tirto.id - Sosiologi pendidikan merupakan studi yang mempelajari perkembangan kehidupan masyarakat sebagai makhluk sosial dapat terpengaruh oleh cara pendidikan yang pernah atau sedang dijalankan.
Soerjono Soekanto dan Mustafa Abdullah melalui buku Sosiologi Hukum dalam Masyarakat (1980) memaparkan bahwa pendidikan merupakan hal yang diperlukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Dalam perkembangan ini, pendidikan juga berguna untuk memberi penilaian logika, etika, serta estetika yang terdapat pada diri manusia itu sendiri.
Dari pernyataan pentingnya pendidikan tersebut, sosiologi pendidikan hadir menawarkan berbagai aspek kehidupan masyarakat yang tercipta dari pengaruh pendidikan terhadap kehidupan sosial dan sebaliknya.
Di buku Sosiologi Pendidikan (1982) karya Abu Ahmadi dijelaskan bahwa sosiologi pendidikan adalah sebuah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang proses belajar dan juga mempelajari antara orang yang satu dengan orang yang lain.
Dengan kata lain, ini bisa disebut sebagai hubungan individu dengan lingkungan sekitarnya, sebab antara seorang individu tidak dapat berdiri sendiri di lingkungan sosial mereka.
Sosiologi pendidikan, sebagaimana dikutip dari buku Sosiologi Pendidikan (2016) versi Moh. Suardi, juga merupakan sebuah pendekatan sosiologis yang diterapkan pada lingkungan pendidikan.
Pendekatan sosiologis yang dimaksud adalah konsep, variable, metode, dan teori yang digunakan dalam sosiologi untuk memahami kejadian-kejadian sosial yang di dalamnya terdapat kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan, demikian dikutip dari buku
Dalam menanggapi setiap permasalahan, ilmu hadir dengan memiliki tujuan tersendiri ketika diciptakan, begitu juga dengan ilmu sosiologi pendidikan.
Melalui buku Sosiologi Keluarga (1983), William J. Goode menjelaskan bahwa sosiologi pendidikan memiliki tujuan untuk menganalisis proses interaksi dan sosialisasi anak dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Cakupan yang disinggung dalam studi sosiologi pendidikan meliputi kehidupan interaksi serta sosialisasi seseorang ketika melakukan kegiatan sehari-hari.
Kemudian, peristiwa-peristiwa yang tanpa kita sadari selama ini ada dikaji melalui analisis teori yang dikembangkan oleh para tokoh sosiolog.
Teori-teori Sosiologi Pendidikan dan Tokohnya
Teori Fungsionalisme oleh Émile Durkheim
Teori fungsionalisme berfokus terhadap cara-cara pendidikan universal melayani kebutuhan masyarakat. Dengan kata lain, teori ini memperlihatkan pendidikan yang memiliki peran nyata untuk menyampaikan pengetahuan serta keterampilan dasar kepada generasi berikutnya.
Emile Durkheim membuat teori ini untuk mengidentifikasi peran pendidikan sebagai salah satu cara untuk mengajak sebuah masyarakat agar bisa ikut dalam arus utama yang berjalan di masyarakat umum.
Selain itu, Durkheim mengungkapkan ini sebagai “pendidikan moral” yang membantu membentuk struktur sosial agar lebih kohesif dan bisa menyeret orang dengan latar belakang berbeda untuk bersatu.
Teori Konflik oleh Karl Marx
Teori konflik ala Karl Marx memberikan pandangan berbeda dari teori fungsionalisme. Dalam teori ini, tujuan pendidikan adalah sebagai cara untuk menjaga ketimpangan sosial dan mempertahankan kekuatan pihak yang mendominasi dalam suatu kehidupan masyarakat.
Dengan kata lain, teori konflik menunjukkan ketidaksetaraan sosial melalui penggunaan dan pengujian standar dari sebuah kurikulum pembelajaran terselubung. Kualitas dan fasilitas antar-sekolah yang seringkali mengalami ketimpangan adalah contohnya.
Karl Marx memandang bahwa teori konflik lahir dengan beberapa konsepsi yakni konsepsi tentang kelas sosial, perubahan sosial, kekuasaan dan negara di mana konsepsi-konsepsi tersebut saling berkesinambungan satu sama lain.
Teori Interaksionisme Simbolik oleh Herbert Blumer dan George Herbert Mead
Melalui teori ini, analisis akan dilakukan melalui kenyataan langsung yang terjadi di sebuah kelas ketika seseorang mengenyam pendidikan. Teori interaksionisme simbolik berfokus pada bagaimana ekspektasi guru dapat mempengaruhi kinerja, persepsi, dan sikap siswa di kelas.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Robert Roshental dan Lenore Jacobson pada 1968, dipilih beberapa siswa dengan IQ standar yang ditentukan secara acak. Setelah itu, guru diminta untuk mengawasi siswa yang diprediksi akan berprestasi.
Dengan persepsi guru yang sudah dijanjikan oleh peneliti tentang keberhasilan siswa terpilih itu menjadi kenyataan. Setahun kemudian, siswa-siswa tersebut mendapatkan nilai IQ yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Hal ini berhasil mengungkapkan teori interaksionisme simbolik yang menghasilkan siswa berdasarkan ekspektasi dari gurunya.
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Iswara N Raditya