Menuju konten utama

Sinopsis Novel "Burung-Burung Manyar" Karya YB Mangunwijaya

"Burung-Burung Manyar" merupakan novel revolusi Indonesia karya YB Mangunwijaya yang diterbitkan tahun 1981 oleh Penerbit Djambatan.

Sinopsis Novel
Ilustasi Baca Novel. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Burung-Burung Manyar merupakan novel karya Y.B. Mangunwijaya yang pertama kali diterbitkan pada Agustus tahun 1981 dan termasuk novel revolusi Indonesia

Novel yang dicetak oleh Penerbit Djambatan di Jakarta ini telah mengalami 16 kali cetak ulang di tahun 2010.

Dilansir dari situs ensiklopedia Kemendikbud, novel ini selesai ditulis Y.B. Mangunwijaya saat ia berusia ke-50 tahun. Novel ini mengisahkan cerita tentang seorang anak manusia yang bernama Teto.

Burung-Burung Manyar mengungkapkan pengetahuan dan pengalaman manusia tentang pola perilaku dan pola pikir manusia secara renik.

Dilansir dari laman Kemendikbud, novel ini secara semantis mengungkapkan gagasan dasar yang dianggap menonjol yakni masalah ketidaksiapan mental untuk menerima kenyataan hidup.

Hal tersebut diperlihatkan oleh Teto yang sangat terpukul dengan nasib yang menimpa keluarganya.

Tidak hanya itu, novel ini juga berkutat pada permasalahan dendam Teto pada Jepang yang kemudian membutakan mata dan hatinya.

Selanjutnya, masalah cinta tak sampai hingga masalah politik bangsa banyak diceritakan di novel ini.

Novel Burung-Burung Manyar telah mengangkat derajat pengarangnya, yakni YB Mangunwijaya yang pada tahun 1983 berhasil memenangi Hadiah Sastra Asean (SEA Write Award) dari Kerajaan Thailand.

Apresiasi yang ditinggi ditunjukkan para penilai dengan memberikan penghargaan kepada novel ini

Sinopsis "Burung-Burung Manyar"

Perjalanan hidup Teto yang penuh dengan liku-liku, sejarah, serta peristiwa penting yang mengiringi kehidupan Teto menjadi pusat dalam novel ini.

Teto diceritakan sebagai seorang anak tunggal dari sebuah keluarga yang hidup berkecukupan.

Akan tetapi, akibat kedatangan Jepang ke Indonesia, kenyamanan kehidupan Teto tidak berlangsung lama.

Burung-Burung Manyar juga banyak membahas terkait keberadaan politik bangsa Indonesia ketika zaman penjajahan Belanda, Jepang, serta pascakemerdekaan.

Ayah Teto bernama Kapten Brajabasuki yang merupakan seorang Kepala Garnisun II. Ia lantas menjadi buronan Jepang dan kemudian tertangkap oleh Jepang.

Hal ini membuat nasib Kapten Brajabasuki di ujung tanduk serta sangat bergantung pada kebijakan istrinya, Merice. Ironisnya, Merice dipaksa oleh Jepang harus memilih sebagai gundik Jepang.

Kisah lain yang diharikan adalah kisah tentang Atik atau Larasati kekasih Teto yang sekaligus merupakan teman sepermainan Teto di masa kecil. Atik diceritakan berjuang membela bangsanya dengan mengabdi di Kementerian Luar Negeri Indonesia.

Akan tetapi, di antara Atik dan Teto tidak mungkin bersatu lagi, masing-masing sudah mempunyai dinding pemisah yang tebal dan tinggi.

Suami Atik, Janakatamsi, merupakan seorang anak Direktur Rumah sakit Jiwa menyadari hubungan istri dan Teto sebelumnya.

Dengan segala kebijaksanaannya, ia merayu Teto agar mau menjadi kakak angkatnya. Teto terharu mendengarnya dan ia pun menerima ajakan itu.

Profil YB Mangunwijaya

Yusuf Bilyarta Mangunwijaya atau YB Mangunwjaya memiliki nama samaran Wastuwijaya atau Thalib Yusuf merupakan seorang sastrawan sekaligus seorang Pastor yang lebih dkenal dengan panggilan Romo Mangun.

YB Mangunwijaya lahir pada 6 Mei 1929 di Ambarawa, Jawa Tengah dan wafat pada 10 Februari 1999.

Ia memulai karir kepenulisannya pada tahun 1972 melalui tulisan artikel, esai hingga cerpen yang dimuat di media massa.

Salah satu cerpennya yang terhimpun dalam Dari Jodoh Sampai Supiyah memperoleh Hadiah Kincir Emas dari Radio Nederland.

Karya-karya Fiksi YB Mangunwijaya

Beberapa karya besar YB Mangunwijaya di antaranya:

    • Novel Romo Rahardi, merupakan novel pertama yang ia tulis dan diterbitkan pada 1981 oleh Dunia Pustaka Jaya.
    • Burung-Burung Manyar merupakan novel revolusi Indonesia yang diterbitkan tahun 1981 oleh Penerbit Djambatan. Novel ini memenangi South East Asia Write Award tahun 1983 dari Kerajaan Thailand dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda, Jepang, dan Inggris.
    • Novel Ikan-Ikan Hiu, Ido, Homa merupakan novel sejarah Halmahera Maluku Abad Ke-17. Novel ini diterbitkan oleh Sinar Harapan pada tahun 1983 dan cetakan kedua diterbitkan oleh Djambatan tahun 1987.
    • Trilogi novel Roro Mendut, Genduk Duku, dan Lusi Lindri yakni novel akhir zaman Sultan Agung dan Susuhunan Mangkurat I abad 17. Novel ini diterbitkan tahun 1983—1986 oleh Penerbit Gramedia.
Karya Nonfiksi YB Mangunwijaya

Selain menulis fiksi, YB Mangunwijaya juga meninggalkan jejak tulisnya di karya-karya nonfiksi berikut ini:

    • Ragawidya: Renungan Fenomenologis Religius Kehidupan Sehari-Hari, diterbitkan tahun 1975 oleh Penerbit Kanisius
    • Puntung-Puntung Roro Mendut, kumpulan esai dalam Harian Kompas 1973—1977 diterbitkan oleh Gramedia (1978)
    • Pengantar Fisika Bangunan (1980) oleh Penerbit Gramedia
    • Sastra dan Religiositas yang mendapat Hadiah I Dewan Kesenian Jakarta untuk kategori esai sastra terbaik tahun 1982, cetakan I oleh Penerbit Sinar harapan, cetakan II Penerbit Kanisius.

Baca juga artikel terkait HIBURAN atau tulisan lainnya dari Anisa Wakidah

Kontributor: Anisa Wakidah
Penulis: Anisa Wakidah
Editor: Dhita Koesno