Menuju konten utama

Rangkuman Sosiologi: Teori Mobilitas Sosial Robert MZ Lawang

Menurut Robert MZ Lawang, mobilitas sosial adalah perpindahan posisi dari suatu lapisan ke lapisan sosial lain, atau dari dimensi satu ke dimensi lain.

Rangkuman Sosiologi: Teori Mobilitas Sosial Robert MZ Lawang
Ilustrasi Mobilitas Sosial. foto/Istockphoto

tirto.id - Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata “mobilitas” diartikan sebagai gerakan berpindah-pindah atau kesiap-siagaan untuk bergerak. Sedangkan secara etimologis, mobilitas berasal dari bahasa latin yaitu “mobilis”, yang berarti “mudah dipindahkan atau banyak bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain.”

Dengan demikian, terdapatnya kata “sosial” pada istilah tersebut, berarti menekankan bahwa istilah mobilitas sosial mengandung makna yang melibatkan seseorang atau sekelompok warga dalam kelompok sosial.

Dalam sosiologi, mobilitas sosial erat kaitannya dengan kelas sosial. Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, yang dikutip Bagong Suyatno dalam Sosiologi Teks dan Terapan (2004), menyatakan mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya atau gerak pindah dari strata yang satu ke strata yang lainnya baik itu berupa peningkatan atau penurunan dalam segi status sosial, dan (biasanya) termasuk pula segi penghasilan, yang dapat dialami oleh beberapa individu atau oleh keseluruhan anggota kelompok.

Maka, dengan melakukan mobilitas sosial, seseorang akan berada pada satu kelas sosial (stratifikasi sosial) yang berbeda dari sebelumnya.

Teori Mobilitas Sosial Robert M.Z. Lawang

Menurut Robert Markus Zaka Lawang, mobilitas sosial adalah perpindahan posisi dari suatu lapisan ke lapisan sosial lain, atau dari dimensi satu ke dimensi lain.

Dengan demikian, sosiolog Universitas Indonesia itu berpendapat, bahwa dalam mobilitas sosial pasti melibatkan stratifikasi sosial (tingkatan kelas sosial dalam masyarakat), yang selalu melibatkan tiga dimensi: kekuasaan, privilese, dan prestise.

Tiga dimensi tersebut sangat penting, dan turut memengaruhi cepat lambatnya mobilitas sosial seseorang. Semakin kuat dimensi tersebut, maka akan mempercepat mobilitas seseorang, yang biasanya membawanya ke stratifikasi sosial yang lebih tinggi.

Misalkan, seseorang yang memiliki kekuasaan, selain memiliki wewenang pasti juga punya privilese dan prestise yang lebih besar ketimbang orang lain. Dengan demikian, secara umum proses mobilitasnya untuk mencapai yang lebih tinggi akan lebih cepat pula.

Mobilitas Vertikal dan Horizontal

Karena berhubungan dengan lapisan-lapisan dan dimensi, akhirnya mobilitas sosial dibagi menjadi dua jenis, yakni mobilitas vertikal dan horizontal. Berikut ini penjelasannya:

1. Mobilitas Vertikal

Mobilitas vertikal merupakan perpindahan posisi dari suatu kelompok/lapisan/strata sosial yang tidak sederajat. Perpindahan tersebut bisa lebih tinggi atau lebih rendah (naik dan turun). Adapun, mobilitas vertikal dapat dibagi lagi menjadi dua bentuk, antara lain:

a.) Mobilitas vertikal naik (social climbing)

Mobilitas vertikal naik adalah mobilitas sosial yang terjadi karena adanya peningkatan status atau kedudukan seseorang dari status sosial rendah ke yang lebih tinggi.

Semisal, seorang office boy yang diangkat sebagai supir pribadi majikannya. Karena kedekatan dan kinerjanya, kemudian ia diangkat lagi sebagai manajer sang bos.

b.) Mobilitas vertikal turun (social sinking)

Mobilitas vertikal turun adalah proses penurunan status atau kedudukan seseorang dalam lapisan sosial. Contoh, ketika seorang pejabat di suatu lembaga harus diturunkan pangkatnya karena melanggar aturan sehingga, ia menjadi pegawai biasa. Selain itu, ada pula contoh lain, seperti produsen makanan yang tiap bulannya mendapat omzet besar, namun karena adanya pandemi bisnisnya harus merugi bahkan gulung tikar.

2. Mobilitas Horizontal

Berbeda dengan jenis mobilitas yang sebelumnya, mobilitas horizontal merupakan perpindahan status sosial seseorang atau kelompok dalam lapisan sosial yang sama.

Proses ini berlangsung ketika perpindahan dari satu posisi ke posisi sosial tertentu berada di level yang sama, dan bisa dipicu oleh perpindahan dari sebuah pekerjaan pada pekerjaan lain yang sama bergengsinya.

Contoh, semisal seorang presenter TV A pindah tempat kerja ke TV B. Ia tetap menjadi presenter, yang membedakan hanya tempat kerjanya. Atau seorang kepala sekolah yang dipindah dari sekolah Y ke sekolah Z.

Baca juga artikel terkait MOBILITAS SOSIAL atau tulisan lainnya dari Ahmad Efendi

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Ahmad Efendi
Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Yulaika Ramadhani