tirto.id - Teori perkembangan anak berfokus pada penjelasan bagaimana mereka berubah dan bertumbuh. Para ahli melakukan studi terkait hal itu hingga menghasilkan beberapa teori yang digunakan hingga sekarang, mulai dari Erik Erikson hingga Jean Piaget.
Aspek yang menjadi fokus dalam teori perkembangan anak beragam, mulai dari sosial, emosional, hingga kognitif.
Apa yang menyebabkan perilaku anak berbeda-beda? Mengapa anak berperilaku dengan cara tertentu? Apakah perilaku mereka terkait dengan hubungan keluarga, sosial, atau usia?
Pertanyaan-pertanyaan itu yang kemudian coba dijawab oleh para ahli. Mereka menganalisis perkembangan manusia pada periode umur tertentu, lalu diejawantahkan ke dalam teori tertentu.
Teori perkembangan anak tersebut dapat menjadi pegangan bagi orang tua untuk memahami pola perilaku anaknya.
Teori Perkembangan Anak Apa Saja?
Secara historis, teori perkembangan anak yang terjadi sejak lahir hingga dewasa seringkali diabaikan. Anak-anak acap dipandang sebagai versi kecil dari orang dewasa.
Mayoritas perhatian hanya diberikan pada aspek kognitif. Minat penelitian terkait tumbuh kembang anak baru dimulai pada abad ke-20. Itu pun lebih terfokus pada perilaku yang tidak biasa.
Dalam Breaking It Down: Concepts and Theories of Child Development I, yang ditulis Devon M. Werble, menjelaskan bahwa setidaknya ada tiga kategori teori perkembangan anak.
- Teori-teori besar
Teori-teori besar ini mencakup teori psikoanalisis, behaviorisme, dan kognitif.
- Teori mini
Teori-teori ini cenderung berfokus pada ide tertentu.
- Teori-teori baru
Teori-teori ini menggabungkan informasi dari berbagai bidang akademis. Misalnya, sebuah bidang akademis dapat berupa Sosiologi atau Psikologi.
- Teori perkembangan psikoseksual Sigmund Freud
- Teori perkembangan psikososial Erik Erikson
- Teori perkembangan perilaku anak atau Teori Behavioral
- Teori kognitif Jean Piaget
- Teori Keterikatan dari John Bowlby
- Teori Pembelajaran Sosial dari Albert Bandura
- Teori sosiokultural Lev Vygotsky
1. Teori Sigmund Freud: Perkembangan Psikoseksual
Sigmund Freud merupakan ahli psikologi asal Austria, yang terkenal dengan teori psikoanalitiknya. Beberapa teori yang dimunculkannya berdasar pada penemuan klinis dengan pasien penderita penyakit mental. Studi-studi selanjutnya kemudian banyak mengambil dasar dari itu.Freud percaya bahwa pengalaman masa kanak-kanak dan keinginan bawah sadar memengaruhi perilaku manusia. Ia menilai, konflik pada setiap tahap tersebut dapat berpengaruh terhadap kepribadian seorang anak seumur hidup nantinya.
Penulis buku The Interpretation of Dreams (1899) tersebut mengusulkan salah satu teori besar terkait perkembangan anak yang paling terkenal, yakni psikoseksual.
Menurut Freud, perkembangan anak terjadi dalam serangkaian tahapan pada area kesenangan tubuh yang berbeda. Di setiap tahap itu, anak menghadapi konflik yang memainkan peran penting seiring dengan pertumbuhan fisiknya.
Anak-anak, menurut Freud, berkembang melalui serangkaian tahapan psikoseksual. Setiap tahap melihatkan pemuasan hasrat libidinal, yang nantinya memainkan peran dalam kepribadian manusia itu sendiri.
