tirto.id - Kehidupan dan aktivitas manusia tidak terlepas dari interaksi sosial. Sebagai makhluk sosial, setiap manusia akan melakukan interaksi dalam kehidupan bermasyarakat. Maka itu, interaksi sosial pun menjadi salah satu topik pembahasan di sosiologi, bidang ilmu yang mempelajari masyarakat.
Dalam sosiologi, interaksi sosial didefinisikan sebagai suatu aktivitas pertukaran sosial antara dua atau lebih individu. Interaksi sosial dapat dilihat dari berbagai jenis ukuran kelompok seperti, dua, tiga individu, atau kumpulan yang lebih besar lagi, demikian dikutip dari LibreTexts, platform non-profit yang menyediakan sumber-sumber teks untuk studi ilmiah.
Peran interaksi sosial di aktivitas masyarakat begitu besar. Munculnya sosialisasi dalam aktivitas sosial dipicu oleh adanya interaksi sosial. Selain itu, dengan adanya interaksi sosial, suatu tatanan masyarakat yang dapat membentuk kepribadian setiap individu juga akan terbentuk.
Jadi, struktur masyarakat dan kedudayaan terbangun karena interaksi sosial. Dengan berinteraksi satu sama lain, orang merancang aturan, institusi, dan sistem tempat mereka hidup.
Lewat interaksi sosial pula, simbol digunakan guna mengomunikasikan kesadaran satu masyarakat kepada mereka yang baru mengenalnya, baik anak-anak maupun orang asing.
Teori Interaksi Sosial Menurut Ahli Sosiologi
Pembahasan terkait dengan interaksi sosial sudah dijelaskan oleh beberapa ahli sosiologi pada era abad ke-19 dan awal 20. Di antaranya ialah George Herbert Mead dan Erving Goffman.
Keduanya menjelaskan interaksi sosial sebagai suatu bentuk aktivitas individu yang dapat menjadi faktor pembentuk kepribadian dari setiap orang.
Kedua sosiolog itu juga merumuskan teori tentang interaksi sosial, yakni Interaksionisme Simbolik dan Dramaturgi.
1. Teori Interaksionisme Simbolik
Teori Interaksionisme Simbolik dikemukakan oleh George Herbert Mead. Menurut pendapat Mead, interaksi sosial terjadi karena penggunaan simbol-simbol yang memiliki makna. Simbol tersebut menciptakan makna yang dapat memicu adanya interaksi sosial antar individu.
Contoh interaksionisme simbolik dalam aktivitas sehari-hari yaitu ketika kita sedang melakukan aktivitas berbelanja di mana terdapat pelayan yang menawarkan berbagai produk. Oleh karena itu dalam hal ini kita akan menempatkan diri sebagai seorang konsumen. Interaksionisme simbolik pada contoh ini memberikan makna atas suatu peran dan juga aktivitas pada setiap individu.
2. Teori Dramaturgi
Teori Dramaturgi dikonsepsikan oleh Erving Goffman. Menurut Goffman, interaksi sosial seperti suatu pertunjukan seni. Sebab, dalam interaksi sosial ada dua jenis kehidupan, yaitu backstage (belakang panggung) dan juga frontstage (depan panggung).
Teori Goffman menggambarkan kehidupan manusia yang memiliki perbedaan pola interaksi yang tergantung pada situasi dan kondisi.
Dalam kehidupan sehari-hari, dramaturgi dalam interaksi sosial terlihat seperti dalam kehidupan seorang Ayah. Saat bekerja, seorang ayah mungkin akan menjadi seorang bos yang akan bersikap tegas kepada bawahannya di perusahaan. Sebaliknya, saat di rumah dan menjadi figur ayah, sosok itu mungkin akan lebih ramah dan bersahabat kepada anak-anaknya.
Jenis-Jenis Interaksi Sosial
Ada beragam jenis interaksi sosial yang dipelajari dalam sosiologi. Secara umum, mengutip isi dari penjelasan di publikasi Kemdikbud, jenis interaksi sosial bisa terbagi menjadi tiga, yakni hubungan orang per-orang, relasi individu dan kelompok, serta hubungan antar-kelompok. Pembagian jadi 3 jenis ini didasari atas subyek yang terlibat dalam interaksi.
Sementara mengutip situs Lumen Learning, terdapat setidaknya 5 jenis interaksi sosial. Detailnya adalah sebagai berikut.
1. Komunikasi Non-Verbal
Proses komunikasi ini dilakukan tanpa adanya aktivitas verbal antar individu. Jenis interaksi sosial seperti ini banyak ditemukan dewasa ini seperti dalam aktivitas media sosial.
Selain itu, jenis komunikasi ini dapat disampaikan pula melalui pakaian dan gaya kita. Sehingga dalam hal ini berkaitan dengan teori interaksionisme simbolik.
2. Pertukaran Sosial
Jenis interaksi sosial ini melakukan aktivitas pertukaran yang mengarah pada hubungan antar individu. Munculnya pertukaran didasarkan pada kepentingan satu sama lain dengan membentuk suatu hubungan.
3. Kerja sama
Proses ini merupakan suatu kegiatan kerja atau melakukan sesuatu secara bersamaan antara dua orang individu atau lebih. Kerja sama bisa terbagi ke dalam tiga jenis, yaitu dipaksakan, sukarela, dan tidak disengaja.
4. Konflik
Dalam sosiologi, konflik dianggap sebagai hal yang normal yang ada dalam suatu interaksi sosial. Hal tersebut dapat terjadi akibat adanya kepentingan pribadi atau perebutan suatu kendali atas sumber daya yang langka.
5. Kompetisi
Kompetisi juga wajar dalam aktivitas interaksi sosial. Kompetisi memicu terjadinya interaksi sosial satu sama lain dalam suatu kelompok, yakni antar-individu, ataupun antarkelompok.
Penulis: Muhammad Ibnu Azzulfa
Editor: Addi M Idhom