tirto.id - Ciri mendasar dari kehidupan sosial adalah interaksi sosial. Dilansir umn.edu, interaksi sosial juga bisa disebut sebagai cara orang bertindak dengan orang lain dan bereaksi terhadap cara orang lain bertindak.
Soerjono Soekanto dalam bukunya Sosiologi: Suatu Pengantar menjelaskan, interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang meliputi hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara perorangan dengan kelompok manusia.
Buku Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya yang dibuat Monks, F.J menjelaskan faktor terjadinya interaksi sosial yang terjadi di masyarakat, yaitu:
- Jenis kelamin. Kecenderungan laki-laki untuk berinteraksi dengan teman sebaya atau sejawat lebih besar daripada perempuan.
- Kepribadian ekstrovert. Orang-orang ekstrovert lebih senang bergaul, dan komformitas daripada introvert.
- Pengaruh kelompok menjadi makin besar bila jumlah anggotanya semakin bertambah.
- Keinginan untuk mempunyai status. Adanya dorongan untuk memiliki status inilah yang menyebabkan seseorang berinteraksi dengan sejawatnya, individu akan menemukan kekuatan dalam mempertahankan dirinya di dalam perebutan tempat atau status terlebih di dalam suatu pekerjaan.
- Interaksi orang tua. Suasana rumah yang tidak menyenangkan dan tekanan dari orang tua menjadi dorongan individu dalam berinteraksi dengan teman sejawatnya.
- Pendidikan yang tinggi adalah salah satu faktor dalam mendorong individu untuk interaksi, karena orang yang berpendidikan tinggi mempunyai wawasan pengetahuan yang luas, yang mendukung dalam pergaulannya.
- Interaksi sosial pun menjadi salah satu hal yang membuat pakar keilmuan penasaran untuk menggalinya
- lebih dalam. Mereka mencoba memahami kehidupan sosial dengan menganalisis bagaimana dan mengapa orang berinteraksi Atau memeriksa berbagai pengaruh sosial pada perilaku individu, termasuk imitiasi dan identifikasi.
Imitasi
Dalam buku Psikologi Sosial, Gerungan, W.A. dijelaskan, imitasi empunyai peran yang penting dalam proses interaksi. Salah satu segi positif dari imitasi adalah dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah dan nilai-nilai yang berlaku. Akan tetapi imitasi juga dapat menyebabkan hal-hal negatif, misalnya yang ditirunya adalah tindakan-tindakan yang menyimpang dan mematikan daya kreasi seseorang.
Psikolog M.Tarde ikut mempelajari imitasi yang disebutnya sebagai fenomena sosial atau "kunci misteri sosial." Dia menyebutkan, masyarakat merupakan proses imitasi. Menurutnya, pengaruh satu pikiran pada lain dijelaskan oleh proses imitasi saran.
Akibatnya, terdapat perubahan dan gerakan di masyarakat. Dia berpendapat, proses peniruan yang terjadi di seluruh masyarakat dapat dirumuskan menjadi dua yaitu semua imitasi cenderung menyebar ke seluruh masyarakat dalam perkembangan geometris. Selajutnya, imitasi bisa menyebar jika tidak terjadi gangguan.
Sementara, Prof. Baldwin dalam The American Journal of Sociology menggambarkan proses imitasi mirip dengan perkembangan seorang anak yang tengah belajar. Anak bisa meniru ucapan atau perbuatan orang-orang di sekitarnya. Atau lebih tepatnya, menyerap semua proses imitasi secara langsung.
Identifikasi
Di buku yang sama, Gerungan, W.A. membahas mengenai identifikasi. Menurutnya, identifikasi sifatnya lebih mendalam karena kepribadian individu dapat terbentuk setelah melalui beberapa proses. Terkadang dapat berlangsung dengan sendirinya atau disengaja sebab individu memerlukan tipe-tipe ideal tertentu di dalam proses kehidupannya. Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik.
Kerstin Sahlin-ANdersson dan Guje Sevon dalam bukunya, menjelaskan identifikasi melibatkan asosiasi dengan kualitas, karakteristik, dan pandangan dari model peran tertentu yang memiliki kualitas yang diinginkan individu untuk diri mereka sendiri.
Ketika seorang pelajar mengidentifikasi dengan seorang panutan, mereka akan mengingat perilaku mereka dan menambahkannya ke dalam daftar tindakan yang dapat mereka hasilkan dan mungkin mereka tiru.
M.J Kehily menuliskan identifikasi diakui sebagai bagian penting dari nilai yang dapat dinikmati orang dalam hidup. Misalnya, mengidentifikasi dengan hubungan, proyek, pekerjaan, dan tujuan, hidup bisa terarah dan dapat berjalan dengan baik.
Kemungkinan proses identifikasi dapat sangat dipengaruhi oleh fenomena sosial-ekonomi. Ketika orang merasa bimbang dan tidak aman, proses identifikasi jadi lebih lama. Mereka jadi tidak bisa membuat bayangan atau gambaran mengenai keputusan yang akan mereka ambil.
Penulis: Desika Pemita
Editor: Dipna Videlia Putsanra