tirto.id - Novel Bekisar Merah merupakan buku fiksi karya Ahmad Tohari yang terbit di tahun 1993.
Dikutip dari Ensiklopedia Kemdikbud, novel ini pernah mendapatkan hadiah sastra dari The S.E.A Write Award 1995 yang dihelat di Bangkok, Thailand. Penerbitnya adalah Gramedia Pustaka Utama.
Istilah "bekisar merah" yang dijadikan judul novel ini merupakan perlambangan dari tokoh di dalamnya, bernama Lasiyah.
Bekisar merupakan ayam hasil kawin silang antara ayam hutan dan ayam biasa. Lalu, merah menyiratkan sebuah warna yang indah untuk dipandang.
Begitu pula novel tersebut menggambarkan sosok Lasiyah. Dirinya perempuan keturunan yang memiliki keindahan, sampai-sampai ada pria tua yang bertekad meminangnya sebagai istri muda.
Cerita tentang Lasiyah bisa disimak dalam novel setebal 312 halaman berukurannya 18 x 11 cm.
Sebelum novel dirilis, kisah Bekisar Merah sudah dipublikasikan sebagai cerita bersambung di surat kabar Kompas pada Februari hingga Mei 1993.
Di samping Bekisar Merah, Ahmad Tohari juga memiliki novel lain yang cukup populer.
Di antara karyanya adalah trilogi Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kemukus Dini Hari, dan Jantera. Kisah dalam Ronggeng Dukuh Paruk bahkan telah diangkat ke layar lebar sebanyak dua kali.
Sinopsis Novel Bekisar Merah
Novel Bekisar Merah mengikuti kisah dari tokoh bernama Lasiyah. Dia adalah perempuan keturunan Jepang-Jawa yang berparas cantik. Ayahnya dari Jepang dan Ibunya perempuan Jawa.
Lasiyah, yang kerap disapa Lasi, hidup dalam kesusahan. Di usia mudanya, dia sudah menjadi janda lantaran bercerai dari suaminya yang berprofesi sebagai penyadap nira.
Lasi hidup dalam garis kemiskinan yang memprihatinkan.
Suatu hari, Pak Handarbeni mendapatkan sebuah foto yang menampilkan sosok Lasi. Di situ, Lasi mengenai busana Jepang berkelir merah. Pak Han lantas menjulukinya bekisar merah.
Sebagai janda muda, Pak Han menaruh hati pada Lasi. Lasi pun dijadikannya istri muda.
Selanjutnya, dirinya diboyong ke kota dan hidup berkecukupan menikmati status sosial sebagai istri dari Pak Han yang kaya raya.
Hanya saja, Pak Han menyadari jika dirinya sudah mulai menua. Kemampuannya untuk menyalurkan hasrat seksual tidak lagi seperti dulu akibat lemah syahwat.
Dia memahami bahwa Lasi mungkin akan tidak bisa tercukupi kebutuhan biologisnya.
Akhirnya, Pak Han mengizinkan Lasi jika memang mau bersenggama dengan pria lain yang disukainya.
Pak Han hanya mengajukan satu syarat yaitu Lasi tidak boleh menceraikannya. Namun, Lasi justru tidak nyaman bila harus serong dengan pria lain, apalagi melakukan persenggamaan yang tergolong perbuatan dosa.
Kelamaan, Lasi mulai terusik dan memerlukan kehangatan seorang pria. Lasi tetap memilih setia demi Pak Han.
Sampai akhirnya, datang seorang pria bernama Kanjat yang tubuhnya gagah dan merupakan teman main Lasi saat kecil.
Lasi berkeluh kepada Kanjat bahwa dirinya merasa seperti di dalam sangkar "bekisar merah". Dia ingin lepas dan memulai kehidupan baru.
Di sisi lain, Kanjat yang sebenarnya juga suka Lasi tidak bisa berbuat banyak dan tidak ingin merusak biduk rumah tangga temannya itu.
Suatu hari, Lasi meminta izin untuk pulang ke kampung halamannya demi melepas rasa suntuk.
Rumah orang tuanya pun direnovasi dan dia mengunjungi mantan suaminya yang bernama Darsa untuk memberi bantuan. Darsa sudah menikah kembali dengan Sipah.
Setelah itu, Lasi mulai berpikir bahwa dirinya mesti memutuskan apakah tetap menjadi istri Pak Han atau bercerai darinya.
Dia benar-benar butuh dipuaskan biologisnya, namun dia juga akan kehilangan kekayaan jika bercerai.
Begitulah nasib Lasi, sosok perempuan yang berada dalam dilema tapi masih memegang makna kesetiaan dalam rumah tangga.
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Dhita Koesno