tirto.id - Teori belajar sosial (sosial learning theory) adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Teori Pembelajaran Sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang tradisional (behaviorisme).
Teori belajar sosial telah memberi penekanan tentang bagaimana perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan sekitar melalui penguatan (reinforcement) dan pembelajaran peniruan serta cara berpikir yang dimiliki terhadap sesuatu.
Sebaliknya, tingkah laku juga dipengaruhi orang yang ada disekitar dan menghasilkan penguatan dan peluang untuk diperhatikan oleh orang lain (observational opportunity).
Teori Belajar Sosial Menurut Vygotsky
Lev Semenovich Vygotsky merupakan cendekia yang berasal dari Rusia, dia seorang ahli dalam bidang psikologi, filsafat, dan sastra.
Filosofi Vygotsky yang sangat terkenal adalah mengenai manusia dan lingkungan, menurut Vygotsky “manusia tidak seperti hewan yang hanya bereaksi terhadap lingkungan, manusia memiliki kapasitas untuk mengubah lingkungan sesuai keperluan mereka”.
Dikutip dalam jurnal Kajian dan Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran (2018) oleh Yayu Tresna Suci, pemikiran filosofis Vygotsky mengenai manusia kemudian menjadi pelopor lahirnya teori konstruktivisme sosial yang artinya membangun kognitif anak melalui interaksi sosial.
Vygotsky mengajukan teori bahwa perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif seseorang sejalan dengan teori sosiogenesis. Artinya, pengetahuan dan perkembangan kognitif individu berasal dari sumber-sumber sosial di luar dirinya.
Hal ini tidak berarti bahwa individu bersikap pasif dalam perkembangan kognitifnya, tetapi Vygotsky juga menekankan pentingnya peran aktif seseorang dalam mengkonstruksi pengetahuannya.
Maka teori Vygotsky sebenarnya lebih tepat disebut dengan pendekatan sosiokonstruktivisme. Maksudnya, perkembangan kognitif seseorang di samping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga oleh lingkungan sosial secara aktif pula.
Vygotsky percaya bahwa beragam perwujudan dari kenyataan digunakan untuk beragam tujuan dalam konteks yang berbeda-beda.
Pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari aktivitas di mana pengetahuan itu dikonstruksikan, dan di mana makna diciptakan, serta dari komunitas budaya di mana pengetahuan didiseminasikan dan diterapkan. Melalui aktivitas interaksi sosial tersebut penciptaan makna terjadi.
Dikutip dari ModulPelatihan Matematika SMA (2016), pemikiran Vygotsky didasarkan pada pada tiga ide utama, yaitu:
- Intelektual berkembang pada saat individu menghadapi ide-ide baru dan sulit mengaitkan ide-ide tersebut dengan apa yang mereka ketahui.
- Interaksi dengan orang lain memperkaya perkembangan intelektual.
- Guru adalah bertindak sebagai seorang fasilitator dan mediator pembelajaran siswa.
Kedua, proses secara psikologisial sebagai proses yang lebih tinggi dan essensinya berkaitan dengan lingungan sosial budaya.
Zona Perkembangan Proksimal Vygotsky
Vygotsky mengemukakan konsepnya tentang zona perkembangan proksimal (Zone Of Proximal Development), yaitu jarak antara perkembangan actual dengan perkembangan potensial.
Tingkat perkembangan aktual tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan berbagai masalah secara mandiri.
Sedangkan tingkat perkembangan potensial tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas dan memecahkan masalah ketika di bawah bimbingan orang dewasa atau ketika berkolaborasi dengan teman sebayanya yang lebih berkompeten.
Zona perkembangan proksimal diartikan sebagai fungsi-fungsi atau kemampuankemampuan yang belum matang yang masih berada di dalam proses pematangan.
Gagasan Vygotsky tentang zona perkembangan proksimal ini mendasari perkembangan teori belajar dan pembelajaran untuk meningkatkan kualitas dan mengoptimalkan perkembangan kognitif anak.
Beberapa konsep kunci yang perlu dicatat adalah bahwa perkembangan dan belajar bersifat saling terkait, perkembangan kemampuan seseorang tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial, dan sebagian bentuk fundamental dalam belajar adalah partisipasi dalam kegiatan sosial.
Editor: Yantina Debora