Menuju konten utama
IPS Sosiologi

Faktor Pendorong Mobilitas Sosial pada Penyebab Struktural

Faktor pendorong mobilitas sosial pada penyebab struktural terjadi karena ada kesempatan atas suatu status tertentu.

Faktor Pendorong Mobilitas Sosial pada Penyebab Struktural
ilustrasi mobilitas sosial. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Mobilitas sosial didefinisikan sebagai perubahan status seorang individu atau kelompok. Seseorang yang mengalami mobilitas sosial terjadi karena beberapa sebab, salah satunya penyebab struktural.

Dalam ilmu sosiologi, mobilitas sosial menggerakkan seseorang dari lapisan atau struktur sosial tertentu ke struktur sosial yang lain (Jurnal Pendidikan Sosiologi, vol. 7, No. 1, 2018).

Perpindahan ini terjadi secara vertikal dari status bawah berkembang ke atasnya. Perubahan secara vertikal ke atas terjadi karena upaya yang dilakukan individu.

Orang tersebut merasa tidak ingin berada di status sosial yang lama sehingga memutuskan pindah ke statusnya yang baru. Dengan beberapa upaya, akhirnya ia mengalami mobilitas sosial.

Kemudian, ada juga mobilitas sosial menurun yang terjadi lantaran kesalahan seseorang ketika hidup.

Sebut saja ada seorang bos batu bara yang disegani. Ia terlena akibat perjudian sehingga harus menjual aset dan rumah tempat tinggalnya.

Hal ini memperlihatkan penurunan statusnya. Situs Kemdikbud menyebut peristiwa ini sebagai fenomena social sinking (mobilitas turun).

Lantas, apa yang mendorong mobilitas sosial berdasarkan penyebab strukturalnya?

Penyebab Struktural sebagai Faktor Pendorong Mobilitas Sosial

Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menemukan faktor pendorong mobilitas sosial secara struktural. Maksudnya, penyebab struktural terjadi karena ada kesempatan atas suatu status tertentu.

1. Menempuh pendidikan ke perguruan tinggi

Lantaran status tersebut belum diisi, maka individu yang diklaim punya kecakapan dalam bidang tersebut berpotensi untuk ditunjuk.

Untuk memperoleh status baru, biasanya ada kriteria tertentu. Misalnya, dengan punya riwayat pendidikan di perguruan tinggi.

Ketika orang yang sudah lulus mengisi posisi tersbut, maka terjadi perubahan status ke yang lebih tinggi.

Contohnya dapat dilihat dari lowongan-lowongan pekerjaan yang disebarluaskan lewat internet. Sebut di antaranya ada lowongan berupa penulis berita, editor, dan desain visual.

2. Adanya status yang belum diisi

Orang yang baru lulus kuliah pasti akan mencari lowongan untuk mengubah hidupnya. Ketika ada jabatan tertentu yang kosong, maka mereka akan melamar sebagai pekerja.

Melihat contoh di atas, berarti mereka melamar sebagai editor, penulis berita, hingga desainer grafis.

Mereka pertama kali akan disuruh mengirim surat lamaran agar dapat dipantau riwayat pendidikan dan maksudnya.

Setelah diteliti pihak perusahaan, maka para lulusan baru yang lolos kualifikasi akan dipanggil untuk wawancara.

3. Adanya kesinambungan kemampuan dan posisi/status

Jika dalam wawancara tersebut mereka berhasil menjawab sesuai keinginan perusahaan, maka potensi untuk diterima pun tinggi. Seandainya mereka diterima, berarti status sosial mereka ikut berubah juga.

Mobilitas sosial pun terjadi karena hal di atas. Semua bentuk perubahan status terealisasi sesuai keinginan individu karena memang ada lowongan atau posisi yang sesuai.

Dengan begitu, mereka sebagai lulusan baru sudah berubah menjadi pekerja karena kemampuannya berhubungan dengan status atau posisi barunya.

Baca juga artikel terkait MOBILITAS SOSIAL atau tulisan lainnya dari Yuda Prinada

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Yuda Prinada
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Dhita Koesno