Menuju konten utama

Ringkasan Novel Laut Bercerita dan Amanat yang Disampaikan

Tema Laut Bercerita, novel yang ditulis oleh Leila S. Chudori, adalah sejarah penghilangan aktivis mahasiswa pada masa Orde Baru.

Ringkasan Novel Laut Bercerita dan Amanat yang Disampaikan
Foto Novel Laut Bercerita Cetakan ke-48. Dimabil dari Tangkapan Layar - Novel "Laut Bercerita" karya Leila S. Chudori. (YouTube/KPG)

tirto.id - Laut Bercerita merupakan novel fiksi sejarah karya penulis cum jurnalis, Leila S. Chudori, yang rilis pada Oktober 2017 oleh Kepustakaan Populer Gramedia. Lantas, bagaimana alur yang tergambar dalam novel Laut Bercerita?

Novel Laut Bercerita mengisahkan tentang seorang mahasiswa sekaligus aktivis pada masa Orde Baru. Tokoh Laut Bercerita yang paling utama bernama Biru Laut Wibisana. Lalu, apakah Laut Bercerita diambil dari kisah nyata?

Penulisan novel Laut Bercerita terinspirasi dari kisah nyata hilangnya para aktivis pada masa pemerintahan diktator Orde Baru. Novel berlatar era 1990-an hingga 2000-an ini menghadirkan cerita masa lalu yang sarat dengan peristiwa traumatis tak terlupakan.

Hingga hari ini, aktivis yang dihilangkan oleh negara masih menjadi suatu misteri besar yang belum terpecahkan. Tercatat masih ada 13 aktivis yang hilang. Di antaranya adalah Noval Alkatiri, Herman Hendrawan, Suyat, Ucok Munandar Siahaan, dan Wiji Thukul.

Ringkasan cerita dari novel Laut Bercerita pernah diadaptasi ke dalam bentuk film pendek oleh sutradara ternama, Pritagita Arianegara, yang rilis pada Desember 2017. Sama dengan bukunya, film pendek Laut Bercerita pun banyak diminati, khususnya oleh kalangan mahasiswa.

Hingga 2020, novel Laut Bercerita tercatat telah dicetak ulang sembilan kali. Novel ini juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh John McGlynn dengan judul The Sea Speaks His Name pada Februari 2020.

Untuk memahami lebih dalam tentang novel Laut Bercerita, simak ringkasan cerita dari novel Laut Bercerita dan amanat dari cerita Laut Bercerita berikut.

Ringkasan Isi Novel Laut Bercerita

Novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori mengisahkan kisah dramatis mahasiswa aktivis pada masa Orde Baru di Indonesia. Tokoh utama dalam novel ini bernama Biru Laut Wibisana.

Pada era '90-an, Biru Laut, seorang mahasiswa Sastra Inggris di Universitas Gadjah Mada, bersama teman-temannya membentuk kelompok perlawanan Wirasena dan Winatra. Kelompok tersebut berjuang melawan rezim Orde Baru yang dianggap bertentangan dengan nilai-nilai mereka.

Novel ini menggambarkan perjalanan hidup dan perjuangan Biru Laut, termasuk hubungannya dengan teman-temannya, seperti Kinan, Alex, Daniel, Sunu, dan Bram.

Alur yang tergambar dalam novel Laut Bercerita dibagi menjadi dua babak. Babak pertama menceritakan kisah pada rentang 1991-1998 dan babak kedua pada periode 2000-2007.

Kedua babak tersebut diceritakan dengan sudut pandang yang berbeda oleh Biru Laut dan adiknya, Asmara Jati.

Pada babak pertama, melalui sudut pandang Biru Laut, pembaca dibawa ke masa awal '90-an, 1991 hingga 1998. Ketika itu, aktivis mahasiswa tersebut aktif dalam kegiatan perlawanan dan diskusi bersama teman-temannya.

Mereka berusaha mengubah sistem pemerintahan yang dianggap tidak sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi dan keadilan. Akan tetapi, pihak aparat negara selalu mengetahui rencana aksi mereka. Usaha mereka sering kali digagalkan.

Puncak cerita terjadi pada Maret 1998. Wirasena ditangkap dan disiksa secara brutal oleh aparat negara. Beberapa aktivis dilepaskan, tetapi sejumlah lainnya, termasuk Biru Laut, menghilang tanpa jejak.

Babak kedua novel mengambil sudut pandang Asmara Jati, adik Biru Laut, pada rentang 2000 hingga 2007. Asmara Jati, bersama keluarga dan teman-teman aktivis yang tersisa, berusaha mencari keberadaan Biru Laut dan kawan-kawannya yang hilang.

Mereka mendirikan lembaga khusus untuk menangani kasus orang dihilangkan oleh negara, sembari berharap pemerintah segera menuntaskan masalah tersebut. Meskipun ditemukan informasi mengenai tulang belulang manusia di Kepulauan Seribu, Asmara Jati tetap tidak yakin bahwa itu adalah kakaknya.

Bagian kedua Laut Bercerita, novel yang diambil dari kisah nyata, lebih menyoroti rasa kehilangan, keputusasaan, dan ketidakpastian, keluarga dan teman-teman aktivis yang ditinggalkan. Meski telah lama berlalu, misteri hilangnya Biru Laut dan rekan-rekannya tetap menjadi beban emosional bagi orang-orang yang ditinggalkan.

