tirto.id - Banyak novel sejarah Indonesia yang mengangkat kisah fiksi yang menarik. Memadukan fakta sejarah dan imajinasi penulis, cerita-cerita tersebut mampu menghadirkan gambaran hidup masyarakat di masa lampau dengan cara yang lebih emosional dan menggugah.
Novel sejarah menjadi salah satu genre yang terus menarik minat pembaca dari berbagai kalangan. Dengan mengangkat latar belakang suatu peristiwa penting dalam sejarah bangsa, novel-novel ini menyuguhkan kisah yang memikat sekaligus menambah wawasan.
Berbagai peristiwa besar seperti perjuangan kemerdekaan, masa kolonial, hingga konflik politik menjadi panggung bagi tokoh-tokoh fiksi di dalam novel. Tak jarang, novel-novel ini juga menyisipkan kritik sosial dan nilai-nilai kemanusiaan yang relevan hingga hari ini.
Selain menjadi sarana hiburan, novel sejarah juga bisa berfungsi sebagai media pengingat bagi pembacanya. Di tengah derasnya arus informasi modern, karya sastra bertema sejarah akan membantu generasi muda mengenal masa lalu sekaligus budaya bangsanya
Rekomendasi Novel Indonesia Bertema Sejarah

Bagi pecinta sastra yang ingin menyelami masa lalu Indonesia melalui cara yang lebih hidup dan emosional, novel bertema sejarah adalah pilihan yang tepat. Karya-karya ini memiliki cerita yang menarik dan merefleksikan peristiwa penting yang pernah terjadi di Tanah Air. Berikut rekomendasi novel sejarah Indonesia yang patut dibaca:
1. Amba – Laksmi Pamuntjak
Novel sejarah Indonesia ini adalah Amba karya Laksmi Pamuntjak yang memadukan kisah cinta tragis dengan sejarah kelam Indonesia pasca 1965. Cerita ini mengikuti perjalanan hidup Amba, perempuan cerdas dari Kadipura, yang menempuh pendidikan sastra Inggris di Yogyakarta.Ia berhubungan dengan Bhisma Rashad, dokter muda lulusan Jerman Timur. Namun, hubungan mereka terputus secara tragis akibat peristiwa G30S setelah Bhisma menghilang secara misterius. Bertahun-tahun kemudian, Amba mendapat kabar bahwa Bhisma wafat sebagai tahanan politik di Pulau Buru.
Dalam pencarian akan masa lalu dan cintanya yang hilang, Amba menelusuri jejak Bhisma hingga ke Pulau Buru. Di sana, ia menemukan surat-surat yang ditulis Bhisma, mengungkap cinta yang tak pernah padam serta kisah-kisah memilukan tahanan politik. Harga novel ini sekitar Rp110.000 - Rp190.000.
2. Bumi Manusia – Pramoedya Ananta Toer

Bumi Manusia merupakan novel pertama dari tetralogi Buru karya Pramoedya Ananta Toer yang berlatar pada masa penjajahan Belanda. Cerita berfokus pada tokoh Minke, seorang pribumi cerdas yang masuk sekolah elite Belanda.
Di tengah diskriminasi rasial, Minke memperjuangkan keadilan melalui tulisannya. Ia juga mengenal sosok Nyai Ontosoroh, wanita cerdas dan berwawasan luas meski hanya berstatus sebagai simpanan. Minke pun menjalin hubungan dengan putri Nyai Ontosoroh yang bernama Annelies.
Melalui kisah yang kuat dan emosional, Bumi Manusia menampilkan perjuangan individu melawan sistem yang menindas di tengah masa penjajahan yang gelap. Novel sejarah Indonesia Bumi Manusia bisa didapatkan di kisaran harga Rp100.000 - Rp200.000.
3. Pulang – Leila S. Chudori
Novel Pulang mengisahkan Dimas Suryo dan tiga sahabatnya, Nugroho Dewantoro, Risjaf, dan Tjahjadi Sukarna, yang sedang ada di luar negeri ketika peristiwa G30S terjadi. Mereka berada dalam bahaya karena bekerja sebagai wartawan Kantor Berita Nusantara yang saat itu dicap sarang PKI.Paspor mereka pun dicabut sehingga tak bisa kembali ke Tanah Air, bahkan mereka berstatus sebagai buangan politik. Pada akhirnya, mereka menetap di Paris dan membuka sebuah restoran Indonesia bernama “Restoran Tanah Air” untuk bertahan hidup.
Kisah pun berlanjut dengan kehidupan Dimas di Prancis hingga ia menikah dengan Vivienne Deveraux. Novel ini juga mengisahkan putri Dimas, Lintang, yang kembali ke Indonesia hingga menjadi saksi mata peristiwa kelam Mei 1998. Novel sejarah Indonesia ini dibanderol dengan harga sekitar Rp100.000 - Rp130.000.
4. Gadis Kretek – Ratih Kumala

