Menuju konten utama

Ringkasan Novel Bumi Manusia, Tokoh, dan Kesimpulannya

Resensi novel Bumi Manusia berikut ini menyajikan sudut pandang penceritaan, nilai-nilai yang terkandung, dan ringkasan isi. Baca selengkapnya di bawah ini.

Ringkasan Novel Bumi Manusia, Tokoh, dan Kesimpulannya
Ilustrasi Novel Bumi Manusia yang ditulis oleh Pramoediya Ananta Toer.

tirto.id - Bumi Manusia merupakan novel yang ditulis Pramoedya Ananta Toer, salah satu penulis paling berpengaruh dalam sejarah sastra Indonesia. Novel Bumi Manusia ditulis oleh Pram ketika menjadi tahanan politik di Pulau Buru.

Novel Bumi Manusia diterbitkan pertama kali pada 1980 oleh Hasta Mitra. Novel tersebut merupakan buku pertama dari Tetralogi Pulau Buru.

Sejak pertama kali dirilis, novel Bumi Manusia meraih popularitas tinggi hingga menjadi best seller di Indonesia. Namun, pada cetakan kelima, Bumi Manusia dilarang beredar pada masa pemerintahan Orde Baru. Setelah berakhirnya pemerintahan Soeharto, novel ini kembali dicetak ulang untuk yang keenam kalinya, tepatnya pada Februari 2001.

Ringkasan isi novel Bumi Manusia mengambil latar belakang masa pemerintahan kolonial di Hindia Belanda, dengan menghadirkan konflik-konflik sosial, kelas, dan politik, yang kompleks. Ceritanya berfokus pada tokoh utama bernama Minke, keturunan priyayi yang bisa mengakses sekolah Belanda HBS.

Novel Bumi Manusia dapat dijadikan sebagai bahan belajar untuk membuat resensi. Pembuat resensi dapat membuat analisis yang mendalam mencakup aspek sejarah penerbitan, pengaruh penulis, serta elemen sastra dalam novel.

Ringkasan Isi Novel Bumi Manusia

Untuk memahami lebih dalam tentang cerita novel Bumi Manusia, simak ringkasan cerita novel Bumi Manusia berikut.

Bumi Manusia mengisahkan kehidupan Minke, seorang siswa HBS keturunan priyayi, yang menjadi satu-satunya orang Indonesia di antara siswa Belanda. Dengan privilese tersebut, ia mendapat kesempatan bersekolah di sekolah menengah atas berbahasa Belanda.

Lulus dengan prestasi tinggi, Minke menyadari bahwa kehidupannya sebagai keturunan priyayi membuatnya lebih dihormati dibanding pribumi lain. Di sisi lain, ia juga menyadari ketidakadilan sosial dan rasialis terjadi di lingkungan sekitarnya.

Cerita ini mencakup jalinan cinta Minke dan Annelies, putri dari Herman Mellema dan Nyai Ontosoroh. Hal itu membawa Minke pada petualangan yang menggugah, serta menyentuh kompleksitas hubungan sosial dan kelas.

Meskipun Minke penuh privilese sebagai pribumi cerdas, interaksinya dengan masyarakat kolonial membuka matanya terhadap ketidaksetaraan dan isu-isu rasial.

Hubungan persahabatan Minke dengan pelukis Perancis, Jean Marais, dan interaksinya dengan keluarga Mellema menggambarkan ketidakadilan sistem kolonial dari berbagai sudut pandang. Setelah kematian Herman Mellema, Minke dan Nyai Ontosoroh berjuang melawan hukum kolonial.

Buku pertama dari Tetralogi Pulau Buru tersebut mengeksplorasi kompleksitas masyarakat Indonesia pada akhir abad ke-19. Penuh dengan konflik sosial, politik, dan pribadi, cerita ini menghadirkan pandangan kritis terhadap sistem kolonial dan kelas sosial.

Karya Pramoedya Ananta Toer ini tidak hanya diakui di Indonesia tetapi juga memperoleh pengakuan internasional, menjadi bahasan dalam media dan forum sastra dunia. Sejak dilarang oleh pemerintah Orde Baru, popularitasnya bahkan semakin meningkat, menunjukkan dampak dan daya tahan sastra yang luar biasa.

Penokohan dalam Novel Bumi Manusia

Sudut pandang yang digunakan dalam novel Bumi Manusia adalah sudut pandang orang pertama. Tokoh utamanya bernama Minke.

Ringkasan novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer di atas belum mencakup penjelasan semua tokoh. Sebenarnya, novel ini memiliki sejumlah tokoh yang berperan penting dalam mengembangankan alur cerita. Berikut ini beberapa tokoh dalam novel tersebut.

1. Minke

Minke adalah tokoh utama dalam novel ini. Sudut pandang novel Bumi Manusia menggunakan sudut pandang orang pertama dari Minke. Perjalanan hidup Minke menggambarkan konflik internal dan eksternal yang dihadapi oleh individu pada masa kolonial.

