tirto.id - Novel Orang-Orang Proyek merupakan karya Ahmad Tohari yang rilis pertama kali pada 2002. Novel Ahmad Tohari ini telah mengalami beberapa kali cetak ulang, di antaranya pada 2015 dan 2019 oleh penerbit Gramedia Pustaka Utama.
Ahmad Tohari merupakan sastrawan kenamaan Indonesia yang karya-karyanya mulai dipublikasikan pada tahun 1970-an. Kubah, salah satu novelnya, mendapat penghargaan sebagai bacaan terbaik dalam bidang fiksi tahun 1980.
Karya-karya Ahmad Tohari memiliki ciri khas yakni menggambarkan realitas sosial, moral, dan politik di Indonesia, termasuk dalam novel Orang-Orang Proyek yang terdiri dari 224 halaman.
Dengan demikian, novel Ahmad Tohari yang menggambarkan kompleksitas kehidupan sosial ini sangat tepat untuk digunakan dalam bahan ajar menulis resensi, utamanya di sekolah. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai novel Orang-Orang Proyek, simak sinopsis novel Orang-Orang Proyek berikut.
Ringkasan Cerita Novel Orang-Orang Proyek
Saat membahas ringkasan novel Orang-Orang Proyek, yang kerap menjadi pertanyaan adalah novel orang-orang proyek menceritakan tentang apa?
Novel orang-orang proyek menceritakan tentang Kabul, seorang insinyur muda yang penuh idealisme. Pada suatu ketika, Kabul terlibat dalam proyek pembangunan jembatan di sebuah desa.
Sayangnya, proyek tersebut tergerus oleh praktik korupsi dan penyelewengan, di mana tikus-tikus kantor memainkan peran krusial.
Meskipun jembatan ini menjadi ajang pamer bagi partai penguasa, Kabul menemui tantangan besar karena proyeknya dijadwalkan harus selesai pada perayaan HUT partai, tanpa memperhatikan standar konstruksi bangunan.
Terlebih lagi, proyek ini memiliki unsur politis, dipesan oleh pemerintah dan didanai oleh golongan penguasa GLM.
Sementara mempertahankan idealismenya, Kabul menyaksikan berbagai penyelewengan seperti penggelapan bahan bangunan, pembangunan di bawah standar, dan pemangkasan uang proyek oleh pemerintah.
Ketika Kabul mencoba memperbaiki situasi dengan meminta penggunaan bahan yang lebih baik dan waktu penyelesaian yang wajar, ia dihadapkan pada penolakan bosnya, Dalkijo.
Meskipun sang bos merayu dan mengancam, Kabul tetap pada pendiriannya dan bahkan memilih mengundurkan diri.
Keputusannya ini tidak hanya berdampak pada kariernya, tetapi juga memaksa Kabul berpisah dengan Wati, sekretaris yang dicintainya.
Meskipun kehidupannya menjadi tidak pasti setelah keluar dari proyek, Kabul menemukan keteduhan dalam pelukan biyungnya.
Tokoh-Tokoh dalam Novel Orang-Orang Proyek
Melalui interaksi para tokoh dalam cerita Orang-Orang Proyek, novel Ahmad Tohari menggambarkan kompleksitas hubungan antar manusia. Dari para tokoh juga digambarkan mengenai kritik terhadap praktik korupsi serta pentingnya kejujuran.
Berdasarkan novel Orang-Orang Proyek, berikut ini beberapa tokoh yang menjadi elemen kunci dalam mengembangkan alur cerita dan mengeksplorasi tema yang diangkat.
Kabul
Dalkijo
Wati
Pak Tarya
Pak Kades
Kesimpulan dan Amanat Cerita Novel Orang-Orang Proyek
Novel Ahmad Tohari Orang-Orang Proyek menyajikan gambaran kompleksitas pembangunan proyek jembatan di desa, di mana konflik moral, korupsi, dan dinamika sosial memainkan peran krusial.
Melalui tokoh utamanya, Kabul, pembaca disuguhkan dengan perjuangan seorang insinyur muda yang berhadapan dengan realitas proyek yang dipenuhi oleh penyimpangan moral dan kebobrokan sistem.
Adapun dirangkum dari jurnal NOSI, Vol. 10, No. 2 (2022), amanat yang terkandung dalam novel Orang-Orang Proyek, antara lain:
1. Integritas dan kejujuran
Novel ini mengamati pentingnya integritas dan kejujuran dalam melaksanakan proyek pembangunan. Kabul, dengan prinsip-prinsipnya yang teguh, menunjukkan bahwa mempertahankan integritas adalah langkah yang sulit namun penting untuk melawan korupsi.2. Tanggung jawab dan hak
Amanat cerita juga menyoroti keterkaitan antara tanggung jawab individu dan kelompok dengan hak-hak yang dimiliki. Kabul mempertahankan kejujurannya, meskipun itu mengancam hak dan tanggung jawabnya dalam proyek.3. Kritik terhadap pembangunan yang tidak berkeadilan
Novel ini memberikan kritik terhadap pembangunan yang tidak mempertimbangkan keadilan, baik dalam distribusi sumber daya maupun keputusan yang diambil demi kepentingan politik.Penulis: Umi Zuhriyah
Editor: Dhita Koesno