Salah satu novel bertema sejarah yang juga layak dibaca adalah Gadis Kretek. Lebas, anak seorang pengusaha rokok ternama yang sedang sekarat, ditugaskan mencari perempuan misterius bernama Jeng Yah. Pencarian ini membawa Lebas menyusuri jejak sejarah keluarganya sekaligus menggali cinta masa lalu ayahnya yang tak pernah ia ketahui.
Tak hanya itu, Lebas juga akhirnya memahami dinamika industri kretek Indonesia, budaya, hingga konflik sosial-politik di zamannya. Melalui narasi yang memadukan fiksi dan sejarah, Gadis Kretek menyoroti peran penting perempuan dalam industri kretek, serta menggambarkan cinta yang terhalang oleh perbedaan kelas dan zaman.
Kisah ini membawa pembaca pada lintasan waktu antara masa lalu dan masa kini, menelusuri tradisi, perjuangan, hingga warisan budaya Indonesia yang lekat dengan aroma tembakau. Novel yang diterbitkan pada 2012 ini bisa didapatkan di kisaran harga Rp57.000 - Rp75.000.
5. Entrok – Okky Madasari
Entrok mengisahkan Marni, perempuan Jawa buta huruf yang memegang teguh kepercayaan leluhur melalui sesajen dan ritual tradisional. Ia hidup sederhana, bekerja keras tanpa mencuri atau menipu, meski tak mengenal Tuhan yang diajarkan agama formal.Sementara itu, anaknya Rahayu tumbuh sebagai generasi baru, berpendidikan, religius, dan menjunjung akal sehat. Perbedaan keyakinan dan cara pandang membuat hubungan ibu dan anak ini membeku, seolah menjadi orang asing meski terikat darah.
Marni dan Rahayu, meski bertolak belakang, sama-sama menjadi korban rezim yang menindas rakyat kecil. Entrok adalah kisah tentang perempuan yang bertahan dalam dunia yang tak adil dan menjadi korban orang-orang yang berkuasa. Novel ini dapat dibeli dengan harga sekitar Rp65.000.
6. Laut Bercerita – Leila S. Chudori

Laut Bercerita bisa menjadi novel sejarah Indonesia yang bagus. Biru Laut, seorang mahasiswa dan aktivis, disergap secara paksa dan disekap bersama rekan-rekannya karena keterlibatannya dalam gerakan pro-demokrasi menjelang reformasi 1998.
Dalam tahanan gelap, mereka disiksa agar membocorkan nama-nama di balik gerakan mahasiswa. Namun, tak satu pun dari mereka yang menyerah. Di tengah penyiksaan dan ketidakpastian, Laut tetap memegang prinsip, meski akhirnya ia tak pernah kembali.
Sementara itu, keluarga Laut, yakni orang tua dan adiknya Asmara Jati, terus menanti dengan penuh harap. Dua tahun berlalu, Asmara bergabung dengan Tim Komisi Orang Hilang dan berusaha mengungkap kebenaran.
Laut Bercerita adalah kisah yang menggugah tentang keberanian, kehilangan, dan cinta dalam masa kelam sejarah Indonesia. Dari dasar laut yang sunyi, Laut “bercerita” kepada dunia tentang kebenaran yang tak boleh dilupakan. Novel ini bisa didapatkan dengan harga sekitar Rp92.000 - Rp115.000.
7. Ronggeng Dukuh Paruk – Ahmad Tohari
Novel sejarah Indonesia berikutnya adalah Ronggeng Dukuh Paruk. Dalam novel ini, Dukuh Paruk diceritakan kembali hidup setelah Srintil dinobatkan sebagai ronggeng baru. Kecantikan dan pesona Srintil menjadikannya pusat perhatian dan digilai mulai dari rakyat biasa hingga pejabat.Tahun 1965 membawa bencana ketika kekacauan politik ikut menyeret Dukuh Paruk. Dukuh dibakar, Srintil dan para penabuh calung dipenjara. Meski tak disiksa karena kecantikannya, pengalaman kelam itu menyadarkan Srintil akan harga dirinya.
Setelah bebas, ia tak mau melayani lelaki mana pun dan bertekad menjadi wanita biasa yang hidup tenang. Harapan akan masa depan baru pun tumbuh saat Bajus hadir dalam hidupnya, membawa cahaya di tengah luka masa lalu. Novel Ronggeng Dukuh Paruk bisa didapatkan dengan harga sekitar Rp100.000 - Rp140.000.
8. Tenggelamnya Kapal Van der Wijck – Abdul Malik Karim Amrullah

