tirto.id - Masa pandemi Corona (COVID-19) membuat aktivitas anak-anak beralih ke gadget, dari sekadar mengisi waktu hingga untuk keperluan belajar. Ada tips untuk para orang tua agar anak-anak aman berinteraksi di dunia maya atau internet.
Gadget, semisal smartphone atau tablet, digunakan sebagai media untuk mengakses grup atau sistem yang diberikan guru pada siswa untuk mendapatkan materi pelajaran sekolah selama belajar di rumah pada masa pandemi.
Data Digital Report 2020 oleh Hootsuite, seperti dikutip dari Antara, menunjukkan bahwa pengguna internet didomisili oleh remaja dengan rata-rata menghabiskan waktu 7 jam dan 59 menit per hari.
Apabila tidak diawasi dan diatur dengan benar, penggunaan gadget yang berlebihan bisa saja mempengaruhi kesehatan anak, pola hidup yang kurang baik, bahkan dapat menyebabkan ketergantungan.
Peran Penting Orang Tua
Orang tua memiliki peran yang penting untuk menjaga kesehatan anak dengan baik dari pengaruh penggunaan gadget dengan menerapkan beberapa metode yang baik dan benar.
“Saat masa pandemi COVID-19, kita dapat melihat semakin banyak orang termasuk anak remaja menghabiskan banyak waktu di internet," kata psikolog anak dan keluarga, Samantha Ananta, dilansir Antara, Kamis (23/7/2020).
"bukan hanya untuk kegiatan belajar dari rumah, tetapi juga untuk tetap berkomunikasi dengan teman-teman dan keluarganya,” lanjutnya.
Menurut Samantha Ananta, orang tua dan anak perlu untuk mengenali dan mengetahui potensi risiko dari suatu aplikasi yang akan digunakan, hal ini menjaga agar anak tetap aman di dalam dunia maya.
Tips Agar Anak Aman Berinternet
Samantha Ananta memberikan beberapa tips kepada orang tua agar anak-anak terjaga keamanannya selama berinteraksi di dunia maya, sebagai berikut:
1. Mengenali Platform
Ajak anak berdiskusi mengenai platform yang akan digunakan, bagaimana fungsinya, apa saja fiturnya, dan lainnya. Kenali dengan siapa saja anak melakukan komunikasi lewat platform tersebut.
2. Memulai Obrolan
Artinya, tidak membatasi dalam penggunaan aplikasi. Bisa lakukan komunikasi lewat aplikasi sebagai cara untuk mempererat hubungan dan menghabiskan waktu bersama.
Namun, akan lebih bagus jika orang tua dan anak berbincang secara tulus tanpa dibuat-buat dengan fitur yang paling disukai.
Harapannya, anak akan mendatangi orang tua jika butuh bantuan serta orang tua akan paham dengan teknologi yang digunakan.
3. Menjaga Komunikasi
Orang tua perlu berkomunikasi dengan anak, semisal membahas tentang pengaturan privasi, waktu yang dihabiskan, jenis kegiatan, atau dan lainnya.
Komunikasi yang baik dan lancar membuat anak terbuka sehingga membuat mereka untuk nyaman membicarakan, jika terjadi masalah dan tidak mengumbar di media sosial atau platform lainnya.
4. Tentang Tanggung Jawab
Anak sebaiknya dapat bertanggung jawab terhadap yang menjadi perilaku mereka. Maka, bimbing anak belajar tentang keamanan online agar menyadari risiko yang bisa saja terjadi dan mampu menggunakan teknologi dengan bijak.
Metode Agar Anak Aman dengan Gadget
Berdasarkan studi yang diterbitkan oleh SAGE Journal, Livingstone dan Helsper pada tahun 2008 mengidentifikasi empat metode yang dapat diterapkan orang tua untuk menjaga anak tetap aman, sehat, dan terhindar dari kecanduan pada saat menggunakan gadget.
Empat metode itu antara lain:
1. Aktif Mengawasi Anak
Mengawasi anak bisa dilakukan dengan cara aktif menggunakan gadget bersama anak.
Ketika menggunakan gadget bersama anak, orang tua bisa secara aktif memberikan pengetahuan dan membantu memecahkan masalah lebih cepat daripada membiarkan anak bermain gadget sendirian.
2. Mengatur Waktu Interaksi
Mengatur waktu interaksi menjadi satu cara untuk menjaga kesehatan mata pada anak.
Dilansir dari Antara, dokter spesialis mata, Zoraya Ariefia Feranthy, SpM mengutarakan bahwa orang tua bisa menjaga kesehatan anak dengan menerapkan metode 20:20.
Metode ini dinilai lebih baik daripada melarang atau membatasi durasi pemakaian gadget.
Metode 20:20 yang dimaksud yaitu membiarkan anak melihat atau mengakses gadget selama 20 menit, apabila sudah 20 menit, mintalah anak untuk melihat obyek lain yang jaraknya jauh dengan jarak minimal enam meter selama 20 detik.
Melihat objek yang jauh menjadi metode pengistirahatan mata. Pengistirahatan mata selama 20 detik bisa menghindarkan mata bekerja lebih ekstra yang dapat menyebabkan mata minus.
3. Membatasi Situs Akses
Apabila anak-anak salah mengakses situs tertentu dengan waktu yang tak terbatas, hal tersebut bisa menimbulkan kecanduan pada anak.
Maka orang tua perlu memperhatikan dan membatasi situs-situs yang diakses anak agar tetap sesuai dengan kebutuhan dan umur anak.
4. Melakukan Pemantauan
Pemantauan yang bisa dilakukan orang tua salah satunya dengan melihat atau memeriksa aktivitas online anak-anak.
Pastikan anak melakukan aktivitas yang baik dan tidak menyimpang. Pemantauan dapat menjadi metode lain bila tidak bisa melakukan pembatasan situs pengaksesan. Orang tua juga bisa tetap memastikan anak tetap aman dalam menggunakan gadget.
#SamaSamaNyaman TikTok
Head of Public Policy TikTok Indonesia, Malaysia, dan Filipina, Donny Eryastha, mengakui bahwa masih ada beberapa pengguna aplikasi tersebut yang mengunggah konten dengan menampilkan perilaku berbahaya.
“TikTok berkomitmen untuk membina lingkungan yang positif dan inklusif dimana siapapun, dengan batas usia minimum 14 tahun, dapat mengekspresikan diri mereka dengan aman,” ujar Donny.
Oleh karena itu, TikTok mengajak pengguna melakukan tantangan dengan tagar #SamaSamaNyaman demi menjaga keamanan anak saat mengakses internet.
Pengguna dapat merekam video dan gunakan stiker #SamaSamaNyaman lalu mengikuti koreografinya. Lalu unggah video dengan tagar #SamaSamaNyaman dan gunakan pengaturan Publik untuk videonya. Bagikan video ke platform media lain dan ajak teman untuk bergabung.
Donny mengatakan bahwa TikTok bekerja sama dengan para pakar industri, organisasi non-pemerintah (LSM) dan asosiasi industri di seluruh dunia untuk membantu memastikan kebijakan, teknologi dan kontrol privasi melindungi dari tantangan industri seputar penyalahgunaan platform.
Di Indonesia, TikTok bekerja sama dengan Komunitas Sudah Dong untuk kampanye anti perudungan siber serta Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia untuk mengedukasi pentingnya peran orang tua dalam menjaga keamanan internet anak.
Penulis: Maria Nanda Ayu Saputri
Editor: Iswara N Raditya