Menuju konten utama

Resensi Novel Ayat-Ayat Cinta dan Pesan Moralnya

Novel Ayat-Ayat Cinta termasuk buku fiksi. Baca resensi novel Ayat-Ayat Cinta di bawah ini untuk memahami tokoh dan pesan moralnya.

Resensi Novel Ayat-Ayat Cinta dan Pesan Moralnya
Novel Ayat-Ayat Cinta. FOTO/Wikipedia

tirto.id - Ayat-Ayat Cinta merupakan novel karya Habiburrahman El Shirazy yang diterbitkan oleh Penerbit Republika dan Pesantren Basmala Indonesia pada Desember 2004. Novel yang bercerita tentang percintaan dengan nuansa islami ini tercatat sebagai novel best seller pada era 2000-an.

Kepopuleran Ayat-Ayat Cinta mengantarkannya menjadi novel terbaik versi Pena Award dan The Most Favorite Book pada 2005. Sementara itu, selama kurun tiga tahun, tepatnya pada Desember 2007, novel Ayat-Ayat Cinta mencapai cetakan ke-30, dengan rerata penjualan 7.142 eksemplar per bulan.

Novel Ayat-Ayat Cinta pun diadaptasi menjadi film berjudul sama oleh sutradara Hanung Bramantyo. Sinema tersebut tayang pada 2008.

Novel Ayat-Ayat Cinta termasuk buku fiksi. Meski begitu, novel yang berlatar tempat di Mesir ini diakui sebagai karya fenomenal dengan dimensi politik, budaya, etika, religi, fikih, dan dakwah.

Lantas, novel Ayat-Ayat Cinta bercerita tentang apa? Untuk mengetahui lebih lanjut simak uraian berikut.

Ayat-Ayat Cinta Bercerita Tentang Apa?

Ayat-Ayat Cinta bercerita tentang percintaan yang dibalut nilai-nilai islami. Namun, ceritanya tidak hanya berfokus pada kehidupan percintaan seseorang, melainkan juga mengenalkan perspektif Islam tentang cinta.

Cerita ini menampilkan kehidupan sederhana, yang sekaligus menggarisbawahi urgensi menjalani hidup sesuai dengan ajaran Islam, terutama dalam perjuangan mencari ilmu di luar negeri. Kisah percintaan dalam novel ini berpusat pada Fahri bin Abdullah Siddiq, seorang mahasiswa Universitas Al Azhar di Mesir, yang tinggal bersama teman-temannya dalam flat sederhana.

Lalu, siapa saja tokoh dalam novel Ayat-Ayat Cinta? Berikut beberapa tokoh yang ada dalam novel Ayat-Ayat Cinta:

  • Fahri, tokoh utama.
  • Noura, tokoh perempuan yang juga tertarik kepada Fahri.
  • Maria, gadis Kristen Koptik yang tertarik pada Al-Qur'an.
  • Nurul, anak seorang kiai terkenal.
  • Aisha, gadis asal Jerman yang menarik hati Fahri.

Ayat-Ayat Cinta bukan sekadar cerita percintaan biasa. Novel ini memperkaya pengetahuan pembaca dengan nilai-nilai keagamaan dalam konteks hubungan cinta. Cinta yang digambarkan tidak hanya terbatas pada hubungan antarmanusia, melainkan juga mencakup cinta kepada Tuhan dan rasul. Hal ini bisa dibilang merupakan cara unik dalam menyampaikan nilai-nilai keislaman.

Dalam perkembangan cerita, timbul konflik ketika Fahri dituduh memperkosa Noura, putri keluarga Bahadur yang seringkali mendapat perlakuan kasar dari ayahnya. Fahri kemudian dihadapkan pada persidangan yang menentukan nasibnya. Dalam situasi ini, Maria yang sedang koma memiliki peran penting untuk membuktikan kebenaran.

Resensi Novel Ayat-Ayat Cinta

Novel Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy menggunakan sudut pandang pelaku ketiga serba tahu. Tokoh utamanya bernama Fahri. Dalam setiap bagian cerita, Fahri menggambarkan kejadian-kejadian sebagai pengalaman pribadinya, menjadikannya pusat fokus keseluruhan cerita.