Buku ini termasuk salah satu novel berlatar sejarah Indonesia. Menceritakan Zainuddin, pemuda berdarah campuran Minang-Bugis, yang datang ke Padang Panjang sambil berharap diterima oleh keluarga ayahnya.
Namun, ia justri dianggap asing dan tidak diakui karena garis keturunannya. Di tengah keterasingan itu, Zainuddin menemukan cinta sejatinya pada sosok Hayati, gadis Minang yang lembut dan setia. Sayangnya hubungan tersebut terganjal oleh adat dan diskriminasi yang kuat di masyarakat saat itu.
Kisah Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck bukan sekadar cerita cinta biasa, tapi juga kritik tajam terhadap budaya dan sistem sosial yang mengekang kebebasan individu. Novel ini bisa dibeli dengan harga sekitar Rp90.000.
9. Segala yang Diisap Langit – Pinto Anugrah
Novel ini menceritakan Rabiah, perempuan tangguh dari Minangkabau yang bertekad mematahkan mitos lama tentang garis keturunan bangsawan akan terputus pada generasi ketujuh.Demi memperoleh keturunan, ia bahkan rela menjadi istri kelima dari seorang lelaki. Namun, langkah beraninya justru menabrak dinding adat dan menghadapi penolakan dari Magek, kakak kesayangannya.
Magek telah berubah setelah bergabung dengan Kaum Padri dari utara, ia bahkan siap menghancurkan segala yang Rabiah perjuangkan. Novel Segala yang Diisap Langit dibanderol dengan harga sekitar Rp59.000.
10. Cantik Itu Luka – Eka Kurniawan
Salah satu novel sejarah yang bagus adalah Cantik Itu Luka yang menceritakan Dewi Ayu, perempuan berparas jelita yang hidup era kolonialisme. Kecantikan justru menjadi malapetaka karena penjajah Jepang dan Belanda gemar melampiaskan hasrat mereka pada wanita cantik.Demi bertahan hidup, Dewi dipaksa menjadi pelacur. Kecantikan yang diidamkan banyak orang justru menjadi kutukan, bahkan bagi anak-anak perempuannya yang rupawan. Namun, kutukan seolah pecah ketika anak terakhir Dewi lahir dalam kondisi buruk rupa yang akhirnya ia sebut Cantik, seolah menyindir nasib.
Dewi kemudian meninggal dunia, tapi bertahun-tahun kemudian ia justru bangkit dari kubur. Kebangkitannya membuka lembaran lama tragedi dan rahasia yang mengikat keluarga mereka. Novel ini bisa didapatkan dengan harga sekitar Rp100.000 - Rp125.000.
11. Burung-burung Manyar – Y.B. Mangunwijaya

Burung-Burung Manyar mengisahkan perjalanan hidup Teto, anak tunggal dari keluarga terpandang yang hidupnya berubah drastis akibat kedatangan penjajah Jepang. Ayahnya, Kapten Brajabasuki, telah ditangkap, sementara ibunya terpaksa menjadi gundik demi menyelamatkan keluarga.
Teto tumbuh di tengah pergolakan politik dan gejolak sejarah bangsa, dari masa penjajahan Belanda, pendudukan Jepang, hingga pasca kemerdekaan Indonesia. Di tengah riuh zaman, terselip kisah cinta masa kecil antara Teto dan Atik (Larasati), teman sepermainan yang kini menjadi diplomat.
Namun jalan hidup membuat mereka terpisah. Atik telah menikah dengan Janakatamsi, seorang pria bijak yang justru mengajak Teto menjadi saudara angkat. Dengan penuh haru, Teto menerima ajakan itu. Burung-Burung Manyar dapat dibeli dengan harga sekitar Rp129.000.
12. Wali Sanga – Damar Shashangka
Novel sejarah Indonesia berikutnya adalah Wali Sanga yang menghadirkan potret pergolakan tanah Jawa pasca runtuhnya Majapahit tahun 1478, tepatnya ketika kekuasaan mulai berpindah ke tangan kerajaan Islam pesisir utara, terutama Demak.Di tengah penyebaran Islam besar-besaran, Wali Sanga memainkan peran politik yang kian dominan. Namun, perpecahan mulai muncul saat Syekh Siti Jenar menentang keputusan Sunan Giri yang memerintahkan pembakaran naskah-naskah ajaran leluhur.
Menolak peran ulama sebagai penguasa, Siti Jenar memilih mundur dari majelis, menandai awal keretakan internal para ulama besar. Konflik politik, agama, dan kekuasaan pun memuncak antara tokoh-tokoh besar dalam sejarah Jawa. Novel Wali Sanga bisa didapatkan di kisaran harga Rp70.000 - Rp100.000
13. Orang-Orang Proyek – Ahmad Tohari