2. Nyai Ontosoroh

Nyai Ontosoroh yang sebenarnya bernama Sanikem merupakan tokoh yang menonjol dalam novel Bumi Manusia. Dia adalah gundik Herman Mellema, pria Belanda yang memiliki perusahaan pertanian. Nyai Ontosoroh digambarkan memiliki wawasan luas, terutama tentang adat dan budaya Eropa. Kemampuannya untuk berbahasa Madura menunjukkan kedekatannya dengan budaya lokal, yang menciptakan dimensi tambahan dalam karakternya.

3. Herman Mellema

Herman Mellema merupakan pria Belanda yang memelihara Nyai Ontosoroh sebagai gundiknya. Dari hubungannya dengan Nyai Ontosoroh, dia punya dua anak, yakni Robert Mellema dan Annelies Mellema. Herman Mellema digambarkan tidak memiliki tanggung jawab terhadap keluarganya sendiri. Dia memiliki istri sah bernama Amelia Mellema Hammers yang tinggal di Eropa.

4. Annelies Mellema

Annelies Mellema adalah putri dari Herman Mellema dan Nyai Ontosoroh. Annelies dan Minke saling jatuh cinta dan akhirnya melanjutkan hubungannya ke jenjang pernikahan. Hubungan mereka menghadirkan kompleksitas dinamika sosial dan kelas pada masa tersebut.

5. Robert Mellema

Robert adalah kakak Annelies. Perannya di novel ini juga cukup kuat: memberikan dimensi konflik dan dinamika keluarga dalam cerita. Interaksinya dengan Minke memberikan wawasan lebih lanjut tentang perbedaan sosial dan budaya pada masa itu.

6. Trunodongso

Trunodongso hidup sangat sederhana bersama keluarganya di Tulangan. Ia beserta petani lain telah merasakan penderitaan berkepanjangan akibat ulah penguasa Eropa yang ingin merampas hak-hak mereka.

7. Jean Marais

Jean Marais adalah seorang pelukis Prancis dan teman Minke. Keterlibatannya dalam cerita membuka perspektif tambahan terhadap sistem kolonial dari sudut pandang seorang asing.

8. Magda Peters

Magda Peters adalah guru bahasa Belanda yang beraliran etis di sekolah tempat Minke belajar. Interaksi mereka mencerminkan perbedaan pandangan terhadap masalah sosial dan politik pada masa tersebut.

9. Asisten Residen

Asisten Residen adalah pejabat pemerintah kolonial yang mengundang Minke sebagai tamu kehormatan karena melihat tulisan-tulisan Minke dalam majalah berbahasa Belanda.

Kesimpulan dan Pesan Moral Novel Bumi Manusia

Melalui ringkasan novel sejarah Bumi Manusia, Pramoedya Ananta Toer menyampaikan berbagai pesan moral. Novel sejarah ini juga mengekspresikan sejumlah kesimpulan yang relevan dengan konteks sejarah dan sosial pada masa kolonial.

Lantas, apa saja nilai nilai yang terkandung dalam novel Bumi Manusia? Beberapa pesan moral dan kesimpulan yang dapat diambil dari novel tersebut.

1. Kritik terhadap sistem kolonial

Novel ini secara tajam mengkritik sistem pemerintahan Hindia Belanda, menyoroti ketidaksetaraan sosial, rasial, dan ekonomi, yang dihasilkan oleh kebijakan kolonial. Pembaca dapat menarik kesimpulan bahwa sistem ini tidak hanya merugikan pribumi secara ekonomi, tetapi juga menciptakan ketidaksetaraan dalam hak-hak dan kesempatan.

2. Perjuangan melawan ketidakadilan

Melalui sejumlah tokoh seperti Minke dan Nyai Ontosoroh, novel ini menggambarkan perjuangan melawan ketidakadilan dan penindasan. Pembaca dapat mempelajari pentingnya melawan sistem yang tidak adil dan berdiri teguh untuk hak-hak dan martabat manusia.

3. Peran perempuan dalam perubahan sosial

Nyai Ontosoroh sebagai tokoh perempuan yang kuat dan cerdas, menggambarkan peran perempuan dalam mempengaruhi perubahan sosial. Darinya diperlihatkan bahwa perempuan memiliki kekuatan untuk memainkan peran sentral dalam perjuangan melawan ketidakadilan dan memimpin perubahan sosial.

4. Kesadaran identitas dan kebangsaan

Melalui perjalanan karakter Minke, novel ini menggambarkan proses kesadaran identitas dan kebangsaan. Memahami dan menghargai identitas dan kebangsaan, serta menghadapi tantangan yang timbul dari perbedaan budaya dan sosial merupakan hal penting dalam sejarah Indonesia.

5. Dampak penindasan dan larangan terhadap sastra

Novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer sempat dilarang terbit pada oleh pemerintahan Orde Baru. Hal itu memberikan dampak tersendiri terhadap penulis dan masyarakat. Salah satunya adalah menciptakan moral tentang pentingnya kebebasan berekspresi dan peran sastra dalam menggugah kesadaran.

Baca juga artikel terkait BAHASA INDONESIA atau tulisan lainnya dari Umi Zuhriyah

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Umi Zuhriyah
Penulis: Umi Zuhriyah
Editor: Fadli Nasrudin