tirto.id - Novel Ronggeng Dukuh Paruk ditulis Ahmad Tohari dan diadaptasi dua kali dalam film layar lebar di Indonesia.
Ronggeng Dukuh Paruk (RDP) adalah satu judul dari trilogi novel karya Ahmad Tohari. Dua judul lainnya adalah Lintang Kemukus Dini Hari dan Jantera Bianglala.
Mulanya, Koran Kompas mempublikasikan cerita dalam novel RDP sebagai cerita bersambung.
Novel RDP memuat cerita kehidupan dan adat kebiasaan masyarakat di Dukuh Paruk. Dukuh ini terletak pada sebuah wilayah di Jawa dengan kondisi memprihatinkan: Terbelakang dan melarat.
Penduduknya memelihara kebodohan dan rasa malas.
Kemudian PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, menerbitkan novel RDP untuk kali pertama di tahun 1982. Sampai dengan Februari 1999, novel ini sudah masuk ke cetakan ke 5.
Lalu, mengutip situs Ensiklopedia Kemdikbud, triloginya disatukan menjadi satu buku dengan judul Ronggeng Dukuh Paruk pada tahun 2003 dan November 2011.
Novel RDP juga diterbitkan dalam edisi bahasa Jepang di tahun 1986. Di samping itu, banyak pula penulisan skripsi yang mengambil novel RDP sebagai objek penelitian. Di kancah perfilman, RDP diangkat dua kali sebagai tema film.
Film pertama berjudul Darah dan Mahkota Ronggeng yang disutradarai Yazman Yazid. Film yang rilis tahun 1983 itu dibintangi Ray Sahetapy dan Enny Beatrice.
Film adaptasi novel RDP selanjutnya berjudul Sang Penari yang dirilis 1983. Film yang dibintangi Prisia Nasution dan Oka Antara ini bahkan meraih 10 nominasi pada Festival Film Indonesia 2011.
Di bawah arahan sutradara Ifa Isfansyah, film Sang Penari memboyong empat Piala Citra untuk penghargaan utama.
Sinopsis Ronggeng Dukuh Paruk
Dikutip dari laman Journal Universitas Pakuan, novel RDP menceritakan kembalinya Srinthil ke Dukuh Paruk.
Srinthil adalah bocah berusia 11 tahun yang berprofesi sebagai ronggeng. Dia dianggap keturunan Ki Secamenggala yang diyakini dapat mengembalikan citra pedukuhan.
Masyarakat setempat meyakini kehadiran Srinthil menjadi pelengkap. Mereka meyakini kelengkapan dukuh terdiri dari keramat Ki Secamenggala, seloroh cabul, sumpah serapah, dan ronggeng bersama perangkat calungnya.
Srinthil adalah anak yatim piatu. Kedua orang tuanya meninggal bersama 16 penduduk lain yang mengalami keracunan tempe bongkrek. Kedua orang tua Srinthil merupakan pembuat tempe itu.
Srinthil yang kala itu masih bayi, lalu dirawat kakek-neneknya. Kakeknya meyakini Srinthil sudah kerasukan indang ronggeng dan dilahirkan sebagai ronggeng dengan restu arwah Ki Secamenggala.
Karena anggapan seperti itulah, Srinthil digembleng menjadi ronggeng. Kartareja, sang dukun ronggeng, mengajak Srinthil mengikuti tahapan sebagai ronggeng sesungguhnya.
Sebagai awalan, Srinthil mandi kembang di depan cungkup makam Ki Secamenggala.
Tahapan lain yang dilalui Srinthil adalah buka kelambu. Dirinya tidak tidak bisa memungut bayaran saat berpentas jika belum melalui tahapan ini.
Di lain sisi, ada Rasus yang keberatan jika Srinthil harus melalui semua syarat tersebut. Dia adalah teman main Srinthil sejak kecil. Rasus merasa sakit hati dan cemburu karena Srinthil menjadi ronggeng.
Profesi ronggeng artinya Srinthil menjadi milik umum. Kegadisan Srinthil disayembarakan. Rasus makin marah saat dirinya yang berusia 14 tahun itu tidak bisa berbuat banyak pada gadis yang dicintainya.
Hingga suatu hari, terjadi pertengkaran antara Dower dan Sulam di emper samping rumah Kertareja untuk memperebutkan keperawanan Srinthil.
Rasus yang juga berada di sisi lain rumah tersebut, tidak bisa melakukan apa pun. Kartareja menyaratkan seringgit uang emas untuk nilai keperawanan Srinthil.
Tapi, Srinthil mendadak muncul dari belakang rumah Kartareja dan mendatangi Rasus. Dia meminta Rasus untuk menggaulinya.
Srinthil lebih suka kehilangan keperawanan karena Rasus, ketimbang dengan dua orang yang sedang memperebutkannya.
Rasus mengiyakan permintaan Srinthil. Setelah itu, giliran Dower dan Sulam. Sementara Kartareja menikmati hasil menjadi mucikari berupa seringgit uang emas dari Sulam, lalu seekor kerbau dan dua keping perak dari Dower.
Meski bisa mendapatkan keperawanan Srinthil, Rasus justru makin benci padanya karena pekerjaan ronggeng itu.
Rasus pergi meninggalkan Dukuh Paruk dan meninggalkan sosok Srinthil sebagai bayang-bayang ibunya yang telah pergi entah ke mana.
Srinthil sempat menawarkan dirinya pada Rasus untuk dinikahi. Namun, Rasus sudah yakin dengan keputusan untuk menolaknya.
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Aditya Widya Putri