Novel sejarah Indonesia selanjutnya adalah Orang-Orang Proyek yang menyinggung masa Orde Baru. Melalui tokoh Kabul, seorang insinyur muda dan mantan aktivis kampus, Orang-Orang Proyek mengungkap sisi kelam pembangunan di Indonesia, khususnya proyek jembatan di sebuah desa kecil.
Kabul dihadapkan pada realitas pahit, yakni korupsi, manipulasi anggaran, dan kepentingan pribadi para pejabat yang mengorbankan mutu proyek serta kesejahteraan rakyat. Sebagai orang berprinsip, Kabul terombang-ambing antara idealisme dan tekanan sistem yang sudah bobrok.
Orang-Orang Proyek bukan hanya cerita tentang pembangunan fisik, tapi juga tentang pembangunan moral dan pertarungan batin seseorang yang ingin tetap bersih di tengah lingkaran kecurangan. Novel ini dibanderol dengan harga sekitar Rp60.000 - Rp77.000.
14. Tanah Surga Merah – Arafat Nur
Tanah Surga Merah menghadirkan kisah seorang mantan tentara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang kembali ke kampung halamannya setelah konflik mereda. Namun, kepulangannya justru membuka luka lama dan mempertemukannya dengan kenyataan baru yang tak mudah diterima.Harapan akan kedamaian dan kehidupan normal terbentur pada sisa-sisa kepentingan politik, luka sejarah, serta perubahan sosial yang mengusik batinnya. Dengan latar konflik politik di Nangroe Aceh Darussalam (NAD), novel ini mengungkap dimensi kemanusiaan yang dalam.
Dibalut dengan gaya penceritaan yang hidup dan reflektif, Tanah Surga Merah menyuguhkan kisah tentang pergulatan identitas, memori, serta secercah harapan. Novel ini bisa didapatkan dengan harga sekitar Rp99.000.
15. Gadis Pantai – Pramoedya Ananta Toer
Gadis Pantai berisi kisah pilu seorang gadis desa muda yang dipaksa menikah dengan seorang Bendoro (tokoh priayi Jawa) karena kemiskinan dan tekanan sosial. Dengan latar Hindia-Belanda dan suasana feodal yang kental, penulis menggambarkan bagaimana sistem kasta dan patriarki menindas perempuan dari kalangan bawah.Sang gadis harus meninggalkan keluarganya untuk menjalani hidup sebagai “istri” yang sebenarnya tidak lebih dari barang titipan. Lewat alur yang terbagi dalam lima babak kehidupan sang gadis, novel ini berisi kritik tajam terhadap feodalisme dan ketidakadilan sosial yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Kisah yang terinspirasi dari pengalaman nenek sang penulis ini adalah potret dari pribadi seorang perempuan tertindas oleh kekuasaan, budaya, dan sejarah. Gadis Pantai dibanderol dengan harga sekitar Rp75.000, tapi ada kemungkinan versi original dan terbitan barunya sulit didapat.
Novel sejarah Indonesia bisa menjadi sarana hiburan sekaligus jendela untuk mengintip peristiwa-peristiwa di masa lalu. Lewat tokoh-tokoh fiksi dan latar belakang yang kuat, pembaca diajak menyelami berbagai peristiwa bersejarah dari sudut pandang yang berbeda. Dari daftar di atas, novel mana yang sudah kamu baca?
Penulis: Erika Erilia
Editor: Erika Erilia & Yulaika Ramadhani
Masuk tirto.id







