Dalam dua bagian novel ini, Leila S. Chudori menyampaikan cerita tentang perlawanan terhadap pemerintahan otoriter, pengkhianatan, serta ketidakpastian, yang melingkupi kehidupan aktivis dan keluarganya. Keseluruhan cerita Laut Bercerita memberikan gambaran yang mendalam tentang masa Orde Baru di Indonesia dengan narasi yang memikat dan penuh makna.

Bagaimana Akhir Cerita Novel Laut Bercerita?

Akhir cerita novel Laut Bercerita penuh dengan tragedi dan trauma bagi keluarga Biru Laut. Pada bagian akhir, cerita berfokus pada keluarga yang kehilangan salah satu anggota keluarganya, termasuk Biru Laut, yang menjadi buronan rezim Orde Baru.

Sebelum ditangkap oleh aparat, Biru Laut sempat mengabarkan keluarganya melalui surat dengan nama samaran. Namun, takdirnya berakhir tragis dengan perintah tembak dan Laut menjadi buronan.

Dalam keluarga Biru Laut terdapat ritual rutin saban Minggu bernama Minggu Bersama Keluarga. Setelah Biru Laut tak pernah kembali, bapak dan ibunya tetap mempertahankan ritual mingguan tersebut.

Meja makan masih ditata untuk empat orang, dan lagu-lagu klasik seperti The Beatles melantun sebagai bagian dari ritual tersebut. Penggambaran ini mencerminkan kerinduan keluarga terhadap kebersamaan, yang telah hilang karena penghilangan paksa para aktivis oleh Orde Baru.

Trauma yang dialami oleh keluarga tidak hanya terlihat dari ritual Minggu yang terus berlanjut, tetapi juga dalam kegiatan sehari-hari.

Ibu Biru Laut terus memasak makanan kesukaannya pada sore hari. Sementara itu, bapak Biru Laut dengan tersendat-sendat menyediakan empat piring, termasuk satu piring yang kosong menanti pemiliknya yang tak kunjung pulang. Hal tersebut menciptakan gambaran suasana kekosongan dan kehilangan yang dirasakan keluarga.

Asmara Jati juga mengalami trauma. Lambat laun ia merasa perlu membujuk membujuk orang tuanya untuk menerima kenyataan bahwa kakaknya telah tiada. Namun, sia-sia saja. Hal itu terlampau sulit bagi orang tuanya.

Keluarga ini tetap hidup dalam penyangkalan, tidak ingin menerima bahwa Biru Laut telah meninggal. Bagian ini menyoroti penderitaan yang dialami oleh keluarga yang ditinggalkan, bukan hanya mereka yang pergi.

Apa Pesan Moral dan Amanat Novel Laut Bercerita

Kesimpulan novel Laut Bercerita berakhir sedih akibat hilangnya aktivis di era Orba dan penderitaan keluarga yang ditinggalkan. Namun, novel yang berlatar sosial pada masa pemerintahan represif Orde Baru ini mengandung sejumlah pesan moral dan amanat yang masih relevan hingga sekarang.

Secara umum, amanat dari cerita novel ini menciptakan kesadaran akan pentingnya memahami, menghormati, dan menjaga nilai-nilai demokrasi. Novel Laut Bercerita juga memperingatkan tentang bahaya ketidakadilan dalam pemerintahan otoriter. Secara lebih lengkap, berikut ini penjelasan beberapa amanat dari cerita Laut Bercerita.

1. Peringatan terhadap kekuasaan represif

Cerita menyoroti masa-masa akhir Orde Baru di Indonesia dan kekuasaan represif yang dijalankan oleh rezim tersebut. Pembaca diingatkan akan bahaya dan kekejaman penguasa otoriter yang cenderung menindas suara-suara kritis.

2. Mengingatkan dampak dari tindakan represif pemerintah

Cerita menyoroti dampak yang mendalam dari kehilangan anggota keluarga akibat tindakan represif pemerintah. Keluarga yang ditinggalkan mengalami trauma berkepanjangan, dan individu seperti Asmara Jati terpaksa menghadapi konflik internal dan eksternal akibat peristiwa tragis tersebut.

3. Pentingnya pencarian keadilan pasca-Reformasi

Dengan merinci upaya Asmara Jati dan kelompok Kamisan dalam mencari keadilan pasca-Reformasi, novel ini menekankan pentingnya meneruskan perjuangan untuk mengungkap kebenaran dan mendapatkan keadilan bagi korban pelanggaran hak asasi manusia.

4. Pentingnya mengenang sejarah

Melalui narasi yang kuat, novel ini mengajak pembaca untuk tidak melupakan sejarah kelam Indonesia pada masa Orde Baru. Dengan mengenang peristiwa dan penderitaan tersebut, diharapkan generasi selanjutnya dapat menjaga dan memperjuangkan nilai-nilai kebebasan dan keadilan.

Baca juga artikel terkait RINGKASAN NOVEL atau tulisan lainnya dari Umi Zuhriyah

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Umi Zuhriyah
Penulis: Umi Zuhriyah
Editor: Fadli Nasrudin