Selama setiap tahap, energi libido menjadi terpusat pada area tubuh tertentu. Tahapan perkembangan anak menurut Freud meliputi:
- Tahap oral atau lisan (dari lahir hingga usia 1 tahun)
- Tahap anus (usia 1-3 tahun)
- Lingga (usia 3-6 tahun)
- Tahap laten (6-11 tahun)
- Tahap kelamin (remaja)
2. Teori Perkembangan Anak menurut Erik Erikson
Teori psikoanalitik punya kekuatan yang sangat berpengaruh selama paruh pertama abad ke-20. Para ahli psikologi yang terinspirasi oleh Freud melanjutkan ide-idenya, untuk kemudian mengembangkan teori mereka sendiri.Dari banyaknya neo-Freudian tersebut, yang paling terkenal mungkin gagasan Erik Erikson.
Meskipun banyak diilhami oleh Freud, teori perkembangan psikologi anak yang ditemukan Erikson tetap berbeda sama sekali. Alih-alih berfokus pada minat seksual sebagai faktor perkembangan, ia percaya bahwa interaksi sosial merupakan hal yang paling menentukan.
Dalam bukunya, Identity and the Life Cycle (1959), Erikson mendefinisikan beberapa tahapan yang mempengaruhi perkembangan. Tahapan-tahapan itu disebut krisis atau konflik.
- Kepercayaan vs Ketidakpercayaan (0-2 tahun)
Pada taraf tersebut kekuatan yang perlu ditumbuhkan pada kepribadian anak adalah harapan dan kepercayaan.?
- Otonomi vs Rasa Malu (2-3 tahun)
Kekuatan yang seharusnya ditumbuhkan pada tahap ini adalah keinginan atau kehendak. Anak belajar menjadi bebas untuk mengembangkan kemandirian seperti berpakaian, berbicara, dan bergerak.
- Inisiatif vs Rasa Bersalah (3-6 tahun)
Seorang anak, pada tahap ini, akan belajar menemukan keseimbangan antara kemampuan dengan harapan atau tujuannya.
- Industri vs Inferioritas (6-12 tahun)
Krisis atau konflik pada tahap ini adalah kerja aktif dan rendah diri. Karenanya, kekuatan yang perlu ditumbuhkan adalah kompetensi atau terbentuknya keterampilan.
- Identitas vs Kebingungan (12-20 tahun)
Pada tahap ini, anak mulai memasuki usia remaja. Identitas diri baik dalam lingkup sosial maupun dunia kerja mulai ditemukan. Bisa dikatakan ini merupakan masa pencarian jati diri.
- Keintiman vs Isolasi (20-40 tahun)
Pada usia 20 hingga 40, manusia akan merasakan kesepian. Di saat itu juga ia akan bergulat antara kebutuhan kasih sayang berbalut keintiman. Jika tidak terpenuhi, ia akan tergerus keterasingan.
- Generativitas vs Stagnasi (40-65 tahun)
Manusia yang memasuki usia dewasa akan bertarung dengan dirinya sendiri perihal produktivitas. Ia akan bergulat antara berkembang dan produktif atau mengalami stagnasi.
- Integritas vs Keputusasaan (65-meninggal)
Konflik atau krisis utama pada tahap ini adalah integritas ego melawan keputusasaan. Kekuatan utama yang perlu dibentuk ialah hikmat atau kebijaksanaan.
3. Teori Behavioral: Perkembangan Perilaku Anak
Teori behaviorisme--gagasan yang berfokus pada perilaku manusia--muncul dan mendominasi bidang psikologi selama paruh pertama abad ke-20. Para penganutnya percaya bahwa psikologi harus berfokus hanya pada perilaku yang dapat diamati dan diukur agar dapat menjadi disiplin ilmu yang lebih ilmiah.Menurut perspektif ini, semua perilaku manusia dapat dijelaskan dalam kaitannya dengan pengaruh lingkungan. John B. Watson dan B.F. Skinner bersikeras bahwa pembelajaran terjadi secara murni melalui proses asosiasi dan penguatan.
Teori-teori perilaku perkembangan anak berfokus pada pengaruh interaksi lingkungan terhadap perilaku anak tersebut. Hal ini didasarkan pada teori-teori para ahli seperti John B. Watson, Ivan Pavlov, dan B. F. Skinner.
Namun, teori tersebut hanya berhubungan dengan perilaku yang dapat diamati. Perkembangan anak--atau manusia secara general--dianggap sebagai reaksi terhadap penghargaan, hukuman, rangsangan, dan penguatan.
