tirto.id - Novel Cantik Itu Luka (2002) merupakan salah satu karya Eka Kurniawan, penulis Indonesia yang mendunia beberapa tahun terakhir. Buku-buku fiksi Eka Kurniawan umumnya bertema serius dan memiliki penggemarnya sendiri.
Cantik Itu Luka merupakan novel pertama Eka Kurniawan yang menarik perhatian internasional. Pada 2006, novel ini diterjemahkan ke bahasa Jepang dengan tajuk Bi wa Kizu.
Saat ini, Cantik Itu Luka sudah diterjemahkan ke puluhan bahasa di dunia, serta dipandang mewakili sastra Indonesia kontemporer di kancah internasional.
Pada 2018, berkat novel Cantik Itu Luka, Eka Kurniawan diganjar penghargaan prestisius Prince Claus Award oleh Kerajaan Belanda.
Eka Kurniawan dianggap dapat mengeksplorasi sejarah Indonesia yang sangat kompleks, serta menggambarkannya lewat karya fiksi.
Laman resmi Prince Claus Award menuliskan bahwa karya-karya Eka kerap kali dibandingkan dengan gaya penulisan Gabriel Garcia Marquéz, termasuk Cantik Itu Luka yang dianggap memiliki kemiripan gaya dengan Seratus Tahun Kesunyian (1967) karya Gabriel Garcia Marquéz.
Dilansir situs buku Goodreads, novel setebal 490 halaman ini memperoleh rating memuaskan, yakni 4 dari 5.
Sinopsis Cantik Itu Luka (2002) yang Ditulis Eka Kurniawan
Novel Cantik Itu Luka becerita tentang alur hidup Dewi Ayu, pelacur cantik di zaman kolonial. Garis hidup dan keturunan Dewi Ayu sangat unik, mulai dari silsilah ayah-ibu hingga anak-anaknya yang kelak banyak membawa pengaruh di Halimunda, wilayah rekaan Eka Kurniawan.
Sejak kecil, Dewi Ayu tumbuh tanpa asuhan ayah dan ibu yang terusir karena kawin sedarah (perkawinan saudara tiri). Dewi Ayu diasuh oleh kakek-neneknya. Ia tumbuh menjadi gadis kuat dan pemberani.
Salah satu bukti keberaniannya adalah ketegarannya hidup di penjara saat Jepang menyerang Hindia Belanda. Di tempat penahanan itulah, Dewi Ayu menyerahkan kesuciannya demi membantu rekannya di barak penampungan.
Dua tahun kemudian, Dewi Ayu termasuk salah satu di antara 19 gadis tahanan yang dipindahkan ke rumah mewah yang dikelola Mama Kalong.
Di tempat itulah, Dewi Ayu memulai hidupnya sebagai pelacur untuk melayani nafsu para tentara Jepang.
Selama menjadi pelacur, Dewi Ayu melahirkan empat anak perempuan. Semuanya tidak jelas identitas ayahnya.
Sebagaimana ibunya, tiga dari putri Dewi Ayu berparas sangat cantik. Dewi Ayu merasa bahwa mengasuh anak-anak yang sangat cantik amat merepotkan.
Karena itulah, ketika hamil anak keempat, ia berharap bahwa anaknya menjadi anak buruk rupa dan demikianlah yang terjadi.
Akan tetapi, Dewi Ayu tidak sempat menyaksikan putri bungsunya tersebut. Ironisnya, sebelum ia meninggal, Dewi Ayu memberi nama putri buruk rupanya itu dengan nama Si Cantik.
Demikianlah kehidupan Si Cantik yang penuh luka. Nama yang ia emban sangat memberatkan hidupnya karena senyatanya ia berparas buruk rupa, tidak cantik rupawan sama sekali.
Simak kisah kelanjutan Si Cantik dan petualangan hidup Dewi Ayu dalam novel Cantik Itu Luka (2002) karya Eka Kurniawan.
Editor: Addi M Idhom