Cerita novel ini mengisahkan perjalanan hidup Fahri, seorang pemuda Indonesia yang menuntut ilmu di Al Azhar Mesir. Dari cerita tersebut, novel ini dapat disebut sebagai karya pembangun jiwa yang mengandung ajaran agama dengan disajikan secara estetis, demikian dilansir dari Jurnal LATERALISASI Vol. 7, No. 2 (2019).

Tema utama novel ini adalah tentang percintaan dengan nuansa religi di sekitar Timur Tengah. Berkaitan dengan kisah cinta novel ini, pembaca akan dibawa ke dalam kisah cinta yang berkembang di antara beberapa tokoh, seperti Fahri, Maria, Aisha, Nurul, dan Noura.

Latar tempat novel ini beragam, melibatkan sejumlah lokasi di sekitar Cairo, Mesir, seperti di Masjid Abu Bakar Ash-Shidiq yang terletak di Shubra El-Kaima, ujung utara Cairo; serambi Masjid Al-Azhar; Dokki, tepatnya di Masjid Indonesia Cairo; Rab’ah El-Adawea; dan masih banyak lagi.

Latar waktu, yang mencakup pagi, siang, sore, dan malam, pun menambahkan kelengkapan dalam novel ini. Sementara itu, suasana dalam cerita ini cukup bervariasi, dari kebahagiaan hingga keharuan.

Alur cerita novel termasuk jenis alur campuran alias maju dan mundur. Jenis alur ini digunakan oleh penulis untuk memaparkan kisah masa lalu para tokoh. Kilas balik masa lalu tersebut membawa daya tarik tersendiri pada novel ini.

Dikutip dari BASASTRA Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya Vol. 1, No. 3 (2014), kelebihan novel ini terletak pada penggambaran sosial budaya Timur yang hidup, bahasa yang mengalir, penokohan yang kuat, dan penyampaian tema cinta yang kental dengan nuansa agama. Lalu, pesan apa saja yang terdapat dalam novel Ayat-Ayat Cinta?

Pesan Apa Saja yang Terdapat dalam Novel Ayat-Ayat Cinta?

Pesan yang terdapat dalam novel Ayat-Ayat Cinta mencakup aspek ketaatan terhadap perintah agama, sikap hormat, tolong-menolong, kasih sayang sesama manusia, dan kesabaran menghadapi ujian. Amanat novel tersebut mencerminkan nilai-nilai keislaman yang diusung oleh si penulis.

Dengan menyampaikan pesan tersebut, pembaca diharapkan dapat mengambil hikmah dan mempraktikkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Secara lebih lengkap, berikut pesan moral novel Ayat-Ayat Cinta.

1. Ketaatan dan kehidupan beragama

Sebagai seorang muslim, ketaatan melaksanakan ibadah, seperti salat, bersyukur kepada Allah, berdoa, serta berpegang teguh pada Al Quran dan hadis, adalah hal yang sangat penting. Pesan itulah yang terdapat dalam novel Ayat-Ayat Cinta.

2. Etika dan moral dalam hubungan sesama manusia

Amanat lain yang terdapat dalam novel Ayat-Ayat Cinta adalah pentingnya menjaga etika dan moral dalam hubungan antarmanusia. Memberikan hormat kepada orang lain, tolong-menolong, dan menyayangi sesama manusia, merupakan nilai-nilai yang perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Kesabaran dalam menghadapi rintangan

Kehidupan penuh dengan ujian dan rintangan. Pesan moral dalam novel ini menekankan pentingnya kesabaran dalam menghadapi masalah atau rintangan dalam mencapai tujuan hidup.

4. Berbaik sangka kepada Allah

Menanamkan sikap berbaik sangka kepada Allah, yaitu percaya bahwa setiap ujian yang diberikan pasti memiliki hikmahnya. Hal ini membantu seseorang untuk tetap kuat dan berserah diri kepada-Nya dalam setiap kondisi.

Baca juga artikel terkait BAHASA INDONESIA atau tulisan lainnya dari Umi Zuhriyah

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Umi Zuhriyah
Penulis: Umi Zuhriyah
Editor: Fadli Nasrudin