Teori behavioral sangat berbeda dengan teori perkembangan anak lainnya karena tidak mempertimbangkan pikiran atau perasaan internal. Alih-alih begitu, teori ini hanya berfokus pada pengalaman yang membentuk karakter orang.
Dua jenis pembelajaran penting yang muncul dari pendekatan perkembangan ini adalah pengkondisian klasik dan pengkondisian operan. Pengkondisian klasik melibatkan pembelajaran dengan memasangkan stimulus yang terjadi secara alami dengan stimulus yang sebelumnya netral. Pengkondisian operan menggunakan penguatan dan hukuman untuk memodifikasi perilaku.
4. Teori Perkembangan Anak menurut Piaget
Teori perkembangan anak menurut Jean Piaget ini disebut juga dengan genetic epistemology. Ilmuwan asal Swiss tersebut mengatakan, perkembangan kognitif anak berkembang secara bertahap pada rentang umur berbeda.Teori ini berfokus pada pengaruh cara berpikir terhadap karakter seseorang selama seumur hidup. Piaget mencoba menjelaskan perilaku manusia dengan memahami proses berpikir.
Asumsinya, manusia adalah makhluk logis yang membuat pilihan yang paling masuk akal bagi mereka. "Pemrosesan informasi" adalah deskripsi yang umum digunakan untuk menggambarkan proses mental--kalau boleh membandingkan pikiran manusia dengan komputer.
Menurut Piaget, tingkatan perkembangan intelektual manusia turut dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kedewasaan, penalaran moral, pengalaman logika-matematika, transmisi sosial, dan pengaturan sendiri.
Teori kognitif menentang behaviorisme dengan dasar bahwa behaviorisme mereduksi perilaku manusia yang kompleks menjadi sebab dan akibat yang sederhana.
Terdapat empat tahapan perkembangan kognitif anak menurut Piaget.
- Tahap sensorimotor (balita, 0-2 tahun)
Pada tahap ini, anak memiliki kemampuan sensor motorik untuk menangkap objek-objek di sekitarnya. Mereka akan mengeksplorasi lingkungannya untuk mendapatkan pengetahuan dasarnya menggunakan skema, asimilasi, dan modifikasi dengan proses meniru.
- Tahap pra-operasional (2-7 tahun)
Anak mulai memahami realitas dengan simbol pada usia ini. Walakin, sistem berpikirnya belum terorganisir, masih tidak logis, sistematis, dan konsisten. Pada tahap ini, anak juga bersifat egosentrisme, yang berarti anak melihat dunia dengan kehendaknya sendiri dan belum mampu berpikir dengan perspektif lain.
- Tahap operasional konkret (7-11 tahun)Pada usia ini, anak telah bisa secara logis menghadapi objek fisik. Namun, mereka belum dapat menarik kesimpulan secara konkret, meski telah berhasil mengidentifikasi dan menghubungkan beberapa dimensi dalam satu waktu.
- Tahap operasional formal (11-16 tahun)
Anak telah mampu berpikir secara abstrak dan mengembangkan hipotesis dengan logis pada usia 11-16. Anak mampu memecahkan masalah dan membentuk argumen karena kompetensi
5. Teori John Bowlby: Keterikatan
Teori keterikatan mengatakan bahwa hubungan awal dengan pengasuh atau ibu memainkan peran utama dalam perkembangan anak. Tidak hanya sementara, faktor itu memengaruhi hubungan sosial anak sepanjang hidup. Teori perkembangan anak ini dikemukakan oleh John Bowlby dalam bukunya, Attachment and Loss (1969).Sebenarnya ada banyak penelitian yang berfokus pada perkembangan sosial anak. Namun, salah satu ahli psikologi yang paling awal mengemukakannya adalah Bowlby.
Teori keterikatan menyarankan anak-anak yang dilahirkan perlu membentuk keterikatan yang menjadi kebutuhan bawaan.
Hal itu akan membantu kelangsungan hidupnya. Salah satunya dengan memastikan sang anak menerima perawatan dan perlindungan. Di samping itu, keterikatan ini ditandai dengan pola perilaku dan motivasi yang jelas.
Baik anak maupun ibu terlibat dalam perilaku yang dirancang untuk memastikan kedekatan. Anak-anak berusaha untuk tetap dekat dan terhubung dengan sang ibu atau pengasuh, yang pada gilirannya memberikan tempat aman untuk eksplorasi.
Para peneliti lain memperluas karya asli Bowlby dan menyarankan bahwa ada beberapa gaya keterikatan yang berbeda. Anak-anak yang menerima dukungan dan perawatan yang konsisten cenderung lebih bisa mengembangkan gaya keterikatan yang aman. Sementara itu, mereka yang berada dalam kategori kurang perihal itu dapat mengembangkan gaya ambivalen, menghindar, atau tidak teratur.
6. Teori Albert Bandura: Pembelajaran Sosial
Teori pembelajaran sosial dirangkum dari karya psikolog Albert Bandura, Social Learning Theory (1971). Penggagas teori kognitif sosial asal Amerika Serikat itu percaya bahwa proses pengkondisian dan penguatan tidak cukup menjelaskan semua pembelajaran manusia.Bandura berfokus pada proses pengondisian perilaku yang belum diperkuat melalui pengondisian klasik dan operan. Menurut teori pembelajaran sosial, perilaku juga dapat dipelajari melalui observasi dan pemodelan.
Dengan mengamati tindakan orang lain di sekitarnya, termasuk orang tua dan teman, anak dapat mengembangkan keterampilan baru. Ia juga bisa mendapat informasi baru, apapun itu.
Teori perkembangan anak menurut Bandura ini ingin mengutarakan bahwa observasi memainkan peran penting dalam pembelajaran. Walakin, hal itu tidak harus berupa menonton "model" secara langsung.
Sebaliknya, anak dapat belajar dengan cara mendengarkan instruksi verbal. Misalnya, tentang bagaimana melakukan kegiatan memakai baju secara mandiri. Itu juga bisa dilakukan dengan cara mengamati karakter, baik nyata maupun fiksi, yang menampilkan perilaku. Misalnya, dalam buku atau film.
7. Teori Lev Vygotsky: Sosiokultural
Teori perkembangan anak lainnya adalah teori sosiokultural. Gagasan ini dicetuskan oleh ahli psikologi asal Rusia, Lev Vygotsky. Sejatinya, Vygotsky tergolong pemikir besar, sezaman dengan Freud, Skinner, dan Piaget. Akan tetapi, kematian dininya pada usia 37 membuat karyanya kurang dikenal.Teori sosiokultural Vygotsky menyatakan bahwa lingkungan dan suasana sosial atau budaya mempengaruhi perkembangan anak.
Vygotsky bisa dibilang merupakan perkembangan dari teori yang dikemukakan Piaget. Dalam studi terkait teori perkembangan anak, ia menjelaskan bahwa selain ditentukan oleh individu secara aktif, perkembangan kognitif juga dipengaruhi lingkungan sosial.
Kendati begitu, bukan berarti individu bersikap pasif terhadap perkembangan kognitif individualnya. Justru Vygotsky tetap menekankan peran aktif seorang anak dalam mengonstruksi pengetahuan pribadinya.
Karenanya, teori perkembangan anak versi Vygotsky ini lebih tepat disebut pendekatan sosio-konstruktivisme. Artinya, perkembangan kognitif seseorang ditentukan faktor individu sekaligus lingkungan.
Konsep penting dalam teori sosiokultural adalah zona perkembangan proksimal.
Konsep zona proksimal menurut Vygotsky kemudian diterjemahkan oleh Elsa Billings dan Aida Walqui ke dalam jurnal "The Zone of Proximal Development an Affirmative Perspective in Teaching Ells/MLLs", yang diterbitkan di situs New York State Education Department.
Dalam jurnal itu dijelaskan bahwa menurut Vygotsky, zona proksimal adalah jarak antara tingkat perkembangan aktual yang ditentukan oleh pemecahan masalah secara mandiri dengan tingkat perkembangan potensial yang ditentukan melalui pemecahan masalah bersama orang lain.
Editor: Iswara N Raditya