampai dengan melakukan operasi modifikasi cuaca.

“BNPB dapat melakukan back-up untuk memberikan bantuan anggaran perbaikan maupun juga untuk mencegah bencana ya, maupun juga untuk operasi modifikasi cuaca,” urainya.

Lebih lanjut, Tito menjelaskan, pada bulan November, Desember, hingga Januari mendatang, sejumlah wilayah Indonesia bagian selatan akan menghadapi potensi cuaca ekstrem.

Wilayah-wilayah itu di antaranya adalah pulau Jawa, Bali, NTB, selatan Maluku, hingga selatan Papua.

Wilayah yang perlu mendapatkan atensi khusus disebutnya adalah Jawa dan Bali. Pasalnya, kedua pulau itu memiliki jumlah penduduk yang besar.

“Yang perlu mendapatkan atensi khusus adalah Jawa dan Bali. Kenapa? Karena penduduknya besar. Kalau terjadi longsor di tanah kosong, enggak apa-apa. Tapi kalau terjadi longsor di daerah pemukiman, itu rawan,” jelas Tito.

Mantan Kapolri itu menambahkan, antisipasi cuaca ekstrem dan potensi bencana juga akan dimasifkan menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru).

Pada masa libur nataru, mobilitas masyarakat akan mengalami peningkatan. Oleh karenanya, ia meminta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk terus memberikan peringatan setiap harinya, guna mengantisipasi berbagai potensi bencana.

“Tadi saya sampaikan, BMKG mohon untuk bisa tiap hari ya memberikan warning kepada publik, termasuk kepada kepala daerah supaya bisa diantisipasi kalau ada apa-apa,” tutupnya.

Baca juga artikel terkait CUACA EKSTREM atau tulisan lainnya dari Naufal Majid

tirto.id - Flash News
Reporter: Naufal Majid
Penulis: Naufal Majid
Editor: Siti